Dinner Party di Griya tawang

Achilles Places 02 Juni pukul 19:00

Malam ini seluruh penghuni apartment berkumpul di lantai 100. Malam ini griya tawang benar-benar terbuka untuk seluruh penghuni apartment. Tentunya dengan tingkat keamanan ekstra. Tuan rumah kini tengah sibuk menyambut para tamu yang hadir. Beberapa meja telah disiapkan dengan hidangan mewah yang tertata rapih di atasnya. Sekilas makan malam kali ini terlihat seperti sebuah perkumpulan orang-orang kelas atas pada umumnya tetapi sebenarnya tidak. Malam ini para konglomerat berkumpul untuk menguak sebuah tanda tanya besar.

Para penghuni apartment ini kebanyakan dari kalangan pembisnis. Ada juga dari kalangan selebriti terkenal dan pengacara kondang. Tiap-tiap penghuni memiliki rahasia dan ambisi masing-masing. Tetapi ada kesamaan dari mereka semua yakni ingin menjadi ratu dan raja griya tawang.

Malam ini para tamu mengenakan dress code warna hitam. Arran sengaja menentukan dress code warna hita agar terkesan elegan. Ia sendiri mengenakan setelan kemeja hitam putih dari brand luar yang terkenal. Sedangkan pendampingnya, Aleris mengenakan gaun hitam dengan sabuk putih bertabur berlian. Ia duduk di samping Arran sambil menggandeng tangan Arran agar terlihat romantis. Berkali-kali ia menyimpulkan senyum bahagia pada semua orang yang hadir. Aleris dan Arran duduk satu meja dengan Pak Elson dan Istrinya serta Pak Vincent dan istrinya. Mereka bukan orang sembarangan, Pak Elson adalah pemegang saham terbesar ke dua dari Armour grup dan Pak Vincent Kim adalah pemilik dari Rumah Sakit Higeia, rumah sakit terbesar di negeri ini. Tetapi jumlah kekayaan mereka mereka masih di bawah Arran. Belum lagi sekarang Arran telah menikah dengan cucu dari Lyasander yang mana adalah pemilik dari Perusahaan makanan terbesar di negeri ini jadi jumlah kekayaannya semakin meningkat. Ini membuat orang-orang iri padanya dan tanpa Arran sadari mereka menaruh dendam padanya.

Makan malam diliputi suasana hangat, para tamu menikmati hidangan sambil disela dengan perbincangan hangat. Musik klasik yang mengalun di sepanjang jamuan makan menambah keintiman acara. Semua orang kini larut dalam kemewahan makan malam di penthouse. Aleris dan Arran yang tengah menikmati makan malam mereka kini di sela dengan perbincangan yang dimulai oleh Istrinya Tuan Elson.

"Sayang, kita beruntung bisa duduk semeja dengan Tuan Arran dan Istrinya. Kini aku jadi bisa melihat dari arah dekat wajah cantik istrinya Tuan Arran. Aku begitu iri sekaligus kagum dengan kecantikanmu Nyonya Hera, benarkan Nyonya Kim?". Ucap Nyonya Elson.

"Benar sekali Nyonya Elson. Lihatlah! wajah cantik, umur yang masih muda, dan kedudukan yang tinggi, ahaha, siapa coba yang tidak iri". Jawab Nyonya Kim.

Aleris dan Arran lalu saling bertatapan, mereka saling melempar senyum romantis.

"Sayang, jika kau ingin terlihat cantik seperti Nyonya Hera aku bisa membantumu. Rumah sakit kita kan sudah tersedia layanan operasi plastik. Aku bisa membuatmu terlihat 20 tahun lebih muda". Tuan Vincent kini ikut bicara.

"Jadi maksudmu sekarang aku tak cantik?". Nyonya Kim nampaknya tak senang saat mendengar ucapan dari suaminya. Ia kini menatap tajam wajah suaminya.

"Bukan begitu sayang, maksudku kau tak perlu iri, kau sudah cantik bagiku". Tuan Vincent mencoba menenangkan istrinya yang tengah marah padanya.

"Benarkah?" Ekspresi Nyonya Kim kini berubah tenang.

"Benar sayang". Ucap Tuan Vincent mengiyakan.

"Kita kolega yang sangat dekat Tuan, tetapi di hari bahagiamu kau tak mengundangku. Aku sungguh kecewa". Tuan Elson yang sebelumnya hanya fokus pada makananya kini ikut mengobrol.

"Maka dari itu aku mengundangmu malam ini Tuan Elson". Jawab Arran dengan wajah santai.

"Tetapi tetap saja Tuan, kami masih kecewa. Makan malam ini tidak bisa disamakan dengan acara pernikahanmu. Lagi pula kenapa begitu mendadak? Banyak desas desus yang menyebar di apartment ini karena pernikahanmu yang mendadak Tuan". Ucap Nyonya Elson menimpali.

"Emm, bagaimana ya menjelaskannya. Sayang, bolehkah kita ceritakan pada mereka? Mungkin dengan begitu akan meredam desas desus yang menyebar bebas di luaran sana". Arran kini menatap wajah Aleris, Aleris lalu mengangguk.

"Baiklah. Karena istriku sudah menyetujuinya maka akan ku katakan yang sebenarnya".

Mendadak seluruh perbincangan di meja makan berhenti. Mereka seolah sedang memasang telinga untuk mendengarkan penjelasan dari Arran. Semua mata kini tertuju pada meja paling depan dimana Arran dan aleris duduk. Arran kini menggandeng lengan Aleris sambil tersenyum romantis.

"Aku sebenarnya telah mengenal istriku sejak kecil. Tentu saja kalian tahu bahwa keluarga istriku dan keluargaku adalah mitra bisnis yang sangat dekat. Kami sering bertemu sejak usiaku masih tujuh tahun. Aku mulai menyukainya saat kami beranjak remaja. Orang tua kami sudah setuju dengan hubungan kami jadi kami rasa tidak ada penghalang di hubungan kami. Kami terpaksa harus berpisah saat Hera memutuskan untuk sekolah ke luar negeri. Aku begitu kesepian saat ditinggal olehnya".

"Tetapi beberapa bulan yang lalu aku mendengar kabar kepulangannya. Aku begitu bahagia. Aku langsung menemuinya begitu ia sampai di bandara. Awalnya aku tak mengenalinya. Ia begitu cantik, sangat berbeda dari sebelumnya. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan kami. Kami begitu saling mencintai, jadi kami memutuskan untuk menikah. Tetapi Tuan Lyasander tidak menyetujui pernikahan kami. Ia bilang Hera harus meneruskan dulu bisnis keluarganya. Akhirnya kami memutuskan untuk kawin lari."

"Haah?" Semua orang menunjukkan ekspresi kaget saat mendengar kata kawin lari yang keluar dari mulut Arran.

"Ya. Kami benar-benar melakukan kawin lari. Hera bilang pada Kakeknya bahwa ia akan kembali ke luar negeri. Tetapi pada kenyataannya ia justru mengirim saudaranya ke luar negeri tanpa sepengetahuan Kakeknya. Sedangkan Hera ikut denganku. Kakek baru mengetahui kabar pernikahan kami saat Hera sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Ia bertemu dengan Kakeknya di halte bus, akhirnya kami ketahuan. Kakek lalu menikahkan kami kembali beberapa hari yang lalu, jadi aku benar-benar minta maaf pada kalian semua karena tidak bisa mengundang kalian di acara pernikahan kami".

Arran menutup penjelasannya dengan permohonan maaf pada semua tamu undangan yang hadir. Ia lalu kembali duduk. Seseorang dari meja tengah lalu berdiri. Ia adalah Pengacara Sam.

"Kau bilang Nyonya Hera punya saudara? Tapi bukankah dia merupakan pewaris tunggal dari keluarga Lysander yang artinya ia adalah anak tunggal dari Tuan Eryx Lysander? Bagaimana bisa ia punya saudara?" Tanya Pengacara Sam. Ia lalu kembali duduk.

Semua orang kini sependapat dengan Pengacara Sam. Mereka lalu saling berbisik pelan.

"Ya, istriku punya saudara. Saudara angkat. Kakek Lyasander mengangkat seorang cucu saat istriku masih berumur lima tahun. Namanya Rhea. Ia kini sudah kembali ke sini dan tinggal bersama Kakek Lyasander di Diadem Palaces". Arran menerangkan dengan ekspresi yang tenang dan penuh percaya diri.

"Ah, jadi begitu". Ucap Pengacara Sam.

"Tadi kau bilang istrimu bertemu dengan Tuan Lyasander saat hendak ke rumah sakit? Memangnya kenapa dengan istrimu Tuan Arran?". Nyonya Elson yang memperhatikan dengan serius perbincangan ini kini melontarkan pertanyaan yang cermat pada Arran.

"Ah, kau sangat memperhatikan sekali ceritaku Nyonya Elson. Begini, saat Kakek bertemu dengan istriku di halte bus ia langsung memaksa istriku untuk pulang ke rumahnya. Tetapi istriku bersikeras untuk pergi ke rumah sakit terlebih dahulu. Aku yang tak mengetahui kepergian istriku ke rumah sakit tiba-tiba di telpon oleh Kakek. Ia bilang bahwa aku harus menemuinya di rumah sakit. Saat sampai di sana Kakek lalu memarahiku. Ku kira itu karena aku telah membawa kabur cucunya, ternyata bukan. Ia tiba-tiba menyuruhku untuk menikahi Hera dengan sah secara hukum dan agama. Aku juga bingung saat itu, kenapa Kakek tiba-tiba merestui pernikahan kami. Ah, aku sudah terlalu banyak bicara. Kini giliran istriku yang menjelaskannya".

Arran lalu memegang lengan Aleris dan pura-pura membantunya untuk berdiri. Aleris lalu tersenyum pada semua orang dan mulai berbicara.

"Aku sebenarnya malu untuk menceritakanya pada kalian. Tapi ku rasa kalian juga berhak tahu. Pagi itu pernikahan kami menginjak tiga bulan. Setelah Arran berangkat kerja aku lalu beres-beres. Tiba-tiba badanku terasa begitu lemas, saat hendak berjalan ke kamar untuk mengambil kotak obat tiba-tiba aku mengalami pendarahan. Ku kira karena saat itu aku terlalu stress dan capek, tetapi aku juga baru menyadari bahwa sudah dua bulan aku tak mengalami menstruasi. Seperti yang kalian duga, aku pun berpikir begitu. Untuk memastikannya aku lalu pergi ke rumah sakit".

"Tetapi saat di jalan aku bertemu dengan Kakek. Ia kaget dan marah saat melihatku. Ia sudah hampir meyeretku ke mobilnya sampai aku kembali mengalami pendarahan di halte. Kakek lalu panik dan membawaku ke rumah sakit. Saat di periksa ke dokter ternyata benar. Kakek begitu syok saat mengetahuinya. Ia lalu memanggil suamiku. Saat mengetahui bahwa aku tengah mengandung, Kakek lalu menikahkan kami kembali besoknya". Aleris mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum malu pada Arran. arran lalu menbantunya untuk duduk kembali.

Aleris lalu memberikan sesuatu ke lengan Arran. Arran yang sudah merancang semua ini dengan sigap menerimanya. Ia lalu kembali berdiri. Ia lalu menunjukkan sebuah alat tes peck ke hadapan semua orang.

"Alasanku mengundang kalian semua malam ini bukan hanya untuk memperkenalkan istriku, tetapi juga memperkenalkan calon anakku yang ada di perut istriku. Aku dengan bahagia mengumumkan kabar ini pada kalian semua, bahwa istriku tengah mengandung anakku di usia kandungan ke dua bulan". Wajah Arran dibuat berkaca-kaca.

Semua orang lalu bertepuk tangan. Tak lama setelah tepuk tangan usai kini ruangan dipenuhi dengan suara desas desus. Nyonya Kim dan Nyonya Elson yang se meja dengan Arran dan Aleris dengan tak malu berbisik di depan Arran dan Aleris. Aleris hanya membalasnya dengan tersenyum setengah.

"Benar kan apa yang aku bilang". Bisik Nyonya Elson pada Nyonya Kim.

Aleris kini saling bertatapan dengan Arran. Mereka sebenarnya sudah merencanakan semua ini sebelumnya. Dan reaksi dari semua orang sesuai dengan yang mereka harapkan. Aleris yang tadinya pura-pura tersenyum kini berubah lesu. Wajahnya pucat, lengannya dingin dan berkeringat. Arran yang menyadari perubahan pada Aleris segera menanyainya.

"Hera, kau baik-baik saja kan?" Arran berbisik pada telinga Aleris.

"Arran, perutku sakit sekali". Ucap Aleris. Bibirnya kini pucat pasi. Aleris tiba-tiba muntah membuat semua orang yang hadir panik.

"Hey, kau kenapa?". Arran kini mengusap-ngusap punggung Aleris.

Ia akhirnya memutuskan untuk membopong Aleris ke kamarnya. Belum sempat Aleris sampai di kamarnya ia kembali muntah tetapi kali ini muntahnya berbusa. Arran lalu memanggil kepala keamanan Lee. Ia menyuruhnya untuk memanggil dokter peribadinya agar datang ke griya tawang segera. Suasana kini berubah panik dan tegang. Para tamu akhirnya disuruh untuk pulang meninggalkan griya tawang. Pesta makan malam itu berakhir dengan kepanikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!