Gedoran dan dobrakan sebuah pintu, membuat Joni terperanjat dari tidurnya. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya, apalagi kini mulai terdengar langkah kaki yang mendekati kamarnya.
Dalam remang cahaya, Joni menahan napasnya, tidak berani bergerak sedikit pun, hanya merasakan detak jantungnya yang menggema di rongga dadanya.
“Brak!”
Sekelompok pria berpakaian rapi berhasil mendobrak pintu kamarnya. Seseorang mengedikkan kepala dan langsung menyergap Joni, menyeretnya keluar.
“Si ... siapa kalian? Ada urusan apa?” seru Joni ketakutan, tidak ada daya untuk melawan. Orang-orang itu terlalu kuat.
Joni dimasukkan ke dalam mobil, diapit agar tidak bisa kabur dan segera dibawa pergi. ‘Jangan-jangan mereka suruhan Tuan Morgan. Tapi ini belum satu minggu, bahkan belum genap satu malam,’ gumamnya dalam hati.
Tidak ada pilihan lain, Joni pun menurut. Hingga mobil yang membawanya sampai di pelataran rumah sakit swasta terbesar di Palembang.
Kening Joni mengernyit saat sadar, ia tiba di sebuah rumah sakit. Malam yang begitu sunyi itu, membuat benturan sepatu para pria yang membawa Joni menggema di sepanjang lorong.
Pintu sebuah ruang rawat inap diketuk perlahan. Terdengar suara sahutan dari dalam ruangan, mereka pun masuk setelah dipersilahkan.
“Tuan, kami sudah membawa ayahnya. Dia tinggal berdua saja dengan lelaki ini!” lapor salah satu anak buah Leon.
“Hmm!” gumam Leon melirik pria yang sedikit lebih tua darinya.
Joni terkejut melihat putrinya terbaring di atas brankar pasien, dengan wajah begitu sendu bahkan masih terlihat air mata yang sesekali menetes.
“Frisha!” panggil pria itu dengan suara bergetar.
Frisha melengos, ia masih sakit hati dengan ayahnya yang berniat menjualnya pada pria tua itu.
“Kalau bukan karena ayah, aku tidak akan pernah mengalami kecalakaan dan lumpuh seperti ini!” gumam Frisha tak mau menatap wajah ayahnya.
“Lu ... lumpuh?” tanya Joni terbata-bata.
Tubuh pria itu melemas, sungguh dalam hati kecilnya, Joni sangat menyayangi gadis itu. Ia hanya ingin putrinya hidup lebih baik. Yakni menikahkannya dengan Mogan, pria beristri yang kaya raya.
“Iya, ayah puas sekarang? Hidupku hancur, masa depanku hancur. Semuanya hancur gara-gara ayah! Aku divonis cacat seumur hidup!” teriak Frisha mengeluarkan emosinya.
“Putri Anda berjalan di tempat yang tidak seharusnya. Sepenuhnya bukan salah saya!" ujar Xavier membela diri.
Joni menoleh, mengedarkan pandangannya dan terkejut ketika melihat Leon dan Khansa. ‘Bukankah mereka konglomerat dan pemilik rumah sakit ini?’ gumamnya dalam hati.
“Oh, jadi Anda yang menabrak putri saya?” ucap Joni dengan deru napas tak beraturan.
“Ya, tapi anak Anda juga bersalah. Karena berjalan di jalan toll! Tengah malam pula! Masih untung saya bawa ke rumah sakit. Tidak saya tinggalkan begitu saja,” sanggah Xavier lagi.
“Tetap saja Anda yang membuat putri saya lumpuh!” Joni menimpali.
“Saya akan membiayai pengobatan sampai sembuh. Dan uang senilai 5 milyar!”
“Tidak semua bisa dibayar dengan uang, Tuan! Jangan mentang-mentang Anda konglomerat jadi menyelesaikan segala sesuatu dengan uang!” seru Joni dengan mata memerah.
“Sedari kecil, Frisha sudah menderita karena ditinggal kabur oleh ibunya. Saat ini yang dia punya hanya saya. Akan tetapi, umur saya sudah tidak lama lagi. Karena itu saya menikahkan Frisha. Tetapi jika keadaannya begini, siapa yang akan mau menikahinya? Siapa yang akan menjaganya setelah saya meninggal nanti!” sambung Joni dengan bahu bergetar karena tangisnya.
Joni divonis mengidap kanker hati stadium 4. Sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Dia pernah memiliki perusahaan, tetapi bangkrut sehingga ditinggalkan istrinya. Joni frustasi, melampiaskan dengan mabuk-mabukan, judi dan semacamnya. Hingga kini, hidupnya tak akan lama lagi.
Frisha tak menoleh, dalam lubuk hati kecilnya ia sangat menyayangi lelaki itu. Biar bagaimana pun, dia tetap ayahnya.
Khansa menggamit lengan Leon, mencengkeramnya cukup kuat. Ada rasa iba yang mulai menjalar dari hatinya.
Tak berapa lama, Joni mencengkeram kuat kerah Xavier, “Kamu! Kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus menikah dengannya. Karena kamu yang telah membuatnya seperti ini! Jika tidak, aku akan melaporkannya ke polisi dan beberkan pada media. Biar seluruh dunia tahu, bahwa Keluarga Sebastian tidak sebaik yang mereka kira!” sentak Joni dengan napas tersengal-sengal.
“Tidak! Sampai kapan pun saya tidak akan menikahinya!” balas Xavier mendorong tubuh pria tua itu hingga terhuyung ke lantai.
“Xavier!” sentak Khansa membantu Joni berdiri. “Mommy nggak pernah ngajarin kamu kasar sama orang tua," tandasnya dengan tatapan tajam.
“Mom, mereka pasti cuma mau memanfaatkan keluarga kita!” sanggah Xavier kekeh dengan penolakannya.
“Cukup! Hentikan semuanya!” teriak Frisha menarik atensi semua orang di ruangan itu.
Mereka membelalak karena saat ini Frisha tengah memegang pisau buah dan bersiap mengiris urat nadinya.
“Nak, apa yang kamu lakukan?!” Khansa sigap melangkah dan memukul lengan Frisha hingga pisau itu terjatuh.
“Frisha!” panggil Joni menatap nanar putrinya.
Frisha menangis, ia berteriak histeris, “Lebih baik aku mati! Semua orang nggak ada yang menginginkan aku! Bahkan ibu dan ayahku saja sama sekali tidak menginginkan aku. Ibu meninggalkanku sejak kecil, ayah ingin menjualku sebagai penebus hutang. Dan kamu!” Frisha menatap Xavier, “Kamu juga sudah menghancurkan hidupku! Kenapa tidak sekalian bunuh aku saja tadi,” teriaknya meringis menahan sakit di kepalanya.
Khansa memeluknya, mengusap-usap bahu gadis itu perlahan. “Tenangin diri dulu ya,” ucapnya di telinga Khansa sembari merogoh sebuah jarum perak dan menusukkannya pada pelipis Frisha.
Lama kelamaan, gadis itu tertidur karena pengaruh akupunktur yang memang dikuasai wanita itu sejak muda dulu. Setelahnya, Khansa mengajak Leon dan Xavier keluar kamar untuk membahas masalah ini.
“Dia memiliki luka batin yang cukup dalam,” ucap Khansa.
“Mommy bantu obati saja, beres ‘kan?” sanggah Xavier tak acuh.
“Tidak semudah itu, Daddy mu aja butuh puluhan tahun sembuh dari luka batinnya. Selain obat-obatan, terapi, kasih sayang dan support orang terdekat adalah penunjang utama. Xavier, terima ya pernikahan ini. Lagian kamu sudah 30 tahun masih belum punya kekasih. Aku yakin dia sebenarnya gadis yang baik!” bujuk Khansa.
“Dari mana mommy tahu?! Mukanya aja yang polos. Siapa tahu hatinya busuk!” ketus Xavier.
Leon sedari tadi diam, dia bingung harus membela siapa. Di satu sisi tidak mau menekan Xavier, di sisi lain tidak bisa menentang istrinya.
“Kamu lupa mommy itu dokter psikiater? Jadilah gentleman!” Leon menyela.
“Ya Tuhan! Mommy! Daddy! Xavier nggak mau nikah. Apalagi dengan gadis asing!” seru Xavier dengan gusar.
“Kamu sudah dewasa. Harusnya tidak perlu diajari tanggung jawab.” Khansa berucap dengan tegas dan tidak bisa dibantah, kemudian pergi meninggalkan dua pria kesayangannya.
Leon mengembuskan napas berat, “Jalani saja dulu! Bantu gadis itu sembuh. Setelah itu terserah kamu!” timpal Leon menyusul istrinya.
...\=\=\=\=\=°°°\=\=\=\=\=...
Tiga hari kemudian ....
Semua dokumen pernikahan diurus secara kilat oleh orang-orang Leon, setelah Xavier menyetujuinya. Xavier bertekad hanya sampai gadis itu sembuh. Setelahnya, dia berencana akan menceraikan gadis itu.
Xavier dan Frisha sudah sah menikah di mata hukum maupun negara. Meskipun tidak ada pesta meriah. Acara sakral itu hanya disaksikan keluarga besar Sebastian saja.
Joni begitu mendesah lega, karena putrinya jatuh di tangan orang yang tepat. Bukan pada pria beristri seperti Morgan.
“Titip Frisha ya. Maaf jika dia akan selalu merepotkan,” ucap Joni menundukkan kepala pada Xavier. Kemudian beralih pada putrinya.
“Maafin ayah ya, Nak. Semoga kamu bahagia. Ayah pamit dulu. Setelah ini tidak akan ada yang berani mengganggumu,” gumam Joni bersimpuh di depan Frisha yang duduk di kursi roda. Frisha hanya mengangguk, menyeka air mata yang tiba-tiba jatuh.
Joni mencium kening putrinya begitu lama. Kemudian berpamitan pada seluruh keluarga besannya. Ia memilih pulang walaupun di sana banyak sekali kamar kosong. Ia pun enggan diantar oleh sopir keluarga.
Joni berjalan gontai keluar dari rumah megah itu. Ketika bermaksud menghentikan taksi di tepi jalan, sebuah mobil van melaju dengan kecepatan tinggi dan menghantam tubuh lelaki tua itu hingga terpental beberapa meter jauhnya.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
pasti meninggal, kasian sekali
2024-09-14
0
Yunerty Blessa
sedihnya 😭
2024-09-14
0
Yunerty Blessa
Joni menanggung beban berat juga...
2024-09-14
0