Hari ini adalah hari bebas matkul, biasanya kami menghabiskan waktu di kosnya Ria. Hingga sore, baru Kami beranjak pulang. Disaat yang lain bermain di mall atau cafe, kami lebih memilih rebahan diatas kasur dan memasak menu yang dilist oleh Naina dan Ria.
Kebetulan hari ini, Uta juga ikut nimbrung. Uta adalah teman SMPku sekaligus teman SMA aku dan Naina. Kami berada di universitas yang sama namun beda fakultas.
Hari ini sangat kebetulan kami memiliki jadwal kuliah yang sama-sama kosong. Kesempatan ini kami manfaatkan untuk berkumpul bersama.
Tidak beda jauh dengan Naina dan Ria. Uta juga hobby ngemil. Yah, mungkin kami adalah sircle yang suka ngemil. Walaupun, Aku tidak terlalu berlebihan seperti mereka bertiga.
"Kamu masak apa?"tanyaku pada Uta yang sedang mangaduk-ngaduk masakannya.
"Sayur sup."jawabnya singkat
"Sayur sup? Trus wortelnya kamu masukkan bersamaan dengan sayur lainnya?"
"Iya."
"Utaaa... Seharusnya wortel dulu yang kau masukkan. Setelah wortel baru kau masukkan kentang dan buncis, udah itu baru kolnya. Wortel teksturnya keras jadi kalau kau masukkan bersamaan, nanti nggak enak."Cercaku kepada Uta.
"Tapi, dirumah Aku masaknya gitu kok."sahut Uta tidak terima cercaan ku.
"Hah, yang benar saja."balasku mulai kesal.
"Mereka berdua kenapa?"tanya Naina yang tiba-tiba datang.
"Gara-gara wortel tuh. Dahlah, biarkan saja. Mereka memang selalu berdebat."jawab Ria
Yah, Aku dan Uta sering berdebat. Mau di chat atau ketemuan pun selalu berdebat. Kami berdua selalu berbeda pendapat. Namun, kami juga bisa tiba-tiba akrab. Hal ini, biasa terjadi sehingga Naina dan Ria hanya mengamati kami berdua.
"Ntar wortelnya keras, sayurnya kau yang habiskan."Sarkasku
"Ih, memang Aku masak untuk Aku makan kok."ujar Uta
"Orang-orang cerdas memang sering berbeda pendapat, kita yang IQnya rendah diam saja. Ntar juga mereka tiba-tiba akrab lagi sendiri."kata Naina
Aku dan Uta adalah saingan sejak SMP, bisa dibilang rival. Tidak, Aku yang menganggap dia rival terberatku. Aku selalu mendapatkan banyak penghargaan dan termasuk anak kebanggaan sekolah. Berbeda dengan Uta, dia tipe orang yang tidak ingin terlalu menonjol sepertiku. Namun, menurutku dia lebih cerdas daripada Aku. Hanya saja dia anak yang introvert dan tidak ingin jadi pusat perhatian. Terlebih lagi, saat ini dia sudah sedikit berbeda. Aktif dalam setiap kegiatan kampus dan selalu dibanggakan para dosen di fakultasnya.
"Na, kira-kira terasinya aku taruh utuh atau setengah?"tanya Ria
"Bismillah aja taruhnya."jawab Naina sambil tertawa.
"Isss, Naina. Ntar kalau tidak enak awas loh."lanjut Ria
"Loh, kok aku. Yang masak kan kamu. Coba tanya Chia."jawab Naina.
"Chia, ini sayur kangkungnya pake terasinya utuh atau nggak?"
"Kangkungnya berapa ikat? Kalau satu ikat doang pake setengah saja, ntar kalau pake utuh asin lagi. Taruh bumbunya dikit-dikit aja dulu sambil diicip udah pas atau belum."jawabku
"Na, ini mau buat ayam crispy kan? Ini tepung celupnya sama tepung taburnya. Sudah aku racik biar kek ayam kfc."lanjutku lagi
"Okey."jawab Naina
Beberapa jam masakan kami siap. Masaknya butuh berjam-jam tapi makannya hanya sekejap mata. Semua makanan kami hidangkan. Hari ini kami membuat beberapa hidangan seperti sayur sup, tumis kangkung, ayam crispy dan sambal plus kerupuk hidangan kas orang Indonesia.
"Yey, uwohhhh akhirnya. Mari kita makan, eits jangan lupa difoto."seru Ria
Kami pun menyantap makanan kami.
"Uhm, wortelnya masih keras sih menurut ku."ujar Naina
"Kan Aku sudah bilang. Nggak percaya sih."kataku memutar bola mata
"Iya deh, sini Aku yang makan sendiri sayurnya."jawab Uta kesal
Beberapa saat kemudian.
"Tuh, supnya belum habis katanya ada yang mau habiskan."keluhku
"Aku udah kenyang, ntar Aku bungkus bawa pulang deh."jawab Uta
"Astaga, belum habis juga pertengkaran kalian. Sekalian aja kalian jambak-jambakan."kata Naina yang mulai risih dengan pertengkaran Aku dan Uta.
"Ini ni si Chichi. Protes mulu. Dahlah, beres-beres piringnya Aku yang cuci sendiri"jawab Uta
Uta pun berjalan ke dapur untuk mencuci piring. Menunggu perut kami mencerna makanan, kami pun masing-masing sibuk dengan HP. Tidak ada pembicaraan diantar kami.
"Na, sepertinya ini enak. Kapan-kapan kita buat yuk."pinta Ria memecah keheningan
"Kita baru saja makan, kau sudah memikirkan makanan lagi."jawab Naina
"Kan nanti... Oh iya, Chi kamu bisa masak apa saja?"tanya Ria
"Apa saja bisa."jawabku tanpa menoleh
"Kami serba bisa yah. Apa yang kamu tidak bisa sih?"
"Enggak juga, Aku nggak bisa nyetrika pakaian."jawabku
"Hah, really?"respon Ria yang tiba-tiba bangkit dari tidurnya.
"Yes, Aku dari SD sampai sekarang nggak pernah nyetrika pakaian. Nyetrika itu pekerjaan paling merepotkan. Aku pernah nyoba setrika pakaian sekolah. Berjam-jam pun bajunya nggak rapi, malah semakin berkerut."jelasku
"Akhirnya, ada juga kelemahanmu."sahut Naina
"Astaga, wow aku dapat character api Diluc."teriakku yang tiba-tiba berdiri
"Apaan sih ngagetin Aku saja."kata Ria
"Utaaa, Aku dapat Diluc."kataku sembari berlari ke dapur menghampiri Uta
"Diluc itu siapa?"tanya Ria
"Pasti game."jawab Naina
Yah, Aku dan Uta sama-sama bermain game yang sama. Uta yang mengajariku bermain game. Tentu saja dalam hal ini, aku dan Uta sangat akrab. Kalau dalam hal lain Aku dan Uta sering berbeda pendapat, tetapi kalau soal game kami selalu akrab. Bahkan, Aku memanggilnya master karena memang dia berada pada level yang sangat tinggi.
Pertengkaran kami pun berakhir dengan kembali akrab karena game. Kami berdua pun berdiskusi dan bermain bersama. Naina dan Ria hanya melihat kami berdua dengan menepuk jidat karena kelakuan kami berdua.
Walaupun kami sering bertengkar tetapi kami tidak pernah bermusuhan. Aku dan Uta sama-sama menjadi diri sendiri jika bertemu. Karena itulah, pertemanan kami awet sampe saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments