Bab 18

Mata Theo membulat. Dengan sigap ia menghampiri Starla. "Nona.... maukah Nona menjenguk Tuan Adam? Aku baru ingat, Tuan Adam ada keperluan dengan Nona Starla."

Lain dengan tujuan Theo yang hanya ingin mengalihkan perhatian Starla supaya ia tidak sakit hati melihat adegan ciuman di dalam sana. Di sini Starla justru dibuat berkeringat dingin dengan ucapan Theo.

Kalau Adam ingin bertemu dengan Starla. Itu berarti dia ingin Starla menjawab tawaran tempo lalu.

Baiklah! Starla harus menghadapi ini. Lari bukanlah solusinya.

"Baiklah, bawa aku ke Adam," ucap Starla.

Theo tersenyum cerah. Syukurlah, ajakannya berhasil.

Sebenarnya Theo sudah tahu kelakuan suami Starla yang tidak lain adalah Daniel. Walau begini pun sebenarnya Theo adalah lulusan IT terbaik di Oxford University. Saat kekagumannya muncul terhadap Starla, ia iseng mencari tahu tantang Daniel. Namun, bukan hal baik yang ia temui melalui rekam jejak digital milik Daniel.

Banyak sekali rahasia kotor yang tersembunyi. Termasuk video syur bersama dengan Alarie.

Sejak saat itu, Theo semakin bersimpati dengan Starla. Ia sempat menunjukan data-data itu ke Adam. Namun, reaksi Adam hanya berdehem datar. Membuat Theo tidak punya pilihan selain diam. Lagi pula, yang Theo tahu, Starla sangat mencintai Daniel. Ia tidak ingin air mata merembas dari pelupuk matanya.

“Kamu ingin memakan sesuatu?” tanya Starla sok perhatian.

“Tidak usah, aku punya beberapa makanan di kontrakan,” saut Alarie memelas.

“Tuh, kan, sungkan lagi. Aku akan ke supermarket membeli makanan. Kamu tidak apa ditinggal sebentar?”

“Umh… baiklah. Terimakasih Starla. Kamu memang sahabat terbaik ku.”

Starla tersenyum singkat kemudian beranjak. Hingga kakinya melewati pintu tiba-tiba senyumnya sirna. Matanya memandang datar sambil berjalan santai. “Terbaik? Bulshit!”

Ia berjalan ke arah supermarket yang terdapat di depan rumah sakit. Berniat membeli beberapa makanan ringan dan suplemen. Bukankah tindakan Starla terlalu baik? ia seperti memberi makan tumbuhan parasit yang sedang tumbuh di dahannya.

Barisan makanan ringan tersaji di etalase. Keranjang Starla pun sudah dipenuhi berbagai makanan lainnya. Anggap saja tindakannya ini adalah aksi kemanusiaan yang iba terhadap orang kurang kasih sayang.

Kaki Starla berhenti sejenak ketika melihat Theo sedang mengantre di kasir sambil membawa keranjang penuh berisi pocky. “Dia kan sekretarisnya Adam. Kenapa bisa di sini?” gumam Starla.

Sebenarnya Starla masih belum siap bertemu Adam. Jika ia menampakan diri depan Theo pasti ia akan melaporkannya ke Adam.

Tapi, mau tidak mau Starla harus mendekat. Ia pun sudah selesai belanja dan ingin membayar. Pertemuan dengan Theo ini entah sebuah takdir atau ujian dari semesta. Pasalnya baru semalam bosnya berhasil menjebak Starla hingga ia jatuh dalam rengkuhannya tanpa bisa berkelit.

"Hah... sudahlah. Menghindar pun orang itu pasti akan memburu ku seperti predator kelaparan," decak Starla. Ia mendekat dan baris di belakang Theo.

Awalnya Theo tidak sadar. Namun, dering ponsel Starla membuatnya menoleh dan mendapati Starla.

"Nona Starla?" ucap Theo tampak kaget. Sedangkan Starla tersenyum singkat dan mengangkat telepon yang ternyata dari Daniel.

"Kamu di mana?" tanya Daniel setelah mengangkat telepon.

"Aku sedang di supermarket membeli beberapa makanan untuk Alarie."

"Oh. Baiklah. Aku sudah selesai mengurus administrasi. Setelah ini kita akan segera pulang."

"Humm...." jawab Starla.

Panggilan diakhiri dan barulah Starla menanggapi tatapan Theo yang sejak tadi tidak sabar ingin menyapanya.

"Maaf... ada telepon. Kita bertemu lagi ya?" tanya Starla basa-basi.

"Iya.... ngomong-ngomong ada keperluan apa Nona kemari? Apa ada yang sakit?" tanya Theo sembari menengok keranjang Starla yang banyak dengan makanan.

"Humm.... teman ku kecelakaan. Dia sedang dirawat."

"Astaga. Apa dia baik-baik saja?"

"Yah.... tidak ada yang parah. Hanya lecet ringan."

"Syukurlah," ucap Theo setengah bergumam.

"Apa hari ini jadwal pengecekan Adam?" tanya Starla.

"Iya Nona."

"Silahkan Kak...." saut kasir kepada Theo.

"Emh.... Nona ini dulu Mbak," usul Theo. Ia kemudian beralih ke belakang Starla.

"Lho... kenapa? Bukannya--"

"Hehe.... ladys first," ucapnya membanggakan diri.

Starla pun menurut saja dan menaruh belanjaannya ke meja kasir. Kemudian senyumnya mengembang.

"Kalau begitu seharusnya kamu harus mengalah sampai barisan paling belakang. Lihatlah...." tunjuk Starla ke belakang punggung Theo yang ternyata ada lima gadis sedang mengantre.

"Ahaha... ha... baiklah...." ucapnya canggung. Ada raut pasrah di wajahnya.

Ketika Theo akan beranjak Starla langsung terkekeh. Membuat Theo berhenti melangkah dan ikut tersenyum memandang wajah Starla.

"Aku hanya bercanda," saut Starla. Berusaha menetralkan tawa. "Terimakasih sudah mengalah. Ternyata sekretaris Adam lebih baik dari pada atasannya," puji Starla. Dengan begitu Theo langsung tersipu malu. Ia tampak menggaruk tengkuk lehernya dan bergumam. "Hehe... sama-sama Nona."

Setelah membayar. Mereka beriringan memasuki gedung rumah sakit. Bagi Theo ini adalah keberuntungan karena entah sejak kapan Theo sangat mengagumi Starla. Mungkin karena Starla terlihat seperti wanita dewasa dan kuat di matanya.

Theo sengaja menyamai langkah Starla. Sebenarnya di saku jasnya sudah terasa getaran sejak tadi. Kalau tebakan Theo benar. Pasti itu bosnya.

Biarlah, Theo ingin menghabiskan keberuntungan ini. Dapat ngobrol berdua dengan Starla.

"Apa kamu akan mengunjungi panti asuhan?" tanya Starla sembari maniknya tertuju pada kantung kresek berisi pocky.

"Ah.... ini...." saut Theo sembari mengangkat kresek. "Bukan, ini untuk Tuan Adam."

"Ha? Sebanyak itu?"

"Iya, sebenarnya bos ku itu pecinta manis. Dia selalu mencamili pocky saat suntuk. Itu sebabnya di mobil tidak telat satu pun pocky. Tapi..." Theo sempat menempelkan tangannya ke pipi sambil berpose layaknya ibu-ibu memulai ghibah dan berbicara lirih, "dia tidak ingin kebiasaannya ini diketahui orang banyak. Makanya dia selalu menuduh ku yang memilki semua pocky ini. Apalagi di depan wanita. Uh.... dia akan kebakaran jenggot jika ada satu wanita yang melihatnya makan pocky. Aneh sekali kan?" rumpi Theo.

"Benarkah? Wah. Aku baru tahu Adam punya kebiasaan itu."

"Masih banyak kebiasaan aneh yang dia punya. Luarnya saja terlihat rapih. Aku adalah saksi hidup semua keanehannya," nyinyir Theo sangat menghayati. Sepertinya ia dendam kesumat dengan Adam.

Mendengar itu Starla langsung terkekeh. Theo sangat pandai mengembalikan mood Starla. Ah. Apa mungkin karena objek yang dibenci mereka sama, yaitu Adam? Entahlah, Starla sudah menebak sejak awal. Ia akan sefrekuensi dengan Theo. Tentu saja dalam hal menghina Adam di belakang.

"Kamu benar. Saat kecil, menurut ku dia sudah aneh," kritik Starla sambil terkekeh.

"Nona kenal Tuan Adam sejak kecil?"

"Iya... dulu keluarga kami pernah kerjasama. Tapi sekarang tidak lagi."

"Oh.... begitu," saut Theo lirih. Ia merasa canggung saat melihat Starla tiba-tiba menunduk sayu.

"B-bolehkah aku mengantar Nona sampai ruangan teman Nona?" tanya Theo. Ia ingin menghibur Starla sedikit lebih lama.

"Hehe... tidak perlu. Ruangannya sudah dekat. Itu di depan sana," tunjuk Starla.

Merasa malu dan juga kikuk. Akhirnya Theo berjalan cepat sambil menyaut kantung kresek Starla. "I-ini akan ku bawakan sampai depan sana," setidaknya ia ingin membantu Starla walau hanya sedikit.

Namun, yang ditemuinya setelah Theo sampai bukanlah pemandangan bagus. Ia melihat dari celah pintu yang terbuka sedikit, Daniel dan Alarie sedang berciuman dengan penuh gairah.

Tbc

Buang aja suami kayak Daniel. Menclok sana sini!

Dukung aku ya gaes. Pencet like, vote dan hadiah. Makasih.

lope sekebon jagung rafatar 😍

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!