Tuan Benet tadinya mendesak untuk pulang dan minta di rawat inap tapi Kellen menolak tegas permintaan sang ayah hingga mereka harus menginap di Rumah Sakit ini dengan Dokter yang terus memantau perkembangan Tuan Benet.
Sementara Kellen. ia tengah merenung jauh di samping bangkar Tuan Benet yang sudah melelapkan diri. terbukti dengan helaan nafas halusnya yang stabil walau masih terkesan sesak.
"Kemana aku akan mencari pria hanya untukmu. Dad!"
Batin Kellen menggenggam tangan rentan ini. ia menundukan egonya dan melemahkan hatinya hanya untuk membuat keadaan ayahnya membaik dan tak memikirkan soal pernikahan dan pernikahannya terus.
"Kau pikir mudah. ha? aku hanya ingin hidup denganmu, tapi kenapa kau ingin melepaskan aku?"
Kellen menopang dahinya ke lengan sang ayah. sulit mengambil keputusan berat ini sampai Jam sudah berputar ke angka 2 tapi Kellen masih tetap di waktu yang sama.
Lama Kellen menimbang-nimbang keputusannya sampai suara deringan ponsel itu menariknya kembali ke dunia nyata.
Jemari lentik indah itu meraih benda pipih yang menyala di dalam tas. Namun, dahi Kellen menyeringit dikala melihat nomor asing kembali masuk.
"Siapa? apa mungkin Joy?" gumam Kellen lalu berdiri mengangkatnya.
"Hello!"
"Kenapa menelfonku?"
Suara pria ini membuat Kellen bertambah asing. ia benar-benar merasa aneh dan tak kenal.
"Sorry! who are you?" tanya Kellen tak mengerti.
"What? You called me. No?
Kellen ingin menjawab pertanyaan itu namun tiba-tiba lengannya di sentak tangan seseorang dan mata ember Kellen beralih pada wajah Ayahnya.
" D..Dad!"
Tuan Benet melempar senyum jenakanya membuat Kellen terhenyak.
"Itu calon suamimu!"
"D..Dad kau.."
"You Stupid!"
Umpat pria di seberang sana langsung mematikan sambungan. Kellen terduduk di kursinya menatap Tuan Benet dengan kebingungan.
"This.. ouh Dad." decah Kellen frustasi.
"Maaf. tapi Dady yang menelfonnya. untukmu!"
Kellen mengusap wajahnya kasar. ia benar-benar tak menyangka akan serumit ini.
"Nomor siapa?"
"Nomor?"
"Hm."
Tuan Benet mengeluarkan kartu yang tadi ia gunakan untuk menghubungi alamat Perusahaan Miller Company. awalnya ia tak di perbolehkan meminta nomor asli Presdirnya tapi Tuan Benet berhasil mengecoh mereka dengan mengatakan jika Kellen adalah kekasih pria itu.
Sedangkan Kellen. jangan di tanya lagi raut wajahnya bagaimana? wanita berambut lurus coklat kepirangan itu mematung diam.
"Dady yakin dia akan menyukaimu."
"Tapi... "
Kellen menjeda ucapannya seraya menghela nafas halus. ia tak akan memarahi Ayahnya karna bisa saja pria ini kembali ambuh.
"Dady mengatakan apa?"
"Kau kekasih Presdir!"
"Whatt???" pekik Kellen keras dengan mata ember indahnya membulat dan dua lapis bibir itu merekah.
"D..Dady..."
"Maaf. tapi mereka percaya, mungkin Presdirnya tak memiliki wanita. Sayang!"
Kellen menggeleng. ia ingat Miss Barbie mengatakan jika calon tunangannya adalah Tuan Muda Miller dan apa yang di lakukan Dadynya akan membuat masalah besar untuknya nanti.
Melihat raut pucat Kellen. Tuan Benet beralih menggenggam jemari lentik putrinya yang dingin.
"Ada apa? Dady hanya ingin membantumu."
Kellen memejamkan matanya. menormalkan degupan jantung yang menghentak keras serta suasana hati yang buruk.
"Kellen!"
"Tak apa. Kellen hanya syok." jawab Kellen kembali mengambil ketenagan. Ia beralih menggenggam tangan Ayahnya yang menunggu jawabannya.
"Bagaimana? apa kau bersedia?"
"Dad!"
"Temui dia sekali, kalau kau tak cocok maka kita bisa mencari yang lain. Sayang!"
Kellen terdiam sejenak lalu segera mengangguk membuat senyum Tuan Benet merekah mengecup punggung tangan mulus putrinya.
"Dady senang! kau ..kau tak akan kesepian."
"Dad! sudahlah, aku malas membahas soal itu terus." jawab Kellen merapikan selimut Tuan Benet.
"Tidurlah! aku mau Dady tetap sehat. jangan banyak pikiran, mengerti?"
"Sure. Baby!"
Kellen menipiskan bibir sensualnya. Ia mematikan lampu ruangan dengan pencahayaan otomatis remang agar kualitas tidur Ayahnya lebih baik.
"Kau tidur juga. Kellen!"
"Iya. Ded!"
Jawab Kellen seraya melangkah gontai ke arah sofa panjang di sudut sana. Ponsel itu masih ia peggang erat seraya menjatuhkan diri ke atas peraduan empuk ini.
"Apa yang akan ku lakukan besok? apa Miss Barbie akan marah padaku?!"
Batin Kellen memijat pelipisnya pusing. karna tak bisa menahan denyutan pusing itu, Kellen memilih membaringkan tubuhnya ke atas sofa mereka mengeratkan Mantel hangatnya.
"Apa aku harus menemuinya besok? berarti aku harus ke Spanyol." gumam Kellen benar-benar frustasi. Ayahnya ingin ia segera menikah tapi pria ini mempersulit keadaanya.
Lama Kellen menimbang-nimbang keputusan. Ia menatap wajah lelap sang ayah yang terlihat tersenyum. ia tak tega mengecewakan sosok ini.
"Baiklah! aku bisa bertemu dengannya dan menjelaskan maksudku apa?! dia pasti akan mengerti akan kondisi ini hingga aku pulang menjelaskan semuanya pada dady."
Batin Kellen menyusun rencana. ia tak tahu apa yang akan terjadi nantinya tapi yang jelas ia harus berusaha meyakinkan pria itu agar menjelaskan keadaan ini pada Tuan Benet.
Dalam pemikiran Kellen itu tentu berjalan mudah. padahal, Realitanya sangat susah di selesaikan.
"Tapi, apa besok ada jadwal baru?" gumam Kellen lalu mencari kontak Agatha. ia menghubungi nomor itu hingga tersambung lancar.
"Hello. Dok!"
"Apa aku ada jadwal besok?" tanya Kellen menunggu. terdengar suara pergerakan di seberang sana dan di pastikan wanita itu tengah memeriksa.
"Untuk besok..."
"Ada?"
"Emm.. tidak ada Dok. mungkin hanya beberapa pelanggan minggu kemaren."
Jawab Agatha pasti. Kellen menghela nafas halus sebelum menimpali itu.
"Besok aku harus pergi, kau Handel dulu urusanku di Klinik."
"Pergi kemana. Dok?"
"Katakan saja aku ada urusan bisnis."
Jawab Kellen lalu mematikan sambungan. tanpa ia sadari pembicaraan itu di dengar oleh Tuan Benet yang melebarkan senyuman.
"Dady harap pilihan ini tak salah. Nak! Dady hanya ingin kau bahagia."
Batin Tuan Benet bicara sendu. Setidaknya ia lega jika Kellen tak mempermasalah lagi urusan itu.
..........
Suara percakapan sengit itu terdengar sangat intens. tepat di depan cermin riasnya ia duduk menatap keluar jendela dimana butiran salju itu tengah turun berderai indah.
Ia mendengarkan ucapan pria di seberang sana tentang nomor yang tiba-tiba masuk tak jelas.
"Apa temanmu ada yang meminta nomerku?"
"Tidak. Sayang! tapi.."
Miss Barbie membayang akan kejadian tadi. apa secepat itu Dokter Kellen menghubungi Perusahaan? tapi kenapa bisa seperti ini.
"Wanita itu dari Negaramu. Asistenku bilang dia menyebar rumor sebagai kekasihku. kau sengaja melakukan ini. ha?"
Miss Barbie menggeleng. ia juga tak mengerti siapa itu dan kenapa bisa melakukan semua ini?
"Aku tak tahu. Martin! aku hanya menyerahkan Kartu Perusahaan pada seorang Dokter. tapi bukan berarti itu dia."
Terdengar helaan nafas di ujung sana membuat Miss Barbie cemas jika tunangannya ini marah padanya.
"Honey!"
"Sudahlah. aku malas mendengarmu."
"Tapi..."
Tak sempat kalimatnya usai. sambungan itu sudah terputus. Miss Barbie segera mengumpat frustasi.
"Apa mungkin Dokter Kellen? tapi.. selama ini dia tak tertarik untuk hal semacam ini." gumam Miss Barbie menebak-nebak. ia yakin ini bukan Kellen ia sangat percaya dengan gaya wanita cantik itu.
"Tidak mungkin dia. Wanita sekelas Dokter Kellen mana mau melakukan hal murahan ini."
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kinay naluw
di tikung dokter kecantikan nih yeeeeeeee.
2022-12-28
0
Triiyyaazz Ajuach
hrsnya Kellen bilang pada ayahnya klau pria yg ditelpnya sdh pnya tunangan
2022-10-10
2
Nischa
suka banget dgn
2022-10-10
1