Bab 10

Adam sempat terdiam setelah membaca barisan kontrak itu. Membuat Starla ketar-ketir karena sudah berlebihan membuat isi perjanjian.

Kali ini jika Adam menolak pun Starla akan siap menggantinya. Namun, alih-alih menolak Adam justru mengambil pena dan mengubah tanpa izin.

"Poin kedua, dilarang melakukan pelecehan baik verbal maupun non verbal. Hemm..., itu bisa diterima tapi..., bagaimana kalau kita saling mau?"

"Ha?"

"Aku pintar membujuk lho." goda Adam. Membuat Starla memerah.

"Tolong serius! Ini akan menentukan tiga bulan ke depan."

"Baiklah, bagaimana kalau redaksinya diubah begini 'dilarang melakukan pelecehan baik verbal maupun non verbal. Jika kedua belah pihak tidak keberatan maka tidak akan ada sangsi terikat?"

"Terserah Anda saja." dengus Starla. Ia yakin sampai kapan pun tidak akan tertarik dengan Aldebara Adamson.

"Lalu, tidak ada kegiatan malam? Ayolah, Theo saja kerja sampai pagi. Jika aku menerapkan syarat ini maka karyawan ku yang lain akan cemburu. Kecuali jika kamu mau dianggap sebagai wanita spesial ku." cengirnya.

"Baiklah, hanya sampai jam sembilan malam!"

Adam mengganti lipatan kakinya, kebiasaan saat menawar, "jam sepuluh atau tidak sama sekali."

"Jam sepuluh dengan syarat Theo harus bersama kita." kekeuh Starla tidak mau kalah.

"Deal!"

"Kalau sudah deal anda bisa tanda tangan di bawah." tunjuk Starla sopan.

"Tunggu, aku hanya deal pada satu point. Jangan buru-buru. Memangnya apa yang membuat mu tidak betah berada di dekat pengusaha tampan ini? Hm?"

Bola mata Starla memutar. Jengah sekali dengan kenarsisan orang yang mengaku sebagai pengusaha tampan!

"Hemm, coba kita lihat...." senyum Adam mengembang tengil setelah menemui kejanggalan terselubung.

"Aku tidak keberatan lagi dengan poin lainnya hanya saja ada satu yang mengganggu ku...." Manik hitam itu menyorot dalam bola mata Starla.

"Katakan saja."

"Kerjasama diselenggarakan atas permintaan Starla Faranggis...?"

DEG!

Apa tujuan Starla ketahuan?

Adam terkekeh singkat, "Kamu..., perlu bantuan ku?" tanya Adam menaikan satu alis.

Starla terdiam. Menangkap kedua manik Adam.

Dalam konteks ini Starla sangat menyembunyikan tujuan di balik kalimat berkedok syarat perjanjian. Orang biasa akan tertipu dan menganggap kalimat itu hanya perjanjian kerja sama biasa. Mengingat Starla istri presedir utama dan anak tunggal presedir sebelumnya.

Siapa yang menyangka Adamson lebih jeli dari perkiraan!

"Anggap saja aku paham keadaan mu. Dan di sini aku menawarkan bantuan. Segala bentuk bantuan. Tapi..., ada syaratnya."

Starla goyah! Ia telah salah menilai sosok Adam. Begitu licin dan cerdik. Menanyakan hal krusial di timing yang pas. Membuat Starla takjub dan takut dalam satu waktu.

Adam adalah sosok berbahaya!

"Ehem..., aku tidak akan memaksakan point itu jika Anda tidak berkenan. Lagi pula, FG Group adalah rival sejak lama." saut Starla mencoba meloloskan diri. Cukup beresiko membicarakan masalah internal FG Group.

"Tidak, tidak. Aku sangat tertarik dengan point itu. Katamu kita harus transparan bukan? Aku dengan senang hati kerja sama dengan FG Group. Hanya saja alasan di balik kata 'atas permintaan Starla Faranggis' bukan atas nama FG Group?"

DEG!

Starla diam. Ia mencari celah ketenangan dalam dirinya namun nihil berkat tatapan Adam yang seakan tidak memperbolehkannya lolos.

"Sepertinya ini bukan timing yang cocok untuk mendiskusikan kontrak. Saya akan merevisi isinya. Maaf tapi saya harus pamit terlebih dahulu." ucap Starla sigap. Ia tidak ingin terburu-buru memutuskan.

Adam bagai pedang bermata dua. Lengah sedikit maka Starla yang akan celaka. Namun, jika berhasil. Maka FG Group akan kembali pada masa jayanya. Lalu orang-orang itu akan hengkang tanpa tersisa!

"Hei..." panggil Adam.

Starla merespon. Ia berbalik mendapati Adam menatap, "datanglah saat tekad mu sudah bulat. Aku selalu berdiri di belakang mu."

"Kenapa kamu seperti ini? Aku bukan teman maupun keluarga mu. Sebaliknya, dalam dunia bisnis aku adalah rival mu." tanya Starla. Ia ingin mendapat kepastian dari mata yang sekilas menunjukan ketulusan.

Namun nyatanya sia-sia saja. Adamson memang orang yang tidak mudah di tabak!

"Hahaha, tentu saja karena kamu cantik. Memangnya siapa yang tidak ingin mengulurkan bantuan pada wanita cantik yang kesusahan? Mungkin aku bisa mendapat sesuatu kan?!" kerlingnya nakal.

"Orang gila!" gumam lirih Starla.

Walau lirih nyatanya Adam bisa membaca gerak bibir Starla, "jangan menyebut ku gila sebelum kamu melihat kegilaan ku di atas ranjang." seringai Adam mengembang nakal. Menggoda betina di depannya.

Sayangnya betina itu adalah wanita dingin yang baru saja di rusak hatinya oleh laki-laki.

"Tolong jangan jadikan aku salah satu koleksi wanita mu. Aku tidak berminat!"

"Oh ya? Bagaimana jika ku tawarkan begini...." Adam berjalan mendekati Starla. Mengikis jarak di antara mereka lalu berbisik, "akan kuberikan apapun asal kita menghabiskan satu malam bersama. Bagaimana?"

Tidak sekali pun tatapan Starla melemah. Ia justru semakin tersulut dengan tindakan tidak sopan Adam.

Perlakuannya kini seolah memberi tahu bahwa posisi Starla berada di bawah sehingga mudah ia injak-injak. Membangkitkan amarah yang seharusnya dapat ia kontrol.

"Satu malam?" tanya ulang Starla.

"Hm."

Starla tersenyum lembut, maju satu langkah hingga bibir mereka hampir bertemu. Kemudian, Starla membisikan sesuatu tepat saat Adam memejamkan mata.

"Sepertinya anda harus tidur dulu. Karena mimpi itu datang hanya saat anda tidur!"

"Permisi! Saya akan memperbaiki isi kontraknya. Setelah selesai saya akan kemari untuk mendiskusikannya lagi."

"Aku berubah pikiran! Tidak perlu kontrak tertulis. Aku menyetujui semua keinginan mu dengan syarat 'satu malam'. Syarat ku tidak akan berubah." Lugas Adam.

Bersamaan dengan meledaknya amarah Starla ia meninggalkan bilik Adam. Berjalan cepat seperti baru saja kabur dari ruang tawanan.

Setelah keluar ruangan. Starla menyadari panggilan familiar dari orang di balik punggungnya.

"Nona...."

"Nona Starla..., tunggu!"

Karena kasihan Starla pun berhenti. Menunggu sosok yang tengah berlari mengejar Starla.

"Hah..., hah...., Nona..., saya sebagai..., Hah..., sebagai--"

"Atur dulu nafas mu. Aku tidak keberatan menunggu." Saut Starla.

Dirasa sudah tenang. Theo akhirnya bersuara.

"Nona, saya mewakili Tuan Adamson kemari untuk meminta maaf." bungkuk Theo sopan.

"Apa ini benar-benar dari orang itu?" selidik Starla.

"Anu..., bos saya memang angkuh, sombong dan narsisnya melebihi orang narsis di seluruh dunia. Punya kepribadian buruk yang tidak bisa saya tolerir lagi. Saya akui semua itu.., tapi percayalah! Dia bukan orang yang harus Nona benci. Tolong percaya pada Tuan Adamson. Beliau benar-benar ingin membantu Nona." bungkuk Theo sekali lagi.

Kalau saja Theo tau apa syarat di balik bantuannya itu. Mungkin ia tidak akan berani mengejar Starla.

"Saya akan mempertimbangkannya." timpal Starla. Bagaimana pun Theo orang baik. Berbeda dengan tuannya.

Oh ya! Starla baru sadar. Sejak tadi ia menyangking tupperwere berisi capcai mematikan. Sisa masakan yang sengaja di sisihkan untuk Adamson.

"Tolong berikan ini pada Tuan mu. Pastikan dia memakannya walau hanya sesuap."

"Terimakasih Nona. Saya akan memberikannya. Berhati-hatilah di jalan." ucap Theo tanpa tau apapun.

Punggung Starla menjauh. Tersisa tatapan Theo memandang sendu. Latar belakang dan masalah Starla yang Adam perintahkan untuk mencari tau telah ia dapatkan. Membuat laki-laki muda itu tersentuh nuraninya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!