Suryo menatap tajam Diana dan Darell secara bergantian. Sepasang pengantin baru itu terdiam tampak gugup.
"Diana, Darell, jawab! Apa benar kalian menikah kontrak?"
Diana tergagap membuka mulut untuk berbicara. Namun, Darrell lebih dulu berkata.
"Eyang salah dengar. Kami tidak menikah kontrak tapi tadi Diana bilang kalau setelah menikah kita akan tinggal di kontrakan."
Suryo melempar pandangan pada Diana. "Apa itu benar, Diana?"
Mau tak mau Diana hanya bisa menganggukan kepala tanda membenarkan ucapan Darell. Lagipula ada sisi positifnya juga jika dia mengontrak.
Di kontrakan nanti, Diana dan Darell tidak perlu bersandiwara seperti yang biasa dilakukan di depan Suryo dan Ranti.
"Kami ingin mengontrak karena ingin hidup mandiri, Eyang."
Kemudian senyuman terukir di bibir Suryo.
"Bagus kalau kalian ingin hidup mandiri. Eyang pikir tadi mendengar kalian menikah kontrak."
Diana menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
"Tidak, Eyang. Mana mungkin kita menikah kontrak. Kita kan saling mencintai."
Diana tersenyum lebar sambil melirik Darell meski di dalam hati ingin rasanya dia memuntahkan isi perutnya begitu mengatakan saling mencintai.
Dan akhirnya pagi hingga menjelang siang, Diana sibuk memasukan pakaian dan barang pribadi ke dalam koper. Dia akan tinggal di kontrakan bersama Darell hari itu juga.
Diana melirik pada Darell yang sejak tadi hanya duduk memainkan ponsel tak ada inisiatif untuk membantunya mengemasi barang.
Sangking kesalnya, buku yang sedang digenggam Diana melayang dan mendarat tepat di kepala Darell. Membuat pria itu mengaduh lalu mendongakkan kepala menatap Diana.
"Apa sih?" tanya Darell bernada kesal.
"Bisakah kamu sedikit saja membantu pekerjaanku, hah? Kamu enak sekali sejak tadi duduk selonjor main hp terus," sungut Diana yang memasang wajah kesal.
"Aku sudah bantu."
"Bantu apa?"
"Bantu do'a."
Diana menggeram kesal tepat saat itu kamarnya diketuk oleh seseorang. Membuat Diana dan Darell serempak menoleh.
Pintu kamar yang setengah terbuka memperlihatkan Suryo yang sudah berdiri di ambang pintu. Suryo menatap Diana lalu berpindah pada Darell.
"Ada sesuatu yang ingin Eyang bicarakan bersama Darell. Bisa keluar dulu sebentar, Nak?"
Darell mengangguk kepala. Lalu bangkit dari duduk.
"Sepertinya semesta tidak memperbolehkan aku membantumu," Darell menyunggingkan seringai saat berbisik di telinga Diana sebelum pria itu melangkah pergi dari kamar.
Suryo mengajak Darell duduk di taman samping rumah. Tempat biasa Suryo duduk santai sambil mengisap rokok dan mengamati ayam-ayam kesayangannya.
Darell menatap pria yang menjadi kakek dari istrinya itu dengan tatapan intens.
Beberapa saat berlalu dua pria beda generasi itu hanya terdiam. Lalu Suryo pun memulai pembicaraan setelah mengeluarkan sebuah foto keluarga.
"Ini foto ayah dan ibu Diana," ungkap Suryo.
Darell memandang foto yang usang itu. Dimana terdapat sepasang ayah dan ibu dengan dua anak perempuan.
Ya, meski anak yang satu lagi digendong dalam balutan bedong, tapi Darell yakin itu adalah Tiara. Sementara anak yang berusia sekitar lima tahun adalah Diana.
"Ibu Diana mengalami tindakan KDRT yang dilakukan oleh suaminya dan tindakan itu selalu dilihat Diana semenjak masih kecil. Hingga sampai ibu Diana meninggal dan ayahnya dipenjara, Diana masih menyimpan luka batin."
Darell yang asyik memandang foto pun segera beralih kepada Suryo. Pria tua itu menatap taman dengan pandangan kosong.
Darell yakin bahwa sekarang Suryo tengah mengingat masa kecil Diana.
"Itulah yang membuat Diana sulit atau lebih tepatnya takut menjalin komitmen bersama seorang pria. Dia takut menikah. Karena dianggapnya pernikahan hanya akan membawa dampak buruk bagi seorang perempuan."
Suryo menoleh pada Darell, dan mengulas senyum penuh makna pada pria berusia dua puluh tujuh tahun itu.
"Tapi entah kenapa Diana mau menikah denganmu. Aku pun masih heran."
Darell terkesiap. Tubuhnya gugup mencari alasan yang tepat.
"Mungkin seperti yang pernah Diana bilang, dia ingin melawan rasa trauma itu, Eyang."
Suryo hanya menganggukan kepala.
"Maka dari itu, aku titipkan Diana padamu. Sekarang dia menjadi tanggung jawabmu. Eyang minta bimbing dia untuk melewati rasa takutnya itu."
Darrell mengangguk mantap, menyanggupi permintaan Suryo. Meskipun dia tak tahu bagaimana caranya mengingat dia pun memiliki rasa takut yang belum bisa dia lawan.
Bersamaan dengan itu, Diana muncul dari balik pintu dengan satu tangan menyeret koper dan satu tangan lagi menenteng sebuah paper bag.
Melihat Diana yang sudah siap, Darell pun bangkit dari duduk, berinisiatif membantu menaikan koper ke dalam bagasi, lalu bersama Diana berpamitan dengan Suryo dan Ranti.
Sepeninggalan mobil Diana dari halaman rumah, Suryo hanya diam memandang tanpa ekspresi apapun.
Kemudian Tiara keluar menyusul bersama kakek dan neneknya. Dia pun ikut memandang ke arah perginya mobil Diana.
"Apa Grandpa yakin dengan rencana ini?"
Mendengar kata rencana membuat Ranti mengerutkan dahi.
"Rencana? Apa yang kalian rencanakan?" Ranti melirik Suryo dan Tiara secara bergantian.
"Aku tahu mereka hanya menikah kontrak," kata Suryo masih memandang ke arah jalanan.
"Apa? M-menikah kontrak?" Pekik Ranti terkejut. "Tapi tunggu apa sebenarnya kalian rencanakan?"
Suryo dan Tiara saling memandang lalu tersenyum.
Sebenarnya Suryo akan tetap merestui pernikahan Tiara tanpa perlu menunggu Diana menikah. Namun, Suryo khawatir jika Diana terus menghindari ketakutannya.
Maka dari itu, Suryo dan Tiara membuat drama bahwa Tiara tidak diperbolehkan menikah selama Diana belum berumah tangga.
Dengan menggunakan sebuah pantangan orang zaman dahulu, Suryo secara tidak langsung memaksa Diana untuk menikah. Karena Suryo yakin Diana akan melakukan apapun demi kebahagiaan Tiara.
"Rencana selanjutnya, membuat mereka saling jatuh cinta dan membatalkan kontrak pernikahan. Iya kan, Grandpa?" kata Tiara mengedipkan satu matanya.
Suryo pun tersenyum dan mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Yana Rizky
😘😘
2023-08-29
0
Yana Rizky
😘😘😘
2023-08-29
0
Nana
dasar kakek dan cucu 🤣
2022-10-28
1