Mereka berjalan beriringan ke bagian perawatan ortopedi. Sepanjang jalan, Theo tak hentinya menghibur Starla dengan kejelekan-kejelekan Adam.
Hingga kaki mereka telah sampai di depan ruang ortopedi. Jujur Starla sungkan untuk masuk. Namun, ia berusaha mengendalikan kegugupannya.
Theo dan Starla tampak memasuki ruangan. Di sana ada empat brangkar kosong yang salah satunya ditempati Adam. Terlihat dokter sedang memeriksa lengan Adam.
"Selamat siang, saya ingin bicara sebentar dengan bos saya," ucap Theo meminta izin kepada dokter.
"Oh. Silahkan."
Theo mendekati Adam dan berbisik. Sejenak Starla tahu Adam meliriknya singkat kemudian tersenyum.
"Tunggulah sebentar," ucap Adam mengarah pada Starla tanpa suara. Oh jangan lupakan wajah mes*mnya itu.
"Nona... silahkan duduk," pinta Theo. Ia mempersilahkan Starla duduk di kursi konsultasi.
"Terimakasih," balas Starla.
Tidak lama pemeriksaan Adam pun selesai. Mereka beralih ke tempat lain.
Selama perjalanan Adam tak henti-hentinya melayangkan tatapan penuh nafsu. Membuat Starla risih. Terlebih ada Theo di sini.
"Emh... Theo?" ucap Starla sembari menghentikan langkahnya.
"Iya Nona?"
"Bisakah aku minta tolong?"
"Tentu."
"Tolong bilang ke suami ku yang berada di ruang umum untuk menunggu sebentar. Aku sedang ada perlu dengan Tuan Adamson. Jika kamu yang bilang pasti ia akan percaya," pinta Starla. Sebenarnya ia hanya ingin obrolannya dengan Adam tidak diketahui Theo. Pasalnya ini bukan sesuatu yang wajib diumbar mengingat syarat perjanjian ini adalah tubuhnya.
"Baik Nona," ucap Theo polos. Ia pun segera mendahului mereka.
"Pintar sekali...." saut Adam.
"Apanya?" ketus Starla.
"Cara mu menjauhkan Theo. Kamu tidak ingin Theo mendengar keputusan mu kan?"
"Hah.... sudah--"
"Itulah sebabnya aku menyukai mu Queen. Karena kamu wanita cerdik. Aku cukup heran kenapa wanita secerdik mu bisa jatuh ke tangan pengemis itu."
"Apa maksud mu?" ucap Starla tersulut. Pasalnya ia merasa Adam baru saja menghinanya secara tidak langsung.
"Hahaha. Bukan apa-apa."
Starla tidak mengendurkan sama sekali tatapan tajamnya. Namun, detik berikutnya ia memilih berpaling dan mengucapkan tujuannya kemari.
"Aku... akan--"
"Ssst... jangan diucapkan. Aku tahu kamu akan menerima tawaran ku. Jangan jatuhkan harga diri mu dengan mengucapkannya. Aku yakin kebencian mu pada ku akan semakin menjadi. Aku tidak ingin menciptakan hubungan seperti itu," jelas Adam.
Tanpa sadar kening Starla mengernyit. Sebenarnya apa yang diinginkan Adam dari Starla? Sekali waktu ia seolah hanya menginginkan tubuh Starla dan di waktu lainnya ia seperti orang tulus yang ingin menjalin hubungan baik. Sebenarnya sisi mana yang benar?
"Starla?" saut suara bariton. Tampak Daniel yang tengah mendorong kursi pasien yang diduduki Alarie.
Lebay sekali! Padahal hanya luka goresan!
"Sepertinya Theo lupa arah atau mereka yang sedang bersenang-senang di tempat lain," bisik Adam memprofokasi.
Starla tidak menggubris. Wajahnya tetap tampak seperti biasa. Tenang dan elegan. Membuat sudut bibir Adam terangkat. Ah. Dia benar-benar menggilai wanita ini. Begitu manipulatif dan pintar.
"Maaf, aku bertemu Tuan Adamson di jalan. Ia sedang cek up untuk patah tulang. Apa kalian menunggu lama?"
"Tidak, aku mengirimi mu chat supaya langsung ke parkiran. Rupanya kamu belum membukanya," saut Daniel.
"Starla, maaf sudah merepotkan mu," lanjut Alarie.
Terdengar kekehan singkat dari bibir Adam. Ia seperti menikmati pertunjukan dengan para badut bertopeng yang menjadi pemerannya. Membuat Starla menaruh curiga. Sejauh mana yang diketahui Adam?
"Tuan Adamson, senang bertemu dengan Anda lagi. Bagaimana keadaan lengan Anda?" tanya Daniel formalitas.
"Yah, sudah membaik. Hanya saja, aku jadi kesusahan hanya untuk memakai baju. Sial sekali," dengusnya pura-pura kesal.
"Saya turut prihatin. Semoga dokter ortopedi yang kami berikan bisa mengobati lengan Anda dengan maksimal," ucap Daniel.
"Humm...." saut Adam malas.
"Kalau begitu. Saya pamit pulang dulu Tuan Adamson," ucap Starla disertai bungkukan singkat.
Starla pun melangkah ke arah Daniel dan Alarie. Membelakangi Adam yang rautnya berubah jadi kesal. Ia tidak ingin wanitanya ke sisi orang itu.
Oleh karena itu, Adam melakukan pergerakan impulsif. Ia meraih pundak Starla lalu membalikannya untuk menghadap Adam.
Tangan besar Adam meraih pipi Starla dan berucap, "besok adalah hari pertama mu bekerja sebagai asisten ku. Mohon kerjasamanya."
DEG!
Mata Srarla terbelalak seketika. Ungkapan Adam barusan menandakan ia akan meminta hak perjanjiannya besok. Dengan kata lain, besok adalah hari di mana Starla menyerahkan tubuhnya.
"Baiklah...." saut Starla lirih. Matanya tak habis melayangkan tatapan tajam yang justru direspkn dengan senyum tengil Adam.
'Dia gila!' batin Starla.
Di ujung sana tampak Theo berlari. Ia terlihat terkejut dengan kehadiran Daniel dan Alarie.
"M-maaf Nona. Saya tidak bertemu dengan Tuan Daniel. Ternyata sudah di sini," ucapnya kikuk. Pasalnya situasi apa ini? Yang Theo lihat, Adam seperti pebinor yang mendeklarasikan perang pada suami sah.
Daniel pun terlihat tidak suka namun berusaha ia tutupi mengingat di hadapannya adalah orang nomor satu di dunia bisnis.
"Tidak apa-apa Theo. Maaf sudah merepotkan mu," saut Starla sembari melepaskan cengkraman tangan Adam di pundaknya.
"Aku pamit pulang dulu," ucap Starla kemudian berlalu mendahului Adam dan Theo.
"Kami permisi dulu, Tuan Adamson," ucap Daniel sembari melewati Adam.
...****************...
Jam dua belas lewat tiga puluh satu menit. Starla dan Daniel telah kembali ke apartemen. Setelah mengantar Alarie selamat sampai rumah. Daniel pun mengantar istrinya pulang ke apartemen. Setelah itu ia akan berangkat ke kantor untuk mengurus sesuatu.
Begitulah rencananya, namun kakinya enggan melangkah berkat tindakan Adam di rumah sakit tadi. Daniel dibayangi perlakuan Adam yang berani menyentuh Starla di depannya.
"Sial*n!" dengus Daniel sembari melonggarkan dasinya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Membayangkan Starla bersama dengan Adam sebagai asistennya. Hal itu sebenarnya sangat memberatkan hati Daniel. Namun, apalah daya. Jika bukan karena bantuan Adam. Perusahaan yang ingin ia kuasai akan jatuh sebelum waktunya.
Ia menghembuskan nafas dengan kasar. Membasuh wajah dan membiarkan bulir air membasahi rambut depannya.
"Kenapa aku jadi seperti ini?"
"Aku yang mengizinkan Starla menjadi asistennya. Tapi sekarang aku sendiri yang kesal melihat interaksi mereka."
"Payah sekali!" dengusnya pada diri sendiri.
Tok tok tok
"Daniel... handphone mu bergetar terus. Sepertinya panggilan dari kantor. Apa aku harus mengangkatnya?" ucap Starla dari luar pintu.
Tidak ada jawaban. Starla mencoba mengetuknya lagi. Namun justru Daniel yang tiba-tiba keluar dengan bertelanjang dada. Spontan Starla langsung membuang muka.
"Berikan...." titahnya. Ia mengambil handphone di genggaman Starla dan mengangkat panggilan dial.
"Hallo...."
"Maaf mengganggu Pak. Saya ingin menginfokan jam satu nanti para eksekutif meminta Bapak menghadiri rapat internal. Sepertinya mereka ingin membahas laporan terkait kerjasama dengan Habsyi Al Farezi."
"Tck! Bubarkan rapat itu. Saya yang berhak mengusulkan kapan dan di mana rapat diadakan!"
"Eh... b-baik Pak."
Panggilan ditutup. Tanpa diduga Daniel langsung menghambur ke tubuh Starla. Membenamkan kepalanya pada pundak Starla dan menghirup aromanya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
siti fatimah
crazy up
2022-11-28
0
siti fatimah
bagus starla hrs bergerak gerilya utk mengambil kepemilikan perusahaan perjuangan papamu dr suami pengkhianatmu
2022-11-28
1