Ruby keluar dari gedung Unique Jewelry dan mobil sedan mewah hitam sudah terparkir di depannya. Ruby melangkah dengan pelan mendekati mobil itu dan pintu depannya terbuka.
“Ayo masuk!” Titah Dinan.
Dengan sedikit ragu Ruby masuk ke dalam mobil Dinan dan segera menutup pintunya. Ruby benar-benar merasa gugup, tapi dia berusaha tetap tenang.
“Pakai safety belt nya!”
“I-iya, Pak.” Ruby segera mengenakan sabuk pengaman mobil.
Mobil Dinan pun melesat pergi meninggalkan pelataran parkir gedung Unique Jewelry.
Selama di perjalanan, tak ada pembicaraan antara Ruby dan Dinan. Suasana sangat hening, hanya terdengar suara klakson mobil dari pengendara yang tidak sabar karena terjebak macet. Ruby sebenarnya ingin bertanya, apakah Dinan sama sekali tidak mengingat kejadian di toilet bar waktu itu?
Tapi nyalinya tak cukup besar, dia takut jika Dinan mengingatnya dan kembali meminta pertanggungjawaban, akhirnya Ruby memilih untuk diam.
Mobil Dinan terus melaju, Ruby sedikit bingung sebab lelaki itu tak bertanya alamatnya, akhirnya dia berinisiatif memberitahukan di mana tempat tinggalnya.
“Pak, rumah saya di jalan Pahla ....”
“Saya sudah tahu.” Sela Dinan sebelum Ruby selesai bicara.
Ruby menautkan kedua alisnya. “Anda tahu alamat rumah saya?”
“Saya lihat dari CV kamu.” Kilah Dinan. Dia jelas berbohong, karena sebenarnya dia pernah mengikuti Ruby tanpa sepengetahuan wanita itu.
“Oh, begitu.” Balas Ruby dan kemudian terdiam.
Akhirnya mobil sedan mewah itu memasuki daerah rumah Ruby.
“Berhenti di sini saja, Pak!” Pinta Ruby, dia sengaja meminta Dinan berhenti agak jauh dari rumahnya sebab tak ingin Safira melihatnya pulang bersama Bos mereka itu dan menjadi salah sangka.
Dinan mengernyit heran. “Di sini?”
“Iya, Pak. Soalnya saya masih ada urusan lagi.”
Dinan pun menghentikan mobilnya di depan sebuah halte bus. Ruby sibuk melepas safety belt, tapi dia kesulitan.
Dinan yang melihat Ruby kesulitan segera membantu, dia mendekatkan dirinya ke Ruby, sangat dekat sehingga membuat jantung wanita itu berdebar kencang.
Ceklek ....
Safety belt yang Ruby pakai pun terlepas dan Dinan kembali menjauhkan dirinya dari janda cantik itu.
“Te-terima kasih, Pak.”
Dinan hanya mengangguk.
Ruby buru-buru membuka pintu mobil itu dan keluar dengan detak jantung yang masih tidak karuan.
Dinan kembali melajukan mobilnya dan dari balik kaca spion, dia melirik Ruby sembari tersenyum penuh arti.
💘💘💘
Malam harinya Keke dan Laura mengajak Ruby juga Safira ke warung seblak super pedas kesukaan janda cantik itu. Mereka berencana akan merayakan keberhasilan Ruby karena dia diterima bekerja di Unique Jewelry.
“Selamat, ya, By. Semoga kamu bisa sukses di tempat kerja yang baru.” Ucap Keke.
“Aamiin.” Ruby , Safira dan Laura mengamini.
“Sekarang kita pesta!” Seru Keke.
Mereka berempat pun menikmati seblak super pedas yang dipesan oleh Keke. Ruby yang memang sangat doyan pedas menambahkan saus dan cabai ke dalam mangkuk seblak nya.
“Kak, jangan terlalu banyak makan cabai, nanti sakit perut.” Safira mengingatkan sebab melihat sang kakak mulai kalap.
“Kalau tidak pedas, tidak seru, Dek.” Balas Ruby sembari menyeka keringat di keningnya.
“Biar saja, Fir. Entar kalau sakit perut, baru tahu rasa.” Sela Laura.
Ruby tak menghiraukan ocehan sahabatnya itu, dia sedang menikmati seblak di hadapannya dengan penuh suka cita.
“Oh iya, By. Gimana pekerjaanmu, lancar?” Tanya Keke.
“Lancar, tapi ada kejadian tak terduga?” Jawab Ruby yang mulai kepedasan.
“Apaan?”
“Kalian tahu tidak? Ternyata CEO perusahaan itu adalah lelaki yang aku temui di toilet bar.”
“Apa?” Keke dan Laura memekik kaget.
“Uhuk ... uhuk ... uhuk ....” Safira sampai terbatuk-batuk karena tersedak kuah seblak.
Ruby buru-buru memberikan air putih dan Safira menenggaknya sampai tandas.
“Waaahh, pedas banget!” Rengek Safira heboh, dengan air mata yang berlinang.
“Makanya makan itu pelan-pelan.” Pinta Ruby.
“Aku kaget dengar kata-kata Kakak barusan, kenapa bisa kebetulan sekali?”
Ruby mengangkat kedua bahunya. “Mana Kakak tahu!”
“Jadi gimana saat kamu bertemu dia tadi? Apa dia marah?” Cecar Laura penasaran.
Ruby menggeleng. “Tidak, dia biasa saja. Dia seperti tidak mengenaliku, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.”
“Mungkin dia lupa.” Sela Keke.
“Masa, sih? Kejadian itu baru seminggu yang lalu, mana mungkin dia lupa.” Balas Laura.
“Entah lah, aku juga bingung. Tapi itu lebih baik, dari pada dia minta pertanggungjawaban atas kejadian malam itu, bisa ribet, kan?”
“Iya juga, sih.”
“Tapi kamu harus tetap berhati-hati, siapa tahu dia sedang mempunyai rencana lain.” Kata Laura.
“Bos Dinan baik, kok. Dia tidak mungkin punya rencana jelek, dia pasti lupa atau memang tidak mempermasalahkannya lagi.” Celetuk Safira tak terima.
“Iya, mungkin Safira benar.” Sahut Ruby.
“Semoga saja.” Laura menimpali. “Ya sudah, mari lanjut makan!”
Keempat wanita itu pun melanjutkan pesta seblak mereka sambil mengobrol dan bercanda tawa.
Sehabis makan, Ruby mengajak adik dan kedua sahabatnya itu untuk menemaninya membeli pakaian buat dipakai ke kantor, karena kemarin dia tak sempat membelinya.
Dengan antusias mereka bertiga memilihkan pakaian yang bisa Ruby gunakan untuk bekerja, bahkan Laura yang notabene anak orang kaya sampai membelikan sahabatnya itu sebuah tas dan sepatu heels branded sebagai hadiah. Ruby sempat menolaknya, tapi Laura tetap memaksa karena dia tahu tas dan sepatu milik Ruby sudah usang dan ketinggalan zaman.
Sementara itu, di apartemennya, Dinan sedang menghubungi seseorang.
“Saya mau kamu atur semua! Secepatnya!”
“Baik, Pak.”
Dinan pun mengakhiri pembicaraannya dengan seseorang di seberang sana.
“Kita akan segera mulai.” Ucap Dinan sembari menyeringai.
💘💘💘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NAHH, BENARKN, TU DINAN SENGAJA PURA2 GK KNAL SAMA RUBY, KRN ADA SATU RENCANA DIBUATNYA BUAT RUBY
2023-06-12
1