Aku bersembunyi di toilet, berdiam diri dan termenung. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan, hatiku terus bergemuruh perasaan campur aduk. Apa yang terjadi pikirku dalam benakku.
Perubahan yang tiba-tiba terjadi signifikan membuatku tak berdaya. Awalnya Aku merasa senang lalu berubah menjadi ilfil. Jantungku masih berdegup kencang tetapi hatiku merasa gelisah.
Apakah ini yang dirasakan semua wanita saat berkencan? Pekik ku dalam benak. Aku pun mencoba menghubungi Naina untuk meminta pendapat. Setelah beberapa menit telpon ku diangkat Naina. Namun, Aku mematikan telpon ku itu. Bagaimana Aku bisa bertanya kepada Naina? Dia bahkan mendapatkan gelar legenda si Jomblo. Karena dia jomblo sejak lahir. Aku pun termenung lagi, dan tiba-tiba memikirkan Ria. Mungkin Ria tahu apa yang terjadi padaku. Aku pun menghubungi Ria. Tanpa menunggu lama, Ria langsung mengangkat telponku.
"Kenapa?"tanya Ria dari balik HP
"Ri, Aku mau tanya."jawabku dengan suara bisik-bisik
"Hmm..."jawabnya dengan suara seperti orang yang baru bangun
"Ri, kalau jalan sama cowok trus jantung berdebar kencang tetapi tiba-tiba menjadi ilfil kira-kira kenapa yah itu?"tanya ku dengan suara bisik-bisik karena aku malu jika ada orang yang mendengar suaraku.
"Hah? Kamu ngomong apa? Suaramu nggak kedengaran loh."sahut Ria
Tidak, Aku tidak bisa menaikkan volume suara ku. Orang-orang yang mungkin masuk ke toilet akan mendengarnya. Aku pun mematikan komunikasiku dengan Ria. Dan beralih dengan chat. Aku menanyakan hal yang serupa lewat chat.
"Aku tidak pernah seperti itu. Memangnya kenapa?"balas Ria
"Kalau menurutku sih, kalau jalan sama cowok terus jantung kita berdebar dan kita merasa malu berarti dialah orangnya. Maksudnya, dia adalah orang yang kita suka. Tapiii, kalau rasa ilfil saat jalan berarti dia bukan orang yang kita suka. Gitu sih menurut Aku."lanjut Ria
Suka dan tidak suka dalam waktu bersamaan dan pada orang yang sama. Apakah Aku memiliki kepribadian ganda? Satu tubuh dua jiwa. Aku semakin frustrasi.
"Arghhh"pekik ku sembari memegang kepala ku yang rasanya pusing sekali
Hampir sejam Aku berada didalam toilet. Ian terus menghubungi ku namun Aku tidak mengangkatnya, dia juga mengirim pesan kepada ku.
Aku menarik nafas yang panjang. Aku melihat jam dilayar ponsel ku. Jam sudah menunjukkan pukul 21.30. Sudah waktunya pulang. Ku rasa Ian juga sudah pulang karena tidak menemukan Aku dimanapun. Mungkin, dia mengira Aku sudah pulang. Yah, jika seperti itu baguslah. Aku bisa menghindar darinya.
Aku pun beranjak dari closet toilet yang kududuki sejam lebih. Merapikan semua pakaian ku, menarik nafas yang kedua kalinya dengan frekuensi yang lebih lama. Aku pun melangkah keluar. Aku tidak menyadari bahwa Ian sedang menunggu didepan pintu toilet pria.
Jangan salah paham, toilet pria dan wanita memang dibuat bersebelahan. Sehingga, pria dan wanita bisa berjumpa didepan pintu utama toilet. Toilet juga dibuat berdekatan dengan mesin ATM jadi banyak orang yang lalu lalang disekitar sini. Entah siapa yang mendesain seperti ini.
Darimana dia tahu bahwa Aku ada di toilet. Tidak, mungkin saja dia juga baru keluar dari toilet. Tetapi, dia berdiri dengan tangan kiri dimasukkan ke saku hodienya dan tangan kiri memegang HP. Tidak seperti orang yang baru keluar dari toilet. Wanita-wanita yang melihatnya pun terus memperhatikan dirinya. Wajar saja Ian memiliki tubuh yang tinggi, kulit yang putih, hidung yang mancung, dan bibir yang merah merekah. Semua mata tertuju padanya. Beberapa cewek yang baru saja dari mesin ATM pun datang menghampirinya dan mengajaknya ngobrol
Aku yang kaget melihatnya pun cepat-cepat berbalik badan dan pura-pura tidak melihatnya. Kebetulan, dia masih fokus berbicara dengan cewek-cewek itu.
Saat berjalan beberapa langkah, tanganku tiba-tiba ditarik. Aku yang terkejut menoleh kearah tangan yang menarik tanganku. Dia tidak berbicara sepatah kata pun kepadaku. Langsung menarik diriku. Kami berjalan menuju pintu keluar mall.
Langkah Ian begitu panjang, Aku yang hanya setengah dari tingginya mengikuti langkah panjangnya membuatku seperti sedang berlari. Genggamannya begitu kuat, pergelangan tanganku mulai terasa sakit.
Sesampainya, diparkiran. Ian membuka pintu mobil dan mendorongku masuk.
"Aww."pekikan ku yang keras karena kepala terbentur dengan kursi mobil.
Setelah mendorongku masuk kedalam mobil. Ian pun berjalan memutar menuju kursi kemudi. Dia belum menjalankan mesin mobilnya. Dia hanya berdiam diri memegang stir mobil. Beberapa menit kami tidak bersuara. Akhirnya, dia membuka percakapan.
"Kamu kenapa?"tanya Ian kepadaku
"Aku tidak apa-apa."jawabku tanpa menoleh dan hanya tertunduk
"Kamu kalau ada masalah cerita saja."ujar Ian
"Aku tidak ada masalah apapun."jawabku
"Kalau begitu kenapa kamu tiba-tiba pergi? Aku hubungi tidak diangkat. Aku mencari kamu hingga keliling mall. Bertanya kepada orang-orang yang lalu lalang. Untung saja ada yang melihat mu masuk ke toilet."cerca Ian yang mulai meninggikan badan suaranya.
"Maaf, perutku mules."jawabku dengan nada yang merendah.
"Mules? Setelah keluar dari toilet kenapa langsung jalan dan tidak menghampiriku?"tanya Ian
Aku menoleh kearah dirinya, tangannya meremas stir mobil, terlihat sekali sangat kuat karena menampakkan urat-urat tangannya. Kalau tangan itu mendarat di pipiku mungkin Aku langsung pingsan.
Apa yang Aku pikirkan, Aku tidak biasa takut seperti ini. Aku yang biasa terlihat tangguh dan sangat ditakuti dikampus. Bisa merasakan takut seperti ini.
"Aku tidak melihatmu."jawabku lagi
"Tidak melihatku? Haha, Quinshawna Chian Baihaqi."Ian tertawa dengan nada kesal.
Aku melihatnya, matanya menatapku sangat tajam. Tatapan itu menusuk hingga membuatku benar-benar takut. Mungkin, benar orang yang tidak pernah marah ketika marah akan sangat lebih menakutkan. Terlebih, lagi saat dia menyebutkan namaku. Aku semakin merinding. Aku menelan ludahku.
"Iya."jawabku pelan
"Tetapi dari yang kulihat. Saat Kamu keluar dari toilet kamu langsung melihat kearahku dengan wajah terkejut. Kamu tiba-tiba menutup wajahmu mengalihkan pandangan dan berjalan dengan cepat agar Aku tidak melihatmu. Sayang sekali, Chi. Sejak awal Aku tahu kamu ada ditoilet kamu berjalan keluar hingga melihatku berbincang dengan orang. Aku sudah tahu kamu tiba-tiba berubah saat kita keluar dari fun station."tutur Ian
"Apa Aku ada melakukan kesalahan?"lanjut Ian
"Tidak, kamu tidak melakukan kesalahan. Aku benar-benar tidak melihatmu, Ian."jawabku yang masih kekeh mengatakan tidak melihatnya
"Chian, Aku sudah capek yah harus bersabar sama kamu yang moodnya suka berubah-ubah. Bisa tidak kamu bersikap tidak egois sedikit saja?"titah Ian
"Kalau memang kamu nggak suka jalan sama Aku ngomong. Nggak usah bertingkah yang tidak jelas seperti ini."lanjut Ian
"Nggak gitu."sahutku
"Nggak gitu apanya. Chi, kamu sekali aja lihat Aku. Aku sudah sangat berjuang mati-matin untuk mendapatkan perhatianmu. Tapi, kamu masih saja menjaga jarak dariku."
"Apakah selama 2 tahun ini kamu pernah cinta sama Aku? Sedikit saja. Apakah hatimu belum juga tergerak untukku?"
"Aku tidak paham apa itu cinta, bagaimana rasanya sumpah Aku benar tidak tahu. Tapi, asalkan kamu tahu Ian. Aku juga selama 2 tahun ini berusaha untuk berubah. Aku sadar sikapku ini sangat buruk. Aku setiap hari berkonsultasi keteman-temanku, bertanya apa yang harus aku lakukan dan tidak aku lakukan. Aku sudah berusaha untuk berubah. Tapi..."
"Tapi, apa Chi? Perubahan apa? Kamu sama sekali tidak berubah."teriak Ian
"Aku berusaha untuk tersenyum, membalas chatku menemanimu ngobrol. Berusaha untuk tidak bersikap dingin."
"Itu kamu sebut perubahan?"tanya Ian
"Kamu pikir merubah sifat itu seperti membalikkan telapak tangan? Itu butuh proses dan bagiku itu mungkin butuh waktu yang sangat lama."jelasku
"Bukankah itu hanya alasanmu saja."seru Ian
Lupakan saja apapun yang aku jelaskan Ian bahkan tidak percaya. Dia sedang dalam puncak kemarahannya. Tentu saja ini adalah pertengkaran pertama kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments