"Bagaimana jika kita adakan sayembara?" tanya Diana
"Maksudmu?" tanya Syakila tidak mengerti yang di maksudnya
"Atau kau beli calon suami " usul Diana lagi
"tidak, aku tidak setujuh." jawabnya
"kalo begitu, kau harus membeli pria yang baik. misalkan di perusahaan kita kan banyak tuuhj karyawan yang baik. di bayar aja untuk menjadi suami kontrak. kalo udah punya anak tinggal cerai." ucap Diana lagi. sebenarnya Diana bicara seperti itu tidak serius. namun Syakila malah menanggapi dengan serius
"Ide kamu boleh juga Di, aku akan membeli suami berapapun yang ia minta, aku akan turuti." ucap Syakila sambil menampakan gigi putih nan rapi itu
"jangan jodoh Sya, bagaimana jika pria itu penyakitan.?" tanya Diana
"Kau ini bagaimana sih Di, kau sendiri yang memberikan ide. namun kau sendiri yang menolak." gerutu Syakila
"iya, aku tadi tidak serius Sya. mending kau terima aja perjodohan ini." usul Diana
"Aku tidak mau Di, dia itu udah berusia 49 tahun. lihatlah aku masih 27, pokonya aku nggak mau di jodohin dengan pria itu.' jawab Syakila lagi
Imel yang mendengar obrolan itu mulai mengerti arah pembicaraan.
"Orang kaya, cantik kehidupan sudah terjamin tapi susah jodohnya." batin Imel
"Sedangkan aku, betahun tahun bersuami tapi tidak memiliki apapun. apa aku ajukan mas Iqbal untuk menjadi suami kontraknya. kan lumayan aku bisa mendapat duit banyak." batinnya sambil melangkah.
Setelah menaruh makanan pada meja itu. Imel segere menuju meja milik Syakila dan Diana
"maaf mbak." ucap Imel tiba tiba
Syakila dan juga Diana langsung menatap wanita yang menghampiri mereka
"Tadi saya tidak sengaja mendengar obrolan mbak, saya bersedia membantu mbak untuk memecahkan masalah mbak." ucap Imel.
"memangnya apa yang kamu dengar?" tanya Diana sinis
"Tadi saya dengar mbak mencari suami kontrak kan. saya mau membantu mbak." jawab Imel
"itu tadi tidak..."
"memangnya kau bisa bantu apa?" tanya Syakila yang memotong ucapan Diana
"Saya akan jelaskan besok saat pertemuan kita. hanya berdua saja mbak " jawab Imel
Syakila terlihat menimbang, lalu kembali menatap Diana sang sekertaris. Diana memberi kode untuk menolak. namun Syakila ingin tau rencana wanita itu.
"baiklah, besok aku tunggu kamu di kantorku jam 9 pagi." ucap Diana sambil memberikan kartu nama
"Baik mbak, saya akan datang tepat waktu." jawabnya
"kalo begitu saya permisi dulu mbak " pamit Imel
"Sya, kau yakin akan bekerja sama dengan wanita itu?" tanya Diana
"kita lihat saja Di, jika itu menguntungkan, aku akan ambil tawarannya." ucapnya
"Sebaiknya nggak usah Sya, siapa tau wanita itu hanya ingin memerasmu. lihatlah dia hanya karyawan resto, mungkin saja dia punya banyak tak tik." ucap Diana mengingatkan kembali Syakila, agar tidak menerima tawaran Wanita itu
"Sudah yuk, kita harus kekantor masih banyak pekerjaan." ajak Syakila
...••••...
"Mbak, maaf saya disini saja." ucap Iqbal pada Ratih. Ratih bermaksud membawa Iqbal masuk juga. namun Iqbal itu masih saja jaga jarak padanya.
"Ya sudah, nanti kalo aku butuh sesuatu kau harus masuk." ucapnya
"iya mbak." jawabnya
Ratih segera memasuki Hotel yang ia sewa untuk 2 malam ini. karena pekerjaan Ratih harus meninggalkan anak semata wayangnya.
Sedangkan Iqbal segera menuju kafe untuk menunggu bos wanitanya. Iqbal tidak ingin berada di dalam satu ruangan bersama bos wanitanya. karena Iqbal tidak tau syetan mana yang lebih cepat menggodanya.
Iqbal memesan kopi hitam dan segera menyeruput sedikit kopinya.
Dertttt.... Dertttt... dertttt
ponsel Iqbal berdering. dan menampakkan pemilik kontak yang ada di layar. dengan sigap Iqbal pun mengangkat panggilan dari bosnya.
Memang Iqbal harus bersikap seperti itu. karena untuk saat ini mencari pekerjaan sangat suasah. apa lagi jika menemukan bos yang sebaik Ratih
"Iya mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Iqbal
"Bal, tolong bawain koper make-up ku dong. tanggung nih aku mau keluar." ucapnya
"baik mbak. saya segera antar." jawabnya.
Iqbal segera berdiri dan menuju mobil bosnya. Iqbal segera mengbil koper yang selalu di bawa oleh bosnya.
Iqbal segera memasuki lift untuk menuju lantai 3. dimana bosnya berada
Iqbal melihat pintu kamar bosnya yang tidak terkunci. lalu segera membuka dan menyembulkan kepalanya.
Iqbal segera berpaling saat melihat tubuh Ratih yang hanya memakai handuk yang di lilit pada dada dan perutnya.
tok tok tok.
"Masuk aja Bal, tidak ku kunci kok.' sahutnya
Iqbal segera masuk dan segera menaruh barang itu. dan segera beranjak keluar.
"Bal, tolongi kaitkan bra-nya dong. aku sepertinya kesulitan." pinta Ratih
Dengan gugup Iqbal pun membantu Ratih mengaitkan bra-nya.
"Bal, hemmm..." Ratih sedikit menimbang ucapannya.
"Sudah mbak. saya ijin keluar." pamitnya lalu segera berjalan keluar.
pria mana yang tidak berga*rah jika melihat dada montok yang di suguhkan di depannya. begitu juga Iqbal, Iqbal adalah pria normal untuk menyikapi sesuatu hal yang indah pada tubuh wanita. namun sebisa mungkin Iqbal menahan agar tidak goyah keimananya. Iqbal sangat menjunjung tinggi kesetiaan dan hanya Imel lah wanita yang harus di bahagiakan dan dua puaskan.
hanya pada pasangan halal lah Iqbal akan menuntaskan semua hasratnya.
tidak sekali dua kali Ratih memarkan tubuh indah itu pada Iqbal. namun Iqbal cukup menunduk seolah tidak terpengaruh oleh penampakan tubuh Ratih.
Dertttt... Derttt...
Ponsel Iqbal kembali berdering
"Iya sayang, ada apa?" tanya Iqbal saat tau siapa yang melakukan video call
"mas, kau sedang di mana?" tanya Imel saat melihat atap yang sering di lihat di beberapa gedung yang sering Imel datangi
"Mas lagi menunggu bos rapat." jawabnya. Iqbal harus sedikit berbohong agar sang istri tidak curiga. jika di jawab dengan di hotel pasti Imel akan sangat cerewaet.
"ohh mas nanti pulang jam berapa? Imel pingin bicara sesuatu pada mas" ucap Imel
"agak malam dek. bicara disini saja." ucapnya
"nggak ah mas, ngga enak kalau didenger orang." jawab Imel
"penting banget yaa?" tanyanya
Imel mengangguk.
"Yaudah nanti mas kabari jika sudah sampai rumah." jawabnya.
setelah obrolan selesei dan Iqbal harus mengantar bosnya ketempat lain.
...•••••...
"Mel, bapak masuk rumah sakit lagi " ucap ibu mertuanya. yang dengan susah payah datang kerumah Imel langsung malam ini.
"Bu, Imel nggak ada duit Bu. Imel belum gajian dan mas Iqbal juga belum pulang." jawabnya
"pinjemkan tetangga Mel. ibu harus membawa bapak kerumah sakit." jawabnya
Imel yang tak pernah berhutang pun langsung menjawab dengan gelengan kepala yakin
"tidak ibu. Imel tidak pernah lakuin itu, ibu pulang dulu saja. besok Imel usahakan." jawabnya
"kapan Mel, bapak harus di bawa di rah sakit malam ini." jawabnya
Imel bingung harus berbuat apa. mertuanya sangat butuh duit dan dirinya sama sekali tidak punya.
"mungkin ini adalah keputusan yang tepat. aku harus lakukan itu. dengan begitu aku juga akan memilki uang yang banyak. aku bisa bersenang senang." batin Imel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Lee
Lanjut ka..
semangat..💪💪
2022-11-23
0