GENDON dan kawannya gemetaran dan muntah- muntah mencium bau bangkai di dalam kubangan air dimana mereka tersesat.
"Bayuuu!!" teriak Gendon sangat keras. Tetapi Bayu masih asik duduk diatas motornya menunggu di mulut gang. Bayu sudah percayakan temannya untuk mengambil uang dalam peti yg disimpan Lintang.
Gendon dan Jajat yang sudah setengah jam tidak bisa keluar dari kubangan air yang gelap dan menyeramkan. Jajat terpisah dari temannya berada dibawah pohon besar yang dahannya bergerak- gerak seperti dibebani sesuatu yang hidup. Mata Jajat terus mengawasi di atas kepalanya yang terdengar suara ******* nenek- nenek.
"Hehhh hhehhh"
Saat itu juga seperti ada bayangan hitam terjun dari atas pohon ke bawah dimana Jajat dan Gendon sedang gemetar.
"Byuuuurrr!!"
"Astagfirullah!!"
Bayangan hitam sebesar kerbau itu akhirnya terlihat jelas seperti sosok monyet yang berwajah sangat seram.
"Greeeerrrggg"
Gendon mencoba berlari tetapi kakinya terasa berat terbenam dalam lumpur. Tapi makhluk seram itu makin dekat dan menjambak rambut kedua preman itu dengan tangannya yang besar dan kuku tajam.
"Hiiiiaaaahhhh!!"
Makhluk aneh itu menjambak kepala Jajat dan Gendon, lalu mengangkat ke atas sangat tinggi lalu melempar hingga jauh sekali. Bayu menjerit ketakutan ketika tubuhnya seperti terlepar dan jatuh ke tanah yang tidak ia kenal. Tanah kosong dan gelap yang tidak ada dalam kampung ini. Jajat melihat ada bayangan orang yang sedang berdiri dari duduknya sangat susah. Jajat menghampiri dan ingin bertanya ini kampung apa.
"Mas..mas..maaf.. ini kampung apaan sih?"
"Loe ngomong apaan sih?" balik tanya Gendon yang juga bingung memandang wajah Jajat.
"Ndon..gue bingung nih."
"Sama gue juga gak tahu kita ada dimana."
Suasana sangat asing Dimata Gendon dan Jajat karena kampung itu cuma ada rumah bilik dua buah yang tidak ada lampu listrik. Seperti jalan desa yang belum masuk PLN jadi masih menggunakan lampu minyak yang digantung di teras berlantai tanah. Jajat merinding berjalan saja memegangi tangan Gendon.
Tiba- tiba dari arah berlawanan datang seorang laki- laki yang dikenal mereka. Makin dekat laki - laki itu makin tampak jelas wajahnya.
"Gabluk!"
"Eh Jajat, ngapain loe sampai ke kampung ini?" tanya orang yang dipanggil Gabluk.
"Gue gak tahu..emang ini kampung apaan?"
"Ini kampung orang tua kita. Gue baru lima rahun tinggal disini."
"Unjukin gih jalan keluar ke jalan besar."
Gendon baru ingat tuh anak ternyata Si Gabluk yg mati tabrakan di GP lima tahun silam. Temen SD kali. Ya ampun kok dia ternyata masih hidup ya.Kata Gendon dalam hati.
"Nih loe ikutin jalan setapak nih terus sampai mentok ada pohon besar, jangan menoleh ke belakang sebelum sampai jalan aspal."
"Oke. Makasih ya Bluk"
"Hati- hati jangan sampai menengok kanan kiri."
Akhirnya kedua preman itu mengikuti saran Gabluk berjalan lurus sampai pohon besar. Tapi Jajat menoleh ketika ada seorang wanita cantik berdiri di sebelah kanan jalan.
"Mas mau kemana?"
"Eh siapa ya..?" tanya Jajat.
"Aku Ipah. Kita kan tetangga."
Jajat baru ingat kalau pok Ipah itu orang tuanya Toriq, tapi kok masih muda banget.
"Bukannya mamanya Toriq pembalap?"
"Iya..aku mamanya Toriq. Ayuk mampir ke rumah noh ada Toriq."
Senangnya Gendon dan Jajat akhirnya bisa bertemu tetangga, mamanya Toriq. Gendon dan Jajat merasa capai dan ngantuk jadi langsung tiduran di kasur bersama Toriq yang sudah pules.
Bayu yang kelamaan menunggu temannya tidak muncul- muncul curiga telah berhasil menggondol uang istrinya tapi tidak mau menemuinya.
"Mungkin mereka langsung ke cafe. Dasar!!" Gumam Bayu seraya menuntun motornya masuk gang menuju rumahnya.
Ternyata rumahnya masih tutupan, mungkin istrinya sudah tidur atau masih menunggu kedatangannya. Batin Bayu.
"Mah..mah.." kata Bayu ketika mendorong pintu ke dalam tidak terbuka. Berarti sudah dikunci Lintang.
"Mah..sudah tidur ya?"
Ternyata Lintang yg membuka pintu itu dengan rambut acak- acakan.
"Saya kira mas Bayu tidak pulang." kata Lintang.
"Apotiknya sudah tutup."
Akhirnya kedua manusia itu masuk kamar dan Bayu ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tidak terlihat ada orang masuk rumah. Semua aman, termasuk duit istrinya masih utuh. Trus Gendon dan Jajat pada kemana? tanya Bayu dalam hati.
oo0oo
Pak kades mendapat laporan warga jika prangkat desa yang jadi anak buahnya banyak yang jadi korban gendruwo penunggu pohon beringin. Tapi susah untuk membuktikannya sehingga jika ia akan memotong pohon itu harus laporan ke dinas pariwisata. Karena pohon beringin itu masuk wilayah bekas istana yang sekarang dijadikan cagar budaya. Pak Kades saja yang tinggal di daerah sebrang pohon beringin juga terkens imbas. Linggar putrinya sekarang suka tertawa dan bicara sendiri seperti orang stress. Padahal di sekolah ia dikenal pandai. Kisah Bayu yang pernah tinggal dibawah pohon angker itu kini tetap jadi omongan Warga karena mendadak jadi orang kaya. Bulan lalu warga pasar banyak yang lapor jika toko Lintang dijaga gendruwo. Atau Lintang sengaja memelihara pesugihan yang sering mencuri uang pedagang di pasar Tosuro. Susah mau bilang apa,. Akhirnya pak kades mengadakan tazakurab dan memanggil ustadz yang bisa mengusir setan di daerah itu.
"Mau yasinan di rumah siapa pak?" tanya pak Modin.
"Kalau di rumahmu saja gimana? Kan pohonnys ada di belakang rumah pak Modin."
"Boleh, boleh. Nanti biar saya siapkan tempatnya. Ustad kyai Munawir saja"
"Terserah pak modinlah"
Mardek sebagai kaur kesra sekarang banyak diem tidak ikut bicara karena agak gagu setelah mulutnya kemasukan mieayam Wewe Gombel.
***
Gendon dan Jajat merasa tubuhnya sakit dan lelah setelah bangun kesiangan tidur di kebon kosong dekat kuburan. Gendon jadi.sangat lelah hingga berjalan saja harus dituntun warga yang menemukan mereka.
"Emangnya mas Gendon ngapain sampai ketiduran di kebon kosong?" tanya Gimin.
"Tolong bikinin kopi gih"
"Oke bos." kata Gimin beranjak pergi ke angkringan pesen kopi dua. Gimin yang tahu sehari- hari Gendon itu preman, jadi ya segan lah kalau ngelawan.
Usai pesen dua gelas, dan gorengan buat sarapan dianter Gimin ke lokasi Gendon duduk di sebatang pohon kering yang rubuh.
" Ini mas." kata Gimin.
" Rokoknya?"
" Nih.." kata Gimin memberikan sisa rokoknya.
"Beliin sebungkus gih,"
Giminpun balik ke warung Sego kucing untuk minta rokok filter sebungkus sama korek, lalu balik lagi ke lokasi Gendon.
Jajat laper kali langsung minum kopi panas dan nyomot pisang goreng. Gendon jadi halu kepikiran kejadian yang dialami semalam. Kenapa masuk rumah Bayu jadi pindah ke tempat gelap kek Empang. Mana gelap, bau bangkai dan serem banget. Kenapa sih tiba - tiba ia dianiaya sama gendruwo? Tanya Jajat dalam hati. Pasti yang bawa sial tuh Bayu. Sejak ngajak mabok Bayu, dikasih duit setan yg berubah jadi daun pisang, sekarang malah dijebak di dalam rumah setan. Pokoknya Jajat dan Gendon udah sepakat balas dendam sama Bayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments