Setelah selesai menyiapkan sandwich, aku langsung menghampiri mereka berdua untuk memperlihatkan hasil masakan ku. Sekalian ingin menerima pujian atas rasanya juga.
"Wah, memang sandwich buatanmu paling terbaik di dunia ini." puji Kakak seraya, mengecap kembali sandwich miliknya yang belum habis.
"Umgh, benar sandwich buatan Viaa memang paling terbaik. Sepertinya kita bisa membuka usaha kecil-kecilan melalui ini." tambah Ayah
"Ah ini belum seberapa Ayah, terkadang aku masih kaku dalam hal memasak karena selama ini tugas ku yang melihat saja, bukan mengerjakan." aku menolak perkataan Ayah, dengan alasan aneh tersebut.
"Viaa, apa saat pemilihan gaun tadi. Chandra memperlakukan mu dengan baik?" tanya Kakak seperti sedang mengintrogasi ku.
"Iya, dia memperlakukanku dengan baik kok. Emangnya kenapa kak?" tanyaku kembali.
"Oh baguslah, lain kali kalau kau perlu bantuan sesuatu katakan saja kepada Kakak. Kakak akan menjamin untuk membantu mu sebisa mungkin, walaupun harus melawati bara api, lembah, bukit, lautan, dan jurang yang dalam."
"Wah, kata kata dari mana itu sampai bisa kau kutip?" tanya Ayah merasa tak percaya dengan Kakak.
"Tentu saja dari novel online, diaplikasi orange." jawab Kakak cengengesan
"Igh, kirain itu memang benar ungkapan dari hati Kakak. Tapi ternyata itu hanya sebuah kutipan kata dari sebuah novel." sambungku sambil cemberut.
"Walaupun itu sebuah kutipan, tetapi setidaknya Kakak sudah berjuang untuk membuat mu senangkan?"
"I-iyaa"
"Ululuu...jangan cemberut lagi yah adik kecilku, karena nanti setelah kau menikah tidak akan ada yang bisa memperlakukanmu seperti Kakakmu ini." ucap Kakak seraya memelukku, Ayah hanya bisa tersenyum melihat kelakukan kami berdua.
"Ayah, Kakak. Aku tidur lebih dulu yah, soalnya aku ingin pergi kuliah lebih cepat besok."
"Yah, sudah pergilah tidur." jawab mereka serentak.
Aku pun beranjak pergi meninggalkan mereka, sesampainya dikamar aku langsung menghempaskan tubuhku di atas kasur empuk milikku. Hari ini sungguh melelahkan selain mata pelajaran kuliah membuatku pusing, pria gila itu juga hampir membuat ku gila karena keberadaan nya.
"Drett...drettt"
Baru saja aku ingin tidur, handphone ku sudah bergetar, perlahan lahan aku meraihnya dari atas meja. Lalu melihat dari lookscreen pesan dari siapa yang masuk.
"Astaga, dari mana dia mendapatkan no WhatsApp ku?" tanyaku dalam hati, tanpa berani membuka lagi isi pesan tersebut.
"Tunggu...apa Ayah memberikannya?"
Tanpa berpikir panjang aku langsung keluar dari dalam kamarku, dan berlari menuju ruang tengah tanpa mengenakan sandal rumah.
"Ayah...apa Ayah, yang memberikan no ku kepada Chandra?" tanyaku dengan napas terengah-engah.
"Iya, karena dia memintanya. Apa ada masalah Viaa?" tanya Ayah, membuat ku langsung gugup.
"Tidak...tidak ada kok, terimakasih kalau begitu. Selamat malam."
Kakak sampai keheranan melihatku, entah apa yang ada dipikirnya saat ini.
Brakk!!
Aku menutup pintu kamarku dengan sangat begitu keras, selangkin kesalnya dengan pria itu.
Aku membuka isi pesan darinya, dan membacanya dengan sangat penuh hati hati.
"Besok aku menunggumu didepan kampus tepat jam 3 sore, untuk pemilihan cincin pernikahan. Jangan sampai telat!"
Tanpa sadar aku menelan salivaku sendiri, tanda seru yang dia tinggalkan dikalimat akhir membuatku sangat ketakutan.
Drettt...drettt
"Gunakanlah pakaian sopan, Papa dan Mama mengundang mu untuk makan malam di mansion. Ingat jangan sampai mempermalukanku, dan tutup mulutmu rapat rapat!!!!!"
Dia mengirimkan ku pesan lagi, tapi kali ini berbeda, Chandra memperbanyak tanda serunya, seperti ingin memperingatiku.
Tanganku terasa sangat kaku untuk mengetik keyboard, jadi aku lebih memilih untuk mengirim stiker jempol kepadanya.
Drett...drettt
"Apa kau tidak bisa mengetik?mungkinkah urat syaraf dijarimu sudah tidak berfungsi lagi?" pesan masuk dari Chandra lagi, kali ini dia hanya menggunakan tanda tanya saja dibelakang nya.
Aku memutuskan untuk tidak menjawab ataupun meresponnya lagi, tapi tetap membiarkan dataku untuk hidup.
***
"Nonn Viaa...bangun, bibi sudah siapkan sarapan dibawah." seru Bii Ani diluar kamarku.
"Iya Bii, Viaa udah siap kok tinggal turun aja." sahutku seraya membuka pintu, dan berjalan bersama Bibi Ani menyusuri tangga.
"Wah, Non Viaa cantik sekali hari ini." puji Bii Ani, seraya tersenyum riang menatapku.
"Terimakasih..."
"Oh iya, Ayah dan Kakak dimana Bii?" tanyaku
"Mereka sudah pergi lebih awal sebelum Nona." jawab Bii Ani
"Apa?"
"Iya mereka semua sudah pergi, tadi pagi kalau tidak salah setelah Bibi siap sholat subuh. Bibi mendengar Tuan Besar menjawab panggilan telpon, lalu setelah itu beliau keluar dari kamarnya dan bergegas langsung pergi dengan pakaian rapi. Disusul oleh Kakak Nona dibelakang nya. Kemungkinan mereka pergi rapat di Hotel Jd. Lotus Non..." jelas Bii Ani
Perasaanku terasa sangat tidak enak, jantungku terus berdetak dengan kencang seperti ingin terjadi sesuatu. Tidak biasanya aku mengalami seperti ini.
"Emh, Viaa mau menjumpai Ayah dulu yah Bii. Entah kenapa perasaan Viaa tidak enak." ucapku
"Terus, bagaimana dengan sarapan yang Bibi Buat?"
"Tenang, pasti Viaa akan memakannya, oke."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Anriyani Admel
knp hrs tulisan besar jd nggk rapi sakt mata bcnx
2020-10-14
0
Nar Si
sll ikut dr awal dan tak lupa like
2020-07-07
0
kiki rizki
mampir lagi thor...
2020-05-29
0