Xavier mengabaikan ponselnya yang terjatuh. Bahkan teriakan-teriakan ibunya yang panik tidak dihiraukan. Tubuhnya menegang ketika melihat seseorang tergeletak di tengah jalan. Sepi, tidak ada pengendara lain.
Setelah beberapa waktu berlalu, pria itu bergegas turun dari mobilnya. Kakinya melangkah panjang mendekati korban kecelakaan itu. Matanya memicing menatap gadis yang tergolek lemah tak sadarkan diri.
“Bangun!” gumamnya menendang-nendang lengan gadis itu perlahan.
Tidak ada pergerakan sama sekali, Xavier memberanikan diri untuk berjongkok. Napasnya tertahan sesaat, lengannya menjulur menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu.
Manik matanya bergerak turun, terlihat dada sang korban masih bergerak. Meski ada beberapa luka di lengan dan kepalanya.
Menyadari hal itu, Xavier segera mengangkat tubuh gadis itu perlahan. Membawanya masuk ke mobil. Lalu berlari lagi mengambil koper yang sempat terlempar.
“Menyusahkan saja!” gerutu Xavier menginjak pedal gas dalam-dalam setelah duduk di balik kemudi.
Tanpa pikir panjang, Xavier segera membawa gadis itu ke RS Sebastian, rumah sakit swasta milik keluarganya.
Sementara itu, Khansa masih panik di kediamannya. Ia segera membangunkan sang suami untuk melacak keberadaan putranya.
“Sayang, bangun! Xavier sepertinya kecelakaan! Cepat temukan dia sekarang!” rengek Khansa pada Leon yang terlelap dalam tidurnya.
Pria yang sangat sensitif ketika tidur itu segera beranjak bangun dengan cepat. Mengumpulkan segenap kesadarannya. Ia menengok jarum jam masih berada di angka 11:30 malam.
“Xavier kecelakaan, Leon!” seru Khansa menggoyangkan lengan sang suami yang tak kunjung bergerak.
“Apa?” sahutnya panik dan segera turun dari ranjang. Leon membuka laptop di mejanya, menggerakkan jari jemarinya dengan lincah di atas keyboard untuk melacak keberadaan putranya.
Setelah beberapa waktu berlalu, Leon berhasil menemukannya. “Sayang, dia di rumah sakit kita!” lapor pria itu pada sang istri.
Khansa segera mengambil sweater tebal tanpa mengganti pakaian. Ia juga mengambilkan jubah panjang dan tebal untuk suaminya. Mereka segera berangkat ke rumah sakit malam itu juga. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada putranya.
...\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=...
Sedangkan di kediaman Joni, Morgan marah besar saat mengetahui Frisha melarikan diri. Ia menyuruh anak buahnya untuk menghajar Joni hingga babak belur karena dianggap melanggar janji.
“A ... ampun, Tuan! Ampun! Saya janji akan segera menemukannya dan langsung menyerahkan pada Anda, Tuan!” rintih Joni di tengah kesakitannya. Ia sampai berlutut memohon ampun.
“Hmmm ... saya kasih waktu satu minggu! Jika dalam rentang waktu itu kamu tidak menyerahkannya, nyawamu sebagai gantinya!” tegas Morgan mengibaskan jasnya lalu melenggang pergi diikuti akan buahnya.
Joni mendesis kesakitan. Iring-iringan mobil Morgan sudah semakin jauh dari rumahnya. Pria itu beranjak dengan sisa tenaga, lalu membanting apa pun yang ada di hadapannya.
“Aaarrghh! Awas kau Frisha!” pekiknya tidak terima.
...\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=...
Di rumah sakit, Xavier berdiri tegap di depan ruang pemeriksaan. Bibirnya terkatup rapat dengan pandangan lurus ke depan.
“Xavier!” teriak Khansa dari ujung lorong.
Khansa yang tidak sabar berlari menghampiri putranya. Lalu memeluk pria itu dengan sangat erat.
“Kamu tidak apa-apa? Tidak ada luka ‘kan? Kamu tadi kenapa?” sambung wanita itu lagi menangkup pipi Xavier meneliti wajah tampan putranya, juga sekujur tubuhnya.
“Mom, Xavier tidak apa-apa. Hanya saja, tadi nggak sengaja menabrak orang,” balas Xavier pelan.
“Apa! Bagaimana keadaannya?” pekik wanita itu.
“Sedang diperiksa, Mom,” ujar Xavier lagi.
Selang beberapa menit, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Ia langsung membungkuk hormat setelah melihat sang pemilik rumah sakit ada di sana.
“Selamat malam, Tuan, Nyonya,” sapa dokter pria berkaca mata.
“Hmm ... bagaimana keadaannya?” Leon langsung menimpali dengan pertanyaan.
“Mari saya jelaskan di ruangan saya, Tuan!”
“Tidak usah! Langsung saja!” sahut Leon menuntut.
Dokter pun mengangguk, “Tuan, pasien sudah sadar. Akan tetapi, tidak bisa menggerakkan kakinya. Salah satu bagian dari sistem saraf rusak, hingga menyebabkan kelumpuhan,” papar dokter tersebut setelah melakukan serangkaian pemeriksaan sesuai prosedur.
“Berikan perawatan terbaik sampai sembuh!” tegas Xavier setelah dokter berhenti berbicara. Leon dan Khansa mengangguk setuju.
Bagaimana pun Xavier harus bertanggung jawab.
“Baik, Tuan. Kami akan segera memindahkannya ke ruang perawatan,” sahut sang dokter.
...\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=...
Di sebuah ruang rawat VIP, tangis Frisha pecah setelah mengetahui dirinya lumpuh. Ia idak tahu bagaimana menjalani hari-hari ke depannya nanti.
Derit suara pintu yang terbuka, membuat gadis itu menoleh. Tampak seorang pria bergaris wajah tegas, begitu tampan dan berbadan tegap, kini berjalan mendekatinya.
Manik jernih Frisha yang berair tertautan dengan mata elang Xavier. Sempat terpaku dengan ketampanan pria itu, netranya enggan berkedip.
“Saya akan bertanggung jawab. Memberikan pengobatan terbaik dan uang tunai 5 milyar,” ucap Xavier lugas tanpa basa basi.
Frisha terperanjat, menarik kembali kesadarannya. ‘Astaga! Nyesel sempat kagum padanya. Ternyata sombong, arogan! Tapi ... dia menawarkan banyak hal. Pasti orang ini sangat kaya!’ gumam Frisha dalam hati.
“Bagaimana? Deal?” tanya Xavier memicingkan mata, melihat gadis itu diam saja.
“Tidak bisa! Kamu sudah membuatku lumpuh seperti ini!” teriak Frisha semakin menangis.
“Lalu apa maumu?” geram Xavier bersuara lantang, cukup membuat nyali Frisha menciut.
Debaran dada Frisha sungguh berantakan. Tetapi ini kesempatan dan satu-satunya cara agar dia terbebas dari jerat lelaki tua bangka yang akan menikahinya itu.
“Anda harus menikahi saya, Tuan!” ucap Frisha memberanikan diri. Tak peduli dengan tatapan tajam yang semakin menusuk jantung Frisha saat ini.
Tubuh gadis itu gemetar, kedua tangannya mencengkeram kuat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Melampiaskan rasa takut yang menanjak hingga ubun-ubun.
“Apa? Kau gila?” berang Xavier berkacak pinggang sembari menendang nakas di sebelahnya.
“Tentu saja tidak, Tuan. Akan tetapi, bagaimana nanti kehidupan saya setelah ini. Pasti tidak akan ada yang mau menikahi saya. Padahal, melihat saya menikah mungkin bisa jadi permintaan terakhir ayah saya,” papar Frisha menangis tersedu-sedu. Dalam kondisi terdesak, bibir Frisha pun lancar berbicara.
“Omong kosong!” sembur Xavier tidak percaya.
“Xavier, kenapa, Nak? Suara apa tadi?” tanya Khansa menerobos masuk saat mendengar benturan benda tumpul.
Khansa dan Leon baru saja kembali setelah mencari identitas gadis itu. Kebetulan mereka menemukan kartu identitas yang ada di tas gadis itu. Dan meminta bawahannya untuk menghubungi keluarganya.
“Tanya saja sama gadis gila itu!” ketus Xavier masih dengan emosi membuncah.
Frisha tertegun, melihat pasangan suami istri yang masih begitu cantik dan tampan, walaupun usianya tak muda lagi. Ia pun semakin berniat melancarkan aksinya untuk menarik empati mereka.
“Nyonya, kenapa saya tidak mati sekalian saja.” Gadis itu kembali menangis sembari memukul-mukul kakinya yang sama sekali tidak terasa apa pun.
Khansa segera mendekat, menahan tangan gadis itu dan menenangkannya. “Kamu bicara apa? Jangan menyerah, tenang saja kami akan memberi pengobatan terbaik,” sahut wanita itu.
Frisha menggeleng, “Tidak, Nyonya. Lebih baik saya mati saja dari pada harus hidup cacat seperti ini. Tidak akan ada lelaki yang mau menikahi gadis lumpuh seperti saya!” Gadis itu terus menangis.
Khansa yang mudah tersentuh hatinya, tidak tega. Ia pun memeluk perempuan itu, mencoba memberi ketenangan. “Jangan bicara seperti itu,” ucapnya pelan.
“Nggak usah akting!” dengkus Xavier melipat kedua lengannya di dada.
“Xavier, turunkan emosimu!” Leon menepuk bahu Xavier yang menegang. Ia hanya mengamati apa yang sebenarnya terjadi sebelum bertindak.
“Dad, dia meminta Xavier menikahinya! Apa nggak gila itu namanya?!” lapor Xavier menggebu-gebu.
“Apa?!” teriak Khansa dan Leon bersamaan.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
Frisha minta nikah agar mengelakkan ayah nya menikahkan dia dengan si Morgan
2024-09-14
0
Yunerty Blessa
mentang² lah holang kaya 😏
2024-09-14
0
Yunerty Blessa
kasian Frisha....dia tidak akan begitu kalau bukan ayah nya
2024-09-14
0