Segera Diana menghapus jejak air mata yang membasahi pipi saat dia berpapasan dengan Tiara yang menunggu di samping mobil.
Tiara langsung menegakkan punggung begitu melihat Diana. Raut wajah Taira tak bisa ditebak. Dia sangat penasaran hasil pembicaraan Diana dengan Suryo.
Meski di dalam hati kecil, Tiara yakin Suryo akan tetap pada pendiriannya, tapi apa salahnya berharap terjadi sebuah keajaiban.
"Kak, bagaimana?"
Diana tetap diam masuk ke dalam mobil. Membuat Tiara tahu apa yang telah terjadi.
Pasti Grandpa lagi-lagi memaksa Kak Diana untuk menikah. Batin Tiara menatap sendu pada Kakaknya.
"Kak Diana," panggil Tiara lirih sambil menggenggam telapak tangan Diana yang sangat dingin.
Diana menoleh, memaksakan diri untuk mengulas senyum, dan menggenggam erat tangan Tiara.
"Kakak tidak berhasil membujuk Grandpa ya?" tebak Tiara.
"Tiara, apa kamu yakin ingin menikah dengan Razka?" Diana balik bertanya menatap lekat pada wajah Tiara yang sangat mirip dengannya.
Tiara mengangguk mantap tanpa keraguan sedikitpun. Menjadikan Diana mengusap rambut Tiara penuh kelembutan.
Sejenak Diana menarik nafas. "Kamu tenang saja. Kamu akan menikah dengan Razka."
Perkataan Diana membuat Tiara tersentak senang. Tak bisa Tiara sembunyikan wajah bahagia dengan pipi merona semerah kepiting rebus.
Bahkan Tiara sampai menutup mulutnya yang menganga saking tidak percayanya akan apa yang diucapkan oleh Diana.
"Sungguh, Kak? Grandpa, maksudku Eyang Suryo merestui pernikahanku dengan Razka?"
Diana mengangguk. "Iya, Eyang akan merestui kalau aku terlebih dahulu menikah."
Senyum di bibir Tiara sirna dalam satu detik. Dia menatap heran pada Diana yang kini berganti tersenyum pada Tiara.
"Tapi kamu tenang saja. Kamu hanya perlu melakukan satu hal."
"Satu hal apa, Kak?" Tiara bertanya mengernyitkan dahi.
"Carikan aku calon suami!"
"Hah? Serius? Kakak akan menikah?" Tiara memekik tak percaya.
Detik berikutnya, Tiara berjingkrak di tempat dengan kedua lengan memeluk bahu Diana. Dia tak akan menyangka sang kakak akan membuka hati untuk menjalankan sebuah komitmen bersama seorang pria.
Diana melepas pelukan Tiara tanpa membuat adiknya tersinggung.
"Sudah. Kakak bisa terlambat bekeja jika kamu terus memeluk Kakak."
"Baik, Kak," kata Tiara membantu menutup pintu mobil.
"Nanti malam, kita bertemu di restoran tempat biasa kita nongkrong dan jangan lupa bawakan calon suami untukku."
*
*
*
Seharian itu, Tiara sibuk mengusap layar ponsel mencari beberapa teman pria yang sekiranya mau menjadi kakak iparnya atau dengan kata lain mau menikah dengan Diana.
Untuk pendamping hidup sang kakak, Tiara tak mau pilih orang sembarangan. Tiara menggeser-geser foto pria sambil sesekali memberengut, sesekali menggelang kepala dan seringnya berdecak kesal.
Hingga akhirnya, pilihan jatuh pada Bruno, kakak senior Tiara saat kuliah dulu dan Tiara mengembangkan senyum sempurna ketika Bruno juga setuju akan perjodohannya dengan Diana.
Malam hari, sesuai janji, Tiara mempertemukan Diana dengan Bruno di restoran. Tak lupa Tiara mengajak Razka sebab dia tak mau mati kutu saat momen pendekatan kakaknya.
Tiara, Bruna, dan Razka sudah lebih dulu duduk di salah satu sudut restoran. Mereka masih menunggu kedatangan Diana yang sedikit terlambat dengan alasan pekerjaan yang belum selesai.
Setengah jam mereka menunggu, Diana pun datang dan langsung menghempaskan diri ke kursi.
"Kak, kenalkan ini Bruno dan Bruno ini kakakku, Diana," kata Tiara memperkenalkan Diana dengan Bruno.
Bruno mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Diana dengan tatapan terpesona pada wanita cantik yang ada di depannya.
Namun, Diana menyambut jabatan tangan itu dengan malas.
"To the point saja. Jadi kamu mau menikah kontrak denganku?"
"Apa?" semua orang tercengang dengan pertanyaan yang dilontarkan Diana.
Terlebih Tiara yang belum sadar mulutnya masih menganga lebar.
"Sayang, tutup mulutmu," kata Razka memperingatkan Tiara.
"Oh iya, lupa."
"Apa maksudmu menikah kontrak?" tanya Bruno mengernyitkan dahi.
Raut wajah yang memancarkan kekaguman pada Diana, seketika itu hilang sirna diganti dengan tatapan menyelidik dari seorang Bruno.
Diana hanya mengangkat kedua alisnya dengan gaya santai dia berkata, "Ya, kita hanya menikah kontrak. Setelah tiga bulan pernikahan adikku, kita cerai."
"Apa? Kakak yakin?" pekik Tiara tak percaya.
Diana menoleh pada sang adik, menganggukan kepala sebagai jawaban, lalu kembali menatap Bruno menunggu jawaban dari pria itu.
Sejenak Bruno tergugu. Dia mengira Diana akan mengajaknya memulai suatu hubungan yang serius tapi nyatanya dia hanya mengajukan pernikahan kontrak.
"Aku tidak bisa," jawab Bruno pada akhirnya.
"Oke, kalau begitu, Tiara, carikan lagi calon suami untukku," kata Diana singkat, padat dan jelas kemudian beranjak pergi.
Tiara dan Razka menatap punggung Diana yang menjauh dengan tanda tanya besar di kepala mereka. Lalu Tiara mengusap tengkuknya menahan malu karena telah memberikan harapan palsu pada Bruno.
"Kak Bruno, tunggu sebentar! Aku mau cek kewarasan kakakku dulu," kata Tiara sesaat sebelum dia berlari menyusul Diana.
Larinya Tiara juga disusul oleh Razka yang meninggalkan Bruno sendirian. Jujur Bruno telah terlanjur kecewa dan memilih untuk pergi saja.
Sementara di pelataran restoran, Tiara berhasil menyambar dan menahan tangan Diana. Menjadikan wanita itu memutar badan untuk menghadap sang adik.
"Apa Kakak gila menikah kontrak hanya agar Grandpa merestui pernikahan aku dengan Razka?" tanya Tiara terengah.
"Aku tidak gila. Kamu bilang akan melakukan apapun agar Eyang Suryo setuju kamu menikah kan? Jadi yang harus kamu lakukan adalah mencari pria yang mau menikah kontrak denganku," Diana berkata tegas tanpa ada sedikit keraguan di setiap katanya.
Tepat saat itu, Razka bergabung berdiri di antara Tiara dan Diana.
"Bagaimana kalau Grandpa tahu Kakak menikah kontrak?" Tiara kembali bertanya.
Diana menghela nafas dan berdecak kesal. Dia melipat tangan di depan dada.
"Ya, jangan kasih tahu dong."
"Tapi, Kak…"
Diana menekan jari telunjuk ke bibir Tiara agar adiknya itu diam. Dengan melayangkan tatapan mata yang menyakinkan, Diana mengangguk pelan.
"Lakukan saja apa yang Kakak perintahkan! Demi kamu, Kakak akan melakukan apapun. Kamu satu-satunya adik yang Kakak punya. Setelah kehilangan Ibu, Kakak tidak mau kehilangan kamu juga."
Detik berikutnya, kakak dan adik itu saling menghamburkan pelukan. Atau lebih tepatnya Tiara yang memeluk erat Diana.
Tak bisa dibendung lagi, air mata mengalir dari ujung mata Tiara. Razka yang melihat adegan itu pun ikut terbawa suasana.
Razka mengusap ujung mata yang sebenarnya tidak ada air mata di sana.
"Kalau begitu, Kakak ingin tipe pria yang seperti apa?" Razka maju satu langkah untuk bertanya.
Tiara mengurai pelukan, menganggukan kepala dan menatap Diana. "Iya, Kak. Kakak ingin pria yang seperti apa untuk dijadikan suami kontrak?"
Sejenak Diana mengerutkan alis berpikir tapi tak lama dia mengibaskan tangan ke udara.
"Tipe pria yang tidak meminta dilayani. You know," Diana membuat tanda kutip menggunakan tangannya. "Urusan ranjang."
Tiara ber-oh pelan. Lalu otaknya berpikir keras mencari teman yang sekiranya saat menikah nanti tidak meminta jatah pada Diana.
"Kalau perlu pria impoten lebih bagus," imbuh Diana.
Razka yang mendengarkan, mengetukkan jari ke dagu, lalu dia tersentak saat pikirannya terlintas satu nama.
"Ah, tahu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
TePe
seru jg kawin kontrak kali ga
2023-04-28
0
Nana
bunga utk kak 😍
2022-10-23
1
Nana
mulai Razka 🤣
2022-10-23
1