Bab 15

"Bisa dipercepat?" saut Starla. Ia jengah setelah masuk mobil justru Adam membahas banyak hal sepele seperti makanan kesukaannya dan tempat favoritnya di Kanada.

"Hemm... aku seperti pernah mendengar kalimat itu disuatu tempat," ujar Adam sembari menatap langit-langit mobilnya. "Ah... aku ingat. Aku pernah mendengarnya dari bibir wanita yang merasa keenakan dibawah ku," cengirnya meledek.

"Rupanya kamu bisa mengucapkannya juga ya? Aku terkejut sekaligus penasaran," goda Adam tak habis-habis.

Pipi Starla bersemu merah. Bagaimana orang ini bisa se-frontal itu?!

"Sekali lagi kamu mengatakan hal me*um seperti itu. Aku akan melaporkan mu ke polisi!"

"Ke polisi ya? Bukan melapor ke suami mu?" seringai Adam terbentuk.

Jengah! Starla menarik handle pintu berniat keluar. Namun spontan Adam mencegah.

"Tunggu... tunggu... aku hanya bercanda. Kamu serius sekali. Wajah mu jadi terlihat kaku."

"Wajah ku memang seperti ini dari sananya!" dengus Starla.

"Hahaha... padahal saat kecil wajah mu sangat imut," ucap Adam mengingat momen pertemuan keluarga Faranggis dan Adamson dulu.

Dalam sekali waktu. Dua keluarga konglomerat itu saling bersilahturahmi. Sebagai bentuk kerjasama yang terjalin. Tak elak, Adam kecil pun bertemu dengan bocah perempuan yang umurnya hanya berjarak dua tahun darinya. Tak lain adalah Starla.

"Lupakan itu! Sekarang apa yang ingin kamu bicarakan? Kamu sudah menggunakan waktu ku hampir sepuluh menit!"

"Padahal perempuan lain sangat senang menghabiskan waktu dengan ku. Bahkan mereka dengan sukarela mengundangku ke kamarnya," cengenges Adam.

"Adam!" ucap Starla datar. Namun sorotnya benar-benar menunjukan kemarahan.

"Woo... seramnya. Baiklah..." wajah Adam berubah menjadi serius. Seringai menghiasi wajah kokoh itu. "Pertama-tama aku akan bertanya ini..." sorot Adam menangkap manik Starla. Menyihirnya agar tidak melihat objek lain selain dirinya. "Bagaimana dengan tawaran ku tempo lalu?"

DEG!

"Kamu terburu-buru sekali Tuan!"

"Oh. Ternyata kamu memikirkannya ya? Hemm... bagus juga. Itu berarti kamu mewaspadai kehadiran ku."

"Apa maksud mu?!" tanya Starla tersulut.

"Itu berarti... mudah untuk ku mendapatkan mu. Karena kamu sudah dibawah kendali ku sekarang."

"Tolong bicara yang jelas!"

Perasaan Starla tidak enak. Adamson bukanlah orang sembarangan. Jika dia sudah berkata seperti itu. Berarti Starla dalam posisi dirugikan.

Starla tahu karakter Adam. Ia adalah orang yang akan mendapatkan apa yang ia inginkan dan tidak akan peduli dengan orang yang tidak ia hiraukan.

Sialnya Starla menjadi objek keinginan Adam. Entah kenapa ia tiba-tiba menargetkan Starla. Jika karena kecelakaan. Motif itu tidaklah cukup kuat. Dari pada mengincarnya, seharusnya Adam akan membencinya karena sudah menjadi penyebab tulang lengannya patah.

Lalu apa? Apa yang membuat Adam mengincar Starla? Hal ini selalu menghantui pikiran Starla sejak kecelakaan itu.

"Kamu akan tahu nanti. Kalau tidak malam ini mungkin besok pagi," balas Adam.

"Tuan Adam? Izinkan aku lancang kali ini," ucap Starla lirih. Ia menggenggam erat ujung cardigannya. Menahan geram.

"Silahkan, kamu sudah lancang dengan ku sejak kemarin. Oh. Salah! Sejak kita kecil."

"Kenapa kamu seperti ini? Apa salah ku? Apa karena kecelakaan itu?"

"Hemm... tidak juga. Aku hanya...." ucapan Adam terjeda. Ia mendekat ke wajah Starla. "Aku hanya rindu aroma rambut mu," ucap Adam berat dan dalam. Ia meraih rambut Starla dan menghirupnya. Membuat Starla merinding seketika.

Starla spontan mendorong Adam ketika jarak Adam perlahan semakin mendekat. "Tolong bersikaplah rasional! Aku sudah menikah. Kamu baru saja menggoda wanita yang sudah menikah. Apa kamu tidak malu?!" keritik Starla. Dorongan Starla membuat tubuh Adam kembali ke tempatnya.

"Sejauh ini aku tidak pernah berurusan dengan wanita yang sudah menikah. Tapi hanya dengan mu, Aku melakukannya. Kamu tahu kenapa?"

"Karena kamu sangat menarik, Queen," senyum Adam penuh tipu daya keindahan dunia.

"Kamu gila!"

Starla menarik handle pintu. Ia harus segera pergi. Tidak aman untuknya berada di sini.

Langkah Starla menapaki beton tempat parkir. Ia berjalan cepat menuju pintu kaca di sana. Namun, pekikan Adam menghentikan langkahnya.

"Starla... aku yakin kamu akan menerima tawaran ku. Aku sangat menantikannya."

Memilih tidak peduli. Stara melanjutkan kembali langkahnya. Mengabaikan Adam yang bergumam. "My queen," dalam sorot mata yang menampakan hasrat sangat besar.

Deru mobil Adam terdengar. Ia menyuruh sopirnya untuk kembali setelah sebelumnya ia suruh pergi sesuka hati. Kondisi tangannya tak memungkinkan untuk menyetir. Membuat Adam harus mengandalkan supir untuk pergi kemana pun.

Keluarnya kendaraan yang ditumpangi Adam bersamaan dengan sampainya Starla ke apartemennya yang berada di lantai tiga. Ia mengernyit heran.

Apa yang direncanakan Adam?

Saat itu Starla tidak tahu apapun sebelum Daniel pulang dari rumah sakit di jam tiga pagi. Dengan tubuh layu dan wajah kusut. Laki-laku itu memeluk erat tubuh Starla.

Bercerita tentang masalah penalti dari pihak Habsyi Al Farezi. Starla yakin, ada Adam yang ikut campur kepelikan ini! Si*lan!

Flashback off

Dibalik pintu kamarnya. Starla luruh. Menangis tanpa suara agar Daniel yang sedang di kamar mandi tidak mendengarnya.

Pasrah! Posisi ini sangat amat merugikan Starla.

Mengandalkan Daniel? Oh ayolah, apa yang bisa dilakukannya? Daniel hanyalah orang baru. Semua investor itu akan menarik kembali investasinya dan tidak mempercayai perusahaan FG Group lagi.

Dalam situasi terjepit Starla mengambil keputusan paling ekstrim. Ia akan menerima tawaran Adam.

"Maaf Pa... aku benar-benar minta maaf, hiks."

...****************...

Gulungan awan mendung terlihat mewarnai langit dengan kelabunya. Rintik-rintik halus mulai bertebaran ke muka bumi.

Jam menunjukan pukul delapan pagi. Sang matahari yang seharusnya gagah berdiri di atas sana, kali ini harus mangkir ulah awan mendung. Membuat para pekerja iri dengan orang rumahan yang bisa menarik kembali selimutnya.

Kota padat penduduk yang hampir disetiap ruas jalannya terpenuhi kemacetan di jam-jam tertentu membuat Starla menyandarkan kembali tubuhnya ke kursi mobil. Lelah, bukan hanya fisik tapi mentalnya dan sekarang ditambah dengan kemacetan ini! Rasanya Starla ingin putar arah saja dan kembali ke apartemen.

Itu hanya harapan semu yang mustahil terwujud. Sebab, kali ini Starla dan Daniel sedang menuju rumah sakit tempat Alarie dirawat.

"Sepertinya ada kecelakaan di depan. Jam segini seharusnya bukan jam macet," ucap Daniel membuka pembicaraan.

"Hemm... sepertinya begitu," tanggap Starla sekenanya. Ia memijat pangkal hidungnya sebab dari tadi pagi pusingnya tidak hilang-hilang.

Memikirkan banyak hal menbuat penyakit lama Starla kambuh kembali. Ya! Starla memiliki riwayat vertigo akut. Saat itu Starla harus menjalani operasi di Jerman. Namun, tidak ada yang bisa menjamin vertigonya akan hilang sepenuhnya. Yah, setidaknya sakit yang dirasakan Starla tidak seburuk dulu. Tapi tidak menutup kemungkinan sakitnya akan semakin parah jika Starla memikirkan banyak hal.

"Sayang... kamu baik-baik saja?" tanya Daniel. Wajahnya terlihat khawatir

"Humm...."

"Kamu terlihat pucat."

"Itu karena aku tidak sempat memakai lipstik tadi."

"Sampai rumah sakit sebaiknya kita ke dokter Vanes. Kamu harus diperiksa."

"Tidak us--" ucapan Starla terhenti saat tangan Daniel menyentuh keningnya.

"Badanmu sepertinya tidak panas," ucap Daniel sembari memperhatikan jalan.

"Hah...." desah Starla menggiring tangan Daniel untuk menjauh. "Sepertnya vertigo ku kambuh. Aku sudah membawa obat ku. Kamu tidak perlu khawatir," tunjuk Starla pada tasnya.

Menurut kalian Daniel itu laki-laki yg kayak mana?

Komen yah. aku pingin tau pendapat kalian. jangan lupa like, favorit dan share ke temen kamu juga ya 😍

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!