Kejutan Untuk Ibu dan Kakak Tiri

Malam itu semua pekerjaan Aleris selesai. Ini adalah waktu pulang bagi Aleris. Tak seperti sebelumnya, kini ia tak pulang dengan berjalan kaki lagi melainkan dengan dijemput oleh suaminya. Aleris sengaja menunggu agak jauh dari hotel agar tidak ada yang melihatnya pulang dengan Arran. Sebelum Arran tiba Aleris sudah berganti pakaian. Ia kini terlihat lebih glamour. Tak lama Arran pun tiba dengan mobil mewahnya. Kaca mobil lalu diturunkan, kini aleris bisa melihat dengan jelas wajah Arran.

"Cepat naik" Arran menyuruh Aleris.

Aleris lalu naik ke mobil. Ia duduk di samping Arran.

"Kenapa kau yang menyetir? Kemana kepala keamanan Lee?" Aleris langsung bertanya.

"Dia ada urusan sebentar. Tapi kedua bodyguard ku tetap mengikutiku dari belakang, kau tidak usah khawatir" jawab Arran.

"Oh" aleris lalu menatap kosong ke arah kaca depan mobil.

"Bagaimana kerjamu hari ini?" Arran masih fokus menyetir. Ia sesekali menoleh ke arah Aleris.

"Lebih ringan dari sebelumnya. Oh, ya. Terima kasih atas bantuanmu tadi pagi" Aleris kini balik menoleh ke arah Arran.

"Ya, sama-sama". Jawab Arran.

Perbincangan merekapun hanya sampai situ. Sisanya, sepanjang jalan menuju rumah mereka hanya terdiam.

Merekapun tiba di Achilles Palace. Suasana tempat ini selalu lebih sepi saat malam. Setelah dari parkiran mereka berduapun berjalan masuk. Aleris dan Arran kaget saat sampai di lobby. Beberapa orang tengah berkerumun di dekat patung air mancur.

"Ada apa ini?" Arran mendekati kerumunan itu.

"Arran, sebaiknya kita langsung naik saja. Aku malas untuk berhadapan dengan mereka lagi" Aleris menarik lengan Arran.

"Kau tunggu di sini ya" ucap Arran.

"Arran..." Belum sempat Aleris menyelesaikan kalimatnya Arran sudah terlanjur berjalan ke arah kerumunan.

"Dasar keras kepala" ucap Aleris pelan.

Arran menghampiri kerumunan itu. Betapa kagetnya ia saat mengetahui bahwa orang-orang yang berkerumun itu twngah menyaksikan kedatangan Ibu dan kakk tirinya Arran. Arran yang awalnya tenang kini naik pitam. Ia dengan wajah marahnya menghampiri ibu dan kakak tirinya itu.

"Kenapa kalian ke sini hah? Aku tidak sedang mengundang kalian!" Ucap Arran ketus.

"Oh, ayolah. Haruskah kami menunggu undangan darimu untuk bisa mengunjungimu adik kecil" Zielle tersenyum licik pada Arran.

"Berhenti memanggilku sebagai adikmu. Aku bukan adikmu!" Arran semakin naik pitam.

"Bukankah Ayah yang selalu menyuruhku untuk memanggilmu adik kecil hah?" Ucap Zielle.

"Arran, Ibu dengar kau telah menikah ya? Oh, tentu saja karena kami tidak penting di matamu jadi kami tidak diundang dalam pernikahanmu. Bukankah begitu Zielle ?" Rowena, ibu tiri Arran kini berjalan mendekati Arran.

"Tutup mulutmu wanita tua. Aku sudah muak berurusan dengan kalian. Pergi sekarang!" Arran dengan tegas mengusir kakak dan ibu tirinya itu.

"Kau tidak bisa mengusir kami karena kami telah membeli salah satu apartemnu Tuan Arran" Ucap Rowena sambil memberikan sebuah amplop pada Arran.

"Rekomendasi dari Tuan Elson?" Arran keheranan saat membaca isi surat itu.

"Oh, permisi. Maaf Tuan Arran, kami sudah menyetujui Tuan Rowena untuk tinggal di sini. Semua orang di tempat ini termasuk Heaven Club telah menyetujui nya. Jadi tidak ada masalah" Nyonya Elson dari arah kerumunan maju ke depan.

"Tapi aku dan istriku belum! Aku dan istriku pemilik apartemen ini. Kalian tidak bisa seenaknya mengambil keputusan tanpaku ataupun istriku!" Arran meninggikan nada bicaranya.

"Tapi keputusan sudah dibuat. Lagipula kau tetap kalah adik kecil. Satu lawan seluruh penghuni? Percuma!" Ucap Zielle.

"Aaaarghh" Arran sudah benar-benar marah. Ia berteriak pad ibu dan kakak tirinya di depan semua orang.

Aleris yang tak kuasa melihat kondisi Arran langsung menghampirinya. Ia mencoba menenangkan Arran.

"Arran, sudahlah. Hal ini masih bisa dibicarakan baik-baik. Lebih baik kita terima keputusan yang telah dibuat" Aleris memegang lengan Arran lalu mengusapnya.

"Oh, jadi ini menantuku. Seorang pewaris tunggal dari keluarga Lysander. Senag bisa melihatmu secara dekat" Rowena kini berlagak menyapa Aleris.

"Jangan berani macam-macam pada istriku atau kau akan kena akibatnya" Arran menggertak Rowena.

"Oh, Arran rupanya sangat mencintai istrinya. Betulkah begitu Bu?" Kini giliran Zielle yang menguji kesabaran Arran.

"Diam kau" Arran semakin marah.

"Arran, sudahlah" Aleris berusaha melerai Arran.

"Seharusnya kau menyambut baik kedatangan kami nak. Tapi tak apa. Kami sudah terbiasa dengan itu" Ucap Rowena.

"Bu, kita hampir lupa. Ibu tahu kan gosip yang menyebar kalau Arran sebentar lagi akan memiliki anak? Benarkah? Padahal baru saja beberapa hari menikah. Tapi sudahlah, kita sudah tahu jawabannya dari tingkah lakunya barusan. Ku harap orang-orang tak mengatai anak itu anak haram saja" Bercandanya Zielle dirasa sudah keterlaluan.

"Kau!"

"Plak"

Arran menapar Zielle.

"Arran!" Aleris kini memegang kedua lengan Arran.

Aleris begitu marah dan kecewa terhadap tindakan Arran barusan.

"Apa-apaan kau ini? Kau sadar apa yang baru saja kau lakukan? Tenangkan dirimu! Kita dilihat oleh banyak orang. Kumohon sadarlah Arran" Aleris kini memwgang pundak Arran sambil menggoyang-goyangkan.

"Lihat kan semuanya? Kenapa kami tidak pernah akur selama ini?" Rowena mencoba menggiring opini orang-orang.

"Ini semua karena kau! Aku benci kalian berdua!" Ucap Arran.

"Arran, please! Stop it!" Aleris berusaha keras menenangkan Arran.

"Aku sudah lelah. Bu, ayo kita masuk ke rumah kita saja. Dia akan terus menggonggong jika kita terus layani" Zielle kini bangkit dan menarik ibunya untuk pergi.

"Tutup mulutmu ular berbisa!" Arran mencoba mendwkati Zielle.

"Arran sudah!" Aleris kini berteriak. Seketika Arran langsung teridiam.

"Baiklah, ayo. Eh, tunggi dulu. Kami telah menyiapkan kejutan kecil untuk kalian berdua. Jadi tunggulah" Rowena melangkah pergi. Ia kemudian tersenyum licik pada Aleris dan Arran.

Aleris kini menangis, Arran yang melihatnya lalu memeluknya. Aleris begitu kaget dengan kejadian barusan. Tak sangka ia akan mendapat hal seperti itu dari mereka.

"Maaf, aku tak bisa mengendalikan diriku" Arran lalu mengusap kepala Aleris.

"Apa yang mereka tengah rencanakan untuk kita Arran ? Aku takut" Ucap Aleris sambil menangis tersedu-sedu.

"Mereka tidak akan bisa melukaimu Aleris. Aku akan selalu melindungimu dari mereka" Arran kini gantian menenangkan Aleris.

Semua orang kini melihat mereka berdua yang tengah berpelukan. Arran lalu melepaskan pelukannya dan mengajak Aleris untuk naik. Mereka pun masuk lift. Sejujurnya Arran juga khawatir karena kedatangan Ibu dan Kakak tirinya itu. Arran takut jika mereka akan melukai Aleris atau dirinya sama seperti pada ayahnya dulu. Tetapi Arran tidak boleh takut. Ia harus berani untuk Aleris. Wanita itu kini benar-benar telah mempengaruhi perasaan Arran. Ia bingung dengan dirinya, kenapa ia begitu takut kehilangan pada wanita yang baaru bersamanya beberapa hari terakhir ini. Arran juga cemas dengan perkataan ibu tirinya tadi. Kejutan? Kejutan apa yang tengah mereka siapkan untuk Arran dan Aleris? Arran harus bersiap dengan segala kemungkinan.

Terpopuler

Comments

botak

botak

huuaaciihh knp g tinggal di white house megah sih,istanaa gtuuuu.....yg luasnyaaa 10ribu H...penjaganya 1500orang dll...dijagaa Brimob gtu 🤭🤣🤣....biar g diganggu paraa cecurut jalang

2022-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!