Mobil mewah keluaran terbaru itu tampak melesat masuk ke sebuah Gerbang besar yang di buka oleh dua pengawal Kediaman.
Dua mobil hitam yang mengiring di belakang tampak menjaga dengan sangat ketat melewati jalan menuju Kediaman yang sudah berdiri dengan kokoh dan gagahnya di depan sana.
Sebuah Bangunan besar dan sangat luas dengan Arsitektur khas Roma dengan warna coklat tua yang klasik.
"Nyonya!"
Para penjaga di luar Kediaman segera berkumpul ke arah teras besar yang tampak bersih dengan Ubin mewah mengkilap.
Groel yang tadi sudah bersiap segera keluar membuka pintu Mobil mewah ini hingga mereka semua membungkuk kala melihat sosok wanita paruh baya itu.
"Selamat datang. Nyonya!"
"Ambil barang-ku!"
Groel mengangguk beralih ke belakang mobil. Wanita dengan rambut pirang dan kulit bersih terawat itu melenggang elegan menuju pintu utama Kediaman.
Ia mengenakan mantel hangat dengan topi kecil di kepalanya menunjukan aura bangsawan yang sangat pas.
Para pelayan yang ada di dalam sana sudah berderet rapi dengan tubuh membungkuk penuh hormat menyambut sang Nyonya.
"Nyonya!"
"Ada yang berubah?" pertanyaan keluar dan intonasi yang sangat datar. wajah cantik dengan make-up tebal tapi rapi itu menelisik tajam ke semua sudut Kediaman yang sudah beberapa minggu ini ia tinggalkan.
"Nyonya! semuanya baik-baik saja, Tuan Martienz tengah ada di ruang kerjanya."
"Panggil dia turun!"
"Baik!"
Kepala pelayan itu segera memundurkan langkah lalu mulai pergi ke arah Lift di samping. sementara wanita dengan aura kerja keras dan sangat tegas itu masih diam di tempat mendebarkan semua jantung para pelayan yang gelisah.
Apa ada masalah? kenapa Nyonya-nya seperti marah?
Pertanyaan yang terlempar dari masing-masing mata yang saling menatap.
"Nyonya!" Groel muncul membawa Koper wanita itu.
"Jangan ada yang bergerak disini."
"Apa ada masalah? Nyonya!" tanya Groel agak bingung. ia benar-benar tak pernah bisa menebak apa yang tengah ada di pikiran seorang VERENA MILLER.
Groel hanya bisa menunggu hingga ia melihat Lift terbuka menampakan sosok tinggi jangkung yang sepertinya baru saja selesai mengadakan rapat bersama Kliennya di ruang kerja sana.
"Mom! kau pulang tak mengabariku."
"Tuan! Nyonya sepertinya ingin membicarakan sesuatu." jawab Groel membuat dahi Martienz mengkerut. pria berkemeja putih itu mendekat hingga berdiri di hadapan Nyonya Verena.
"Ada apa Mom?"
"Kenapa tak ada laporan tentang Ax?" tanya Nyonya Verena dengan intonasi menghakimi. ia baru saja pergi beberapa minggu tapi tiba-tiba saja bawahannya mengatakan jika Martinez telah melakukan kesalahan.
"Kenapa kalian diam? apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Mom. sangat lumrah jika Axton mengamuk, dia tak pernah bisa tenang." jawab Martinez bicara dengan nada agak kesal. ntah bagaimana lagi caranya menyingkirkan pria itu?!
"Aku tahu. tapi bukan berarti kalian diam saja. dia tak boleh sampai keluar bahkan melewati pintu itu."
"Groel sudah memasungnya. dia juga sudah di beri penenang." ucap Martienz memberi pengertian pada Nyonya Verena yang memang begitu sulit dipahami. jika di bilang dia tak perduli maka dia selalu menjenguk Axton. Namun, dia sama sekali tak mengizinkan pria itu melihat dunia luar.
"Ax berhasil membocorkan pipa besi di dalam sana. kalian tak bisa mengontrolnya dengan baik!!" murka Nyonya Verena membuat mereka semua memucat termasuk Martinez yang tahu bagaimana Momynya marah.
"Jika sampai dia merobohkan lorong itu. semuanya akan habis." imbuhnya geram dan sangat mengintimidasi.
"Mom. sekarang sudah baik-baik saja, dia tak akan kambuh secepat itu lagi."
"Dan kau..."
Nyonya Verena menatap tajam Martinez yang terdiam. dari sorot mata coklat dengan alis menukik tajam ini Martinez tahu Momynya tengah menyimpan kemarahan untuknya.
"Ikut denganku!"
"Shitt!" umpat Martinez kala Nyonya Verena sudah melewatinya menuju ruang keluarga. Ia mengisyaratkan Groel untuk mengurus para pelayan yang memang sudah tak asing dengan Keluarga Miller.
Mereka di paksa tutup mulut dan jangan berani membicarakan apapun yang di lihat.
"Tuan. ingat pembahasan kita waktu itu."
"Aku tahu dan memang sudah jengah dengan ini semua." jawab Martinez lalu berbalik mengikuti Nyonya Verena yang sudah masuk ke ruangan megah satu itu.
Rasa dongkol meruak di batin Martinez tapi ia tak cukup berani melawan Momynya.
"Mom!"
Ia masuk lalu menutup pintu. ruangan dengan desain casual berwarna gold tua ini mengusung kesan sangat santai dan mewah.
Nyonya Verena duduk di atas sofa singelnya menatap Martienz dengan sangat tak biasa.
"Mom. ada apa?" beralih duduk berhadapan.
"Ini!"
Nyonya Verena melempar beberapa foto ke hadapan Martienz yang tersentak akan semua ini. apalagi matanya melebar kala melihat foto siapa yang tengah di seret keluar Apartemen itu.
"M..Mom.."
"Aku sudah tekankan padamu. jangan lagi bermain wanita terang-terangan, tapi apa yang kau lakukan. ha?" tanya Nyonya Verena dengan mata melotot marah. jelas ini sangat membahayakan reputasi dan Dunia bisnis mereka di luar sana.
"M..Mom. kau..kau salah paham. this wrong." elak Martinez memunguti 3 foto yang memperlihatkan Kellen yang saat itu ada di Perusahaan dan di Apartemen.
"Wanita ini memang membuat masalah baru."
Batin Martinez sungguh geram. belum puas ia menyiksa wanita angkuh itu dan sekarang tetap saja menciptakan masalah berat untuknya.
Melihat raut wajah keras Martinez. Nyonya Verena sudah menebak jika wanita cantik dari Negri Paman Sam itu tak baik bagi bisnis mereka.
"Kau akan bertunangan dengan Keluarga Norenel, jaga sikapmu."
"Mom. itu tak disenjaga, lagi pula dia yang dulu menggodaku." elak Martinez lagi bersilat lidah.
Ia akan segera melepaskan Kellen sebelum Momynya tahu kalau ia sudah membawa wanita itu di dekat Kediaman.
"Aku tak ingin karna kebodohanmu, mereka mempertanyakan kepastian Pernikahan. jangan sama seperti pria tua tak berguna itu." tekan Nyonya Verena dengan sangat tegas. ia sekarang tengah berusaha untuk menormalkan dunia bisnis mereka yang sempat terguncang akibat isu mesum Martinez.
"Kau PAHAM?"
"Yah. aku paham, Mom!" gumam Martinez menyimpan rasa kesal dan tak terimanya. ia sama sekali tak ada niatan untuk menikah apalagi berkomitmen tapi sayangnya hanya karna Bisnis, Nyonya Verena ingin memekarkan kekuasaan Miller ke daerah Negara lain.
"Tapi, aku tak mencintai Barbie."
"Kita sudah membicarakan ini sedari lama. Martin." tegas Nyonya Verena sudah jengah dengan pembahasan ini.
Melihat respon Nyonya Verena yang sepertinya menciptakan ide di kepala licik Martinez.
"Aku akan setuju serius untuk bertunangan jika Momy melakukan satu hal untukku."
"Kau tak bisa menawar." sarkas Nyonya Verena terlihat angkuh dan sangat keras.
"Mom. aku akan bersedia fokus pada bisnis dan perluasan kekuasan jika Axton juga MENIKAH."
Nyonya Verena terdiam akan ucapan Martinez yang sungguh tak masuk akal. siapa yang ingin menikah dengan pria cacat mental seperti Axton?
"Kau jangan membual. Axton hanya akan merusak rencanaku."
"Mom. jika Momy menikahkan Axton maka, dia akan lebih sibuk dan tak akan mengacaukan apapun."
Ujar Martinez dengan senyum tipisnya. ia ingin lihat bagaimana Axton akan menyulut amarah Nyonya Verena hingga nyawa pria itu di ambang batas.
"Dia tak akan tahu yang namanya pernikahan dan rencana."
"Like That!" sambar Martinez sungguh bermain taktik.
"Kau.."
"Jika Axton menikah, dia akan punya pengasuh dan kita tak perlu repot mengurusnya. Axton akan menyiksa wanita itu dengan kesenagan memukulnya. Mom!"
Tak ada tanggapan dari Nyonya Verena yang sesungguhnya juga tengah memikirkan ini.
"Mom. yakinlah, Axton akan memberi kita peluang besar. dia tak akan mengamuk lagi karna sudah punya samsak tinju sendiri." imbuh Martinez semakin berusaha mempengaruhi Nyonya Verena yang berfikir.
"Kau yakin dia tak akan mengamuk?"
"Yakin. Mom! Axton hanya butuh kekerasannya sendiri." jawab Martinez berbinar cerah kala Nyonya Verena mempertimbangkan ini.
"Lihat saja. sekali tepuk, dua lalat akan mati."
........
Di lorong dengan lampu masih menyala itu terdapat dua insan manusia yang saling memunggungi. suasana terlihat canggung dan begitu dingin kala tadinya mereka sadar dengan posisi yang begitu intim.
Wajah cantik Kellen memerah malu menutupi bagian dadanya sedangkan sosok dingin ini terlihat diam menatap kosong dinding baja di hadapannya.
"N..Namamu siapa?" tanya Kellen agak melirik ke belakang.
Sedari tadi tak ada suara yang keluar dari bibir kering pria itu dan sepertinya ia berusaha mencari tempat gelap hingga hanya melamun menyandarkan kening ke dinding.
"Namamu Ax?"
"A...X.."
Gumaman itu lagi. Kellen memberanikan diri berbalik hingga matanya kembali di hadapkan dengan punggung berotot yang penuh dengan luka, salah satu fokus Kellen kembali pada seretan huruf di bawah bahu itu.
"Kenapa? kau tak suka cahaya, Ax?"
"A...X.."
Gumam Axton mulai gelisah. ia terlihat linglung dan segera menatap panik kesemua sudut lorong.
"Ax.. Ax..."
"Kenapa?"
Axton tak menjawab. wajahnya pucat seperti menyimpan ketakutan, kedua kakinya di tekuk dengan kepala di benturkan ke baja besi itu membuat Kellen Syok.
"Kau.."
"A..X.. Ax.." gumam Axton linglung sesekali memukul betisnya dengan kasar dan penuh amarah.
"Aaaaaxxx!!!" teriaknya keras dengan mata penuh waspada.
"T..Tenanglah."
"A..X..."
Racaunya mendorong Kellen menjauh. ia merapat ke dinding menyembunyikan wajahnya di sela tekukan kaki itu.
Kellen benar-benar merasa takut tapi ia juga iba.
"Aaaaxxx.. Aa..Axx.."
"K..Kau jangan..jangan takut. mereka..mereka belum datang." ucap Kellen berusaha mendekat tapi Axton benar-benar sulit untuk di dekati, emosi pria ini tak bisa di kendalikan.
".. A..Ax.. A..."
"Tenang!! tenang dulu!" sambar Kellen segera menahan kedua lengan Axton yang berusaha melukai dirinya sendiri.
Kekuatan Kellen tak sebanding hingga tubuh jenjangnya beberapa kali mencium lantai. Axton menatap mengigil Kellen yang sungguh tak kuat dengan luka di tubuhnya.
"K..kau.. A.. Ax.."
"Shitt. kakiku." geraman Kellen memeggangi pergelangan kakinya yang sudah membiru. ia tak bisa berdiri lagi atau sekedar untuk berjongkok.
Melihat Axton yang mulai kembali seperti semalam. Kellen tak punya cara lain, ia harus mengorbankan tubuhnya lagi.
"Ax! Ax dengar aku."
"A.. Axx.. A.. Ax!" Axton menggeleng memukul kepalanya kuat seperti tengah menahan lonjakan amarah.
Kellen segera menarik lengan Axton lalu mendekap pria itu kuat dengan kedua kaki mengungkung paha kekarnya.
"Diam!! kau diam!!" tegas Kellen menekan tubuh Axton ke dinding dengan kuat.
Kegelisahan itu bisa Kellen lihat dan ia harus segera menanganinya. Sikap Axton sangat mirip seperti anak Autisme yang ada kelainan pada sel sarafnya.
"A..Ax.."
"Tenanglah. tak ada yang akan datang." bisik Kellen perlahan menangkup rahang tegas ini dengan satu tangan lembutnya.
Sihir itu kembali bekerja. Axton yang linglung berusaha menatap Kellen dari kilauan cahaya lampu yang mengusiknya.
"K..kau..."
"Tenanglah. tak akan ada yang melukaimu, hm?"
Ucap Kellen merapikan rambut bagian atas kepala Axton yang terlihat sayu tak bisa melihat jelas.
Kellen meraih kain tipis di samping paha pria ini lalu mulai mengelap darah yang ada di kening Axton.
"Tak apa. cahaya itu bagus, tak sakit-bukan?"
"S.. a.. k.."
Sangat terbata-bata dan tak fasih. Kellen menghela nafas halus, ia tak tahu apa yang terjadi tapi Axton memang sulit untuk di tebak sifatnya.
"Namamu Ax?"
"A.. X.." gumamnya mengikuti gerak bibir Kellen dengan pandangan kosong.
"Namaku Kellen!"
"K.. l.." dia tak bisa mengucapkannya hingga terlihat ingin marah tapi Kellen berusaha agar tetap tenang.
"Say like This. KEL.."
"K..Kel..."
"Len!" sambung Kellen lagi melatih berbicara hingga Axton mengulang dengan susah payah tapi tak bisa. ia hanya mengucapkan namanya saja.
"A.. X.."
"It's ok. itu tak penting." jawab Kellen menaikan bahunya acuh. tapi tatapan kosong Axton selalu tertuju pada bibirnya ntah pandangan penasaran dan seperti merekam sesuatu.
"Kau lapar?"
Axton diam masih belum bergeming. Kellen beralih meraih kotak makanan yang semalam tak sempat ia buka.
"Aku tak tahu apa yang mereka siapkan untukmu." gumam Kellen membuka benda itu hingga matanya di hadirkan dengan satu potong roti isi yang tampaknya sudah berbau.
"Ini tak layak makan."
"A..X.."
Axton menepis benda itu hingga jatuh ke lantai. sungguh Kellen syok dengan wajah kesal bukan kepalang.
"Kau..."
"K..Kel.."
Degg..
Vote and Like Sayang..
Maaf say.. bukannya author up cuman 1. tapi beberapa hari ini NT sering eror malah nggak di reviuw bab nya🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kinay naluw
ulah Martinez malah ngirim jodoh buat Ax.
2022-12-28
0
Anisul Mukaromah
berharap dengan adanya kellen disisi axton akan menyembuhkan axton
2022-10-16
3
_theycallme.thur_
semangat up nya Thor.
2022-10-16
1