Langkah lebar kaki jenjang memakai Boot itu tampak bergerak cepat menapaki lantai rumah sakit yang di penuhi berbagai pasean.
Wajah cantiknya bergurat panik dengan berlari ke arah resepsionis Rumah Sakit. wanita berambut coklat kepirangan itu menghadap pada petugas di lantai bawah.
"Excuse me. Where is Mr. Benet's room?" panik Kellen menatap petugas di depannya.
Beberapa orang yang melihat di sekitar hanya menatap Kellen dengan pandangan beragam. ada yang memuji kecantikan wanita itu dan ada yang ikut merasakan kekhawatirannya.
"Mr Benet?" tanya petugas wanita itu mencari.
"Yeah! That's my dady." jawab Kellen gusar. Petugas wanita itu mengangguk memberikan ruangannya hingga Kellen bergegas ke sana.
Ia tak memperhatikan lagi penampilannya yang bisa di katakan tengah berantakan tapi terkesan khas.
Setelah beberapa lama mencari. Kellen menemukan ruangan rawat sang ayah hingga tanpa permisi Kellen masuk begitu saja.
" Dady!!" pekik Kellen dikala mata embernya melihat pria tua itu tengah terbaring diatas bangkarnya di dampingi seorang pria muda.
"Kellen!"
"Dad!" lirih Kellen dengan mata berkaca-kaca mendekat ke arah bangkar. matanya terus melukis keadaan sang ayah dari arah ujung selimut ke puncak kepala memutih itu.
"K..kau pulang?" suara serak rentan keluar mencolos hati lembut Kellen yang mematung di samping Tuan Benet.
"Dad! kenapa..kenapa bisa begini?" gumam Kellen beralih mengengggam tangan Ayahnya. Tuan Benet tersenyum melihat raut cemas yang tergambar jelas di wajah sang putri tunggalnya.
"Dady tak apa. jangan bersedih. hm?"
"Kenapa? kau selalu saja membuatku cemas. Dady tak bisa bersikap santai terus." protes Kellen tak suka. ia membuat desiran halus di dada Tuan Benet dikala merasakan kasih sayang putrinya teramat besar untuknya.
Namun. apalah daya Tuan Benet yang hanya hidup sendiri bersama Kellen karna istrinya sudah meninggal dunia dikala Kellen masih kecil.
"Dady baik-baik saja. benarkan Joy?" tanya Tuan Berent pada Joy si pria berambut gondrong anak pemilik Kebun anggur tempat ayah Kellen bekerja.
"Yeah! Tuan Benet baik-baik saja."
"Kau dengar? Kel!" Tuan Benet menatap Kellen yang hanya memandangnya datar tapi sangat tahu artinya.
Wanita itu menghembuskan nafas berat tak melepas genggamannya ke tangan rentan sang ayah. ia takut? yah. Kellen sangat takut akan kehilangan pria yang begitu berarti dalam hidupnya.
"Dadymu bisa mengatasi segalanya. tapi, Dokter bilang dia kelelahan."
"Terimakasih. kau bisa pulang." ucap Kellen tenang pada Joy yang mengangguk lalu melangkah pergi. ia sesekali melihat kebelakang seakan belum rela meninggalkan tempat ini.
Tapi. perlu di garis besar kalau ia tak rela memutus kontak wajah dengan sosok cantik itu.
Saat suara pintu ruangan tertutup barulah Kellen mendudukan diri di samping Bangkar Tuan Benet yang masih terlihat kesulitan bernafas. jambang tua itu sedikit terangkat karnanya.
"Bagaimana harimu?"
"Tidak baik." jawab Kellen dengan suara datarnya. tangan lentik wanita ini mengusap punggung tangan Tuan Benet yang di infus dengan hati-hati.
"Apa ada yang merusak mood Dewiku?"
"Ada." jawabnya seadanya. Senyum tipis di bibir pucat itu mekar menduga jika putrinya sudah marah hingga berdiam begini. Ia tahu tabiat Kellen bagaimana.
"Kau marah?"
Kellen mengangguk. ia tak suka jika Tuan Benet bekerja terus padahal ia sudah mencukupi semua kebutuhan sang ayah.
"Kenapa? Dady baik-baik saja. dan.."
"Stop! Dady.. dady selalu saja begini." sela Kellen dengan mata berair. ia sangat sensitif jika sudah menyangkut soal ayahnya.
"Kellen bekerja keras itu untuk Dady. tolong mengertilah, Kellen tak mau Dady sakit begini. Kellen tak suka." imbuhnya dengan nada marah dan kecewa.
Tuan Benet menggenggam tangan putrinya hangat. tanpa sadar pria itu meloloskan butiran air di ujung pelupuk netra tuanya.
"M..maaf."
"Dad! semua yang Kellen lakukan itu untuk Dady, tak usah bekerja terlalu keras. apa yang mau Dady beli? apa yang.."
Kellen tak bisa lagi bicara. rasanya ia hanya ingin mengatakan 'Jangan tinggalkan aku' tapi ia takut mengatakannya. takut jika itu terjadi lagi.
"Kellen hanya punya Dady! t..tolong mengertilah." imbuh Kellen bergetar menunduk. tetesan air bening hangat itu mengenai punggung tangan Tuan Benet yang tak tahan lagi dengan semua ini.
"Jangan menangis. jangan!"
"D..Dad." lirih Kellen berhambur memeluk pria ini dengan hati-hati. ia terlihat sangat terluka mendengar nafas berat dan helaan sesak di dada Tuan Benet.
"Momy-mu akan marah jika Dewinya menangis."
"Momy..Momy akan semakin marah jika Dady tak mau menurutiku." bantah Kellen mengecup pipi berjambang tipis itu.
Tuan Benet mengusap lengan mulus putrinya lembut. ia terlalu takut jika saat ia pergi maka tak ada yang akan menemani putri kesayangannya lagi.
"Kellen!"
"Yah? apa ada yang sakit?" tanya Kellen menarik diri. ia melihat infus dan layar monitor yang bergerak mengkhawatirkan.
"Kapan kau akan menikah?"
"Dad!" lirih Kellen terkesan jengah. Ia menegakkan tubuhnya seraya menghempaskan nafas berat.
"Dady serius."
"Kellen juga. kenapa harus menikah?" tanya Kellen mulai frustasi. ia hanya ingin fokus dengan hidupnya dan kesehatan Tuan Benet tapi kenapa selalu saja pertanyaan ini yang ia dengar setiap harinya?!
Melihat wajah kesal sang putri. Tuan Benet hanya menyimpul senyum, mau bagaimanapun ia tak ingin Kellen semakin menderita karna pria penyakitan sepertinya.
"Karirmu sudah sangat bagus. Nak! kau putriku yang paling cantik, carilah pria yang bisa menjagamu lebih dari. Dady."
"Tak ada. Kellen tak punya pria, Kellen hanya punya Dady." bantah Kellen menggeleng. jelas jika ia belum siap untuk menempuh jalan itu.
"Kellen! Dady tahu kau kesepian. Sayang!"
Kellen terdiam dengan nafas terus di normalkan. ia yakin jika ini tak akan selesai jika di teruskan.
"Terserah. tapi Kellen tak mau menikah. That's right."
"Kellen. dady.."
"No! sekarang Kellen mau Dady istirahat. Kellen ingin menemui dokter dulu."
Sela Kellen meninggalkan tasnya di samping Tuan Benet lalu melangkah keluar. mata sayu Tuan Benet terasa hampa melihat kepergian sosok itu tapi ia masih tenggelam dalam dilema pilihan ini.
"Seandainya Momymu masih ada. maka, Dady tak akan menghawatirkanmu seperti ini." gumam Tuan Benet dengan suara parau karna terhambat rasa sesak.
Ia tahu Kellen sangat pekerja keras. mereka dulu bukanlah keluarga yang berada tapi Kellen tetap mau berusaha sampai ke titik ini dan Tuan Benet merasa terlalu membebani putrinya dengan penyakit kronis yang ia derita.
Lama merenungkan pertimbangan. Tuan Benet tak sengaja menggeser Tas Kellen hingga terlihat ada benda terselip gemang di antara saku Tas.
"Dia selalu saja menyimpan kartu sembarangan." gumam Tuan Benet menggeleng menarik benda segipanjang kecil ini.
Namun. dahinya menyeringit melihat ini bukan Kartu ATM atau Kartu rumah sakit.
"Miller?" gumamnya menyipitkan mata untuk membaca tulisan disini.
Miller Company. By Martinez Miller
Tuan Benet mencoba mengingat-ingat. ia rasa ini adalah salah satu Keluarga Milyarder di Spanyol yang sering di beritakan di koran perkebunan.
Apa Kellen dekat dengan mereka? kalau iya itu bagus. Kellen pasti sangat cocok dengan mereka.
Kellen sudah duduk di depan seorang pria paruh baya berkacamata ini. Jelas jika ia tengah serius mendengarkan semua hasil pemeriksaan Dadynya dan lengkap dengan hasil Ronsen Tuan Benet.
"Tuan Benet menderita sakit jantung kronis. dia sudah ada di tahap akhir tapi kami terus berusaha untuk melakukan yang terbaik, dari hasil pemeriksaan. kondisi jantungnya sudah sangat parah. Kolesterol dan ganguan pernafasan akut juga kami temukan."
"J..jadi.. sa..saya harus bagaimana?" tanya Kellen dengan suara benar-benar rendah menyimpan kecemasan yang teramat.
Ia takut jika pria itu tak akan bertahan. membayangkannya saja sudah membuat Kellen tak mau melihat hasil Ronsen yang ia peggang dengan gemetar ini.
"Untuk sekarang kita hanya bisa melakukan Terapi dan beberapa operasi kecil, tapi kondisi fisik Tuan Benet belum memungkinkan untuk operasi besar. kami juga masih mencari sempel jantung yang sama dan cocok untuknya."
Kellen menghela nafas berat. bahkan Dokter itu bisa melihat beban yang tengah di tahan oleh wanita muda ini.
"Jangan buat dia stres dan depresi. tetap jaga pola makan dan istirahat, saya lihat Tuan Benet sangat mencemaskan anda. Miss!"
Lalu apa? apa aku harus menuruti kemauannya tapi siapa? aku tak tahu harus melakukan apa?
Kellen tenggelam dalam kenyataan ini. ia sama sekali tak ada niatan untuk membina bahtera rumah tangga apalagi memiliki seorang suami.
Tapi, kenapa takdir begitu ingin melihatnya keluar dari zona nyaman ini?!
.......
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
aq menunggu dgn setia 😍 gmn jln cerita ni akan melaju 😅
2023-04-19
1
Kinay naluw
itulah keresahan orang tua kalo anak gadisnya belum menikah.
2022-12-28
1
Kaizar Kaizar
awal yg menarik
2022-11-26
0