“Ngapain lihat-lihat?” sentak Xavier yang tanpa diduga mengerjapkan matanya.
Frisha membelalakkan matanya, mulutnya terbuka lebar. Ia mati kutu karena kepergok mengintip ponsel lelaki itu.
Xavier menyingkirkan ponselnya, tanpa mengubah tatapan tajamnya pada Frisha. Gadis itu menelan salivanya gugup.
“A ... aku nggak sengaja. Siapa itu? Pacar kamu ya?” Frisha berusaha menenangkan diri dan tidak mau terlalu kaku dengan suaminya.
“Bukan urusan kamu!” seru Xavier beranjak dari ranjang dan meninggalkan kamar.
Frisha membanting tubuhnya ke ranjang empuk itu sembari mengembuskan napas panjang. Kedua netranya tertutup rapat, “Apa karena itu Xavier marah? Dia sudah memiliki kekasih,” simpul Frisha semakin tidak bisa menutup matanya. “Kalau iya, aku bakal bikin kamu nggak bisa lupain aku juga!” selorohnya terkikik. Perlahan, dia sudah mulai bisa menerima kondisi fisiknya.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Xavier beralih ke ruang kerjanya. Duduk di kursi kebesaran sembari membuka kunci ponselnya. Jemarinya sibuk mengetuk banyak folder yang terkunci oleh password, hingga sederet foto-foto kini kembali terbuka.
Foto dirinya bersama sang kekasih yang memilih melanjutkan pendidikan magisternya ke luar negeri dan memutuskan hubungan merekamereka sepihak, dengan alasan agar fokus dan bisa lulus dengan cepat.
Akan tetapi, sudah tiga tahun mereka berpisah, tanpa kabar satu sama lain. Namun, hati pria itu tetap tidak bisa berpaling dan setia menunggu kedatangan kekasihnya itu.
Sampai kejadian tak terduga justru menghampiri. Ia harus menikahi gadis asing, yang membuat hancur semua impiannya membangun rumah tangga bersama gadis yang ia cintai.
“Gissel!” sebut Xavier meraba layar benda pipinya, seolah sedang membelai perempuan cantik itu.
Xavier memejamkan matanya, bersandar dengan nyaman, merasakan sesak di dadanya. Menahan kerinduan ditambah kebencian yang muncul bersamaan.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Keesokan paginya, Frisha sudah cantik dengan balutan gaun simpel namun elegan berwarna tosca. Rambut hitam dan bergelombang gadis itu dibiarkan tergerai dalam kondisi setengah kering. Senyum ceria tersungging dari bibir tipis gadis itu ketika melihat suaminya baru memasuki kamar.
“Semalam tidur di mana? Apa kita jadi pindah?” tanya Frisha namun diabaikan oleh pria itu.
Xavier melenggang tanpa menjawab pertanyaan Frisha. Ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Frisha hanya mengedikkan kedua bahunya tak acuh, namun dia tidak ingin kalah dan menyerah.
Usai sarapan, pengantin baru itu berpamitan pindah ke rumah pribadi Xavier. Terletak di perumahan elit yang cukup jauh dari kediaman orang tuanya.
Sepanjang perjalanan, mereka sama sekali tidak ada perbincangan apa pun. Semua bungkam dengan pikiran masing-masing.
Mobil berhenti di pelataran sebuah bangunan yang mewah berlantai dua. Sebenarnya ia lebih suka tinggal bersama mertuanya, namun tidak mungkin menolak keinginan Xavier.
Setelah mendudukkan Frisha di kursi roda, ia meninggalkannya begitu saja. Kembali melajukan mobilnya tanpa berucap sepatah kata pun.
“Hah? Aku ditinggalin gitu aja. Astaga! Dia manusia apa alien sih!” gerutu Frisha mendengkus kesal.
Frisha mengedarkan pandangannya. Manik matanya berbinar ketika menemukan sebuah taman bunga yang begitu luas dan terawat. Frisha pernah bekerja di sebuah toko bunga, jemarinya sangat terampil dalam merangkai bunga. Karenanya, ia sangat menyukai segala jenis bunga.
Gadis itu segera menggerakkan kursi rodanya ke sana. Ternyata ada tukang kebun yang tengah sibuk di sana. Frisha menggerakkan jemarinya pada bunga mawar putih di hadapannya.
“Nona siapa?” tanya seorang pria paruh baya.
“Saya Frisha. Istrinya Xavier, Pak,” sahut Frisha berucap lembut disertai sebuah senyuman yang manis.
“Apa?” pekik pria itu. Matanya menelisik dari ujung kepala hingga ujung kaki Frisha, seolah tak percaya dengan apa yang diucapkan gadis itu.
“Iya, Pak. Kami baru pulang dari Villa Anggrek. Xavier langsung pergi lagi. Boleh minta tolong antar saya masuk, Pak?” timpal Frisha.
Pria itu melepas topinya, ia sempat ragu. Meski kabar pernikahan Xavier sudah tersiar di rumah pribadinya, tidak menyangka jika ternyata perempuan beruntung itu adalah perempuan cacat. Walaupun wajahnya cantik alami, penampilannya pun sederhana.
Frisha memperkenalkan diri pada semua pekerja di rumah itu. Agar memudahkannya dalam beraktivitas. Kedatangannya pun diterima dengan baik, karena Frisha yang bertutur halus juga sopan. Mereka percaya, karena tidak sembarang orang yang bisa masuk ke rumah tersebut. Setelah itu, Frisha diajak berkeliling. Rumah luas itu tampak sepi, sunyi dan terkesan kosong.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Genap tiga hari Frisha tinggal di rumah Xavier. Akan tetapi, Xavier tidak menampakkan diri sejak mengantarkan Frisha ke rumah tersebut. Frisha tidak tahu ke mana perginya. Ia pun enggan menanyakan, hanya saja khawatir jika tiba-tiba sang mertua datang atau menanyakannya.
Frisha merasa bosan karena tidak melakukan apa pun. Saat berpapasan dengan tukang kebun, Frisha menegurnya.
“Pak Ali, boleh minta tolong potongkan bunga-bunga mawar yang siap panen? Semua warna sih kalau ada,” pinta Frisha pada tukang kebun tadi.
“Baik, Nona!” balas Pak Ali mengangguk patuh dan segera melakukan tugasnya.
Setelah itu dia beranjak ke dapur melihat barang yang bisa dipakai. Ia meminta tolong untuk menyiapkan botol-botol bekas yang tidak terpakai. Seharian Frisha sibuk mengubah suasana rumah itu. Dengan bantuan para penghuni rumah.
“Wah, rumah ini jadi lebih segar dan terasa lebih hidup, Nona!” puji Inah yang membantunya sedari tadi.
“Memangnya selama ini nggak hidup, Bi,” canda Frisha menyusun bunga terakhir dan meletakkannya di meja makan.
“Kosong, Nona. Walaupun rumah ini luas dan mewah, seperti tidak ada kehidupan,” balas wanita paruh baya itu.
Suara bell rumah yang menggema, menyita perhatian mereka. Buru-buru ART membukakan pintu.
“Apa dia pulang? Kemana dia selama ini? Untung mommy nggak nanyain!” gumam Frisha bergerak keluar. Penasaran dengan siapa yang datang.
Kening Frisha mengernyit ketika melihat seorang perempuan membawa sebuah koper berdiri di ambang pintu. Masih sangat muda, dan dia tengah tersenyum lebar pada Frisha saat ini.
“Siapa? Ada keperluan apa?” tanya Frisha waspada.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Sementara itu, di ruang presdir Sebastian Group, Xavier tengah berdiskusi serius dengan pihak kepolisian yang datang sejak 30 menit yang lalu.
“Jadi, kecelakaan itu bukan murni kecelakaan? Tetapi pembunuhan berencana begitu maksudnya?” tanya Xavier setelah mendengar berbagai kejelasan dari polisi.
“Benar, Tuan. Mobil yang menabrak Tuan Joni kami temukan, berada di jurang dalam kondisi hancur. Tepatnya di jalan Gajah. Akan tetapi kami sama sekali tidak menemukan siapa pun sebagai korban. Jadi, semakin menguatkan dugaan bahwa ini pembunuhan berencana,” papar pria berseragam kepolisian itu.
Xavier awalnya sama sekali tidak tertarik membahas kematian ayah mertuanya. Tetapi ketika polisi mengatakan ada kejanggalan, ia pun berniat untuk mengusutnya. Siapa pun yang bersalah, harus mendapat hukuman.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
BismillahkuJadiAlhamdulillah💫
pacarnya sapir dateng ya😨
Berawal dari sedikit perhatian, lama² jadi bucin ya si sapir🤭
2023-09-29
4
Atik Marwati
siapa orang itu...
pacar Xavier kembalilah atau tukang terapis buat frisha
2023-03-18
0
Renireni Reni
gissel tuh dtg....frisha jgn sampe kalah ya....semangat buat para istri💪💪💪💪💪
2023-03-14
0