Barisan informasi tertera pada segenggam kotak yang saat ini dinamakan smartphone. Menjadi benda multiguna dan praktis.
Tinggal mengetikan satu kata di ranah pencarian maka semua informasi yang diminta akan terpampang rapih.
Itu yang sedang Alarie lakukan. Berkutat dengan ponsel sampai mengabaikan tugasnya sebagai anggota divisi administrasi.
"Wah, banyak sekali artikel mengangkat tentangnya." gumam Alarie. Menggerak-gerakan kaki. Salah satu kebiasaannya.
"Rata-rata persoalan wanita." Alarie menatap lekat profil Adamson di google, "wajahnya lumayan juga." Senyum Alarie mengembang. Memuja pemilik paras jantan di layar.
BRAK!
"Kerja guys! Kita akan mati ditangan Meneger kalau ketahuan leha-leha." seru salah satu karyawati. Sengaja menggebrak meja untuk menyindir seseorang.
Bukan sekali dua kali. Sikap Alarie yang seperti penguasa itu kerap membuat anggota yang lain kesal.
Sudah jadi rahasia umum hubungan gelapnya dengan Presedir. Tidak ada satu pun yang berani melaporkan sebab mereka takut kehilangan pekerjaan seperti karyawan yang sudah-sudah.
"Lho bukannya kita tim? Tim yang baik harus kompak dong. Masak hanya beberapa orang saja yang kerja!"
"Hus! Tidak perlu berkoar! Kamu mau dipanggil ke ruang Presedir untuk diceramahi?"
"Lebih baik diam saja dari pada hilang pekerjaan ulah orang tukang ngadu!"
Alarie melengos. Bola matanya memutar menanggapi celotehan teman satu tim yang memang tidak suka kehadiran Alarie sejak dulu.
"Hei yang di sana!" geram salah satu karyawati. Sebab sindirannya justru diabaikan.
Alarie bersih kukuh tidak merespon. Tangannya sibuk meng-scroll time line beranda instagram.
Hingga sentuhan terasa di pundak. Alarie jengkel dan membanting ponsel. Membuat semua orang di ruangan terkejut.
"Mau protes apa lagi?!"
"Sudah puas nyindir dengan mulut nyinyir mu itu?"
"Sama seperti apa yang dikatakan orang di sana...." tunjuk Alarie ke beberapa orang menonton, "jangan menggaggu singa yang sedang tertidur. Kamu akan tau akibatnya!"
"Anu..., maaf..., sa-saya tidak bermaksud mengganggu. Sa-saya dari divisi riset dan pengembangan ingin meminta akses data pelanggan tahun 2020-2021."
"I-ini juga atas perintah Meneger riset. Beliau dapat perintah langsung ketika rapat dengan Pak Presedir."
"Maaf..., sekali lagi saya minta maaf." ucap karyawan yang terlihat lebih muda.
Terdengar kekehan dari beberapa orang. Tatapan merendahkan memandang Alarie setelahnya.
Di posisi ini siapa yang tidak malu? Setebal apapun wajah Alarie ia tetap punya harga diri untuk tidak dipermalukan seperti ini.
"Saya akan menyerahkan langsung ke Pak Presedir!" sungut Alarie dengan wajah merah meninggalkan divisi Administrasi.
Gelak tawa renyah sialnya terdengar. Alarie semakin tersulut emosi.
Langkah Alarie jejak menuju Presedir Autority Room. Ia akan mengadukan ini semua dan memberi pelajaran pada karyawati itu!
...****************...
"Honey?" panggil Alarie. Melihat ruangan kosong ia segera mengetok kamar mandi namun nihil juga.
"Kemana dia?"
"Tsk! Di sini dulu deh. Dari pada makan hati di ruangan itu!" dengus Alarie. Ia merebahkan diri ke sofa. Mengangkat kakinya seperti di rumah sendiri.
Bosan melanda. Matanya telah lelah menelusuri sosial media dan Daniel tak kunjung datang juga.
Alarie memutuskan menghubungi Daniel. Namun nihil diangkat.
Tidak ada kerjaan dan tidak ada teman mengobrol akhirnya Alarie putuskan untuk melihat-lihat.
Kebetulan ia baru membaca artikel tentang kebiasaan pasangan yang tidak sengaja lewat di time line google.
Salah satu kebiasaan pasangan yang benar-benar menyayangi adalah memajang foto di meja kerja.
Biasanya kalau yang sudah menikah akan memajang foto keluarga. Kalau yang masih berpacaran akan ada foto gadis yang dicintai.
Berhubung Alarie dan Daniel adalah dua insan yang ditentang. Maka tidak mungkin Daniel memasang poto Alarie di meja.
Alarie bisa memakluminya. Jadi ia putuskan untuk menggeledah ruang kerja Daniel.
Mungkin saja Alarie menemukan bukti cinta Daniel. Supaya mood-nya hari ini bisa terobati.
Tinggal laci ke tiga yang belum diperiksa. Semua laci tidak ada apapun kecuali menyangkut pekerjaan.
Alarie penasaran dengan laci ke tiga. Terlebih laci itu dikunci.
Tapi, Alarie tetaplah gadis cerdik. Mungkin satu-satunya kelebihan yang ia punya hanya mengingat.
Dulu saat kuliah Daniel punya kebiasaan menaruh kunci kosan di bawah pot bunga. Alarie pun mengangkat pot-pot kecil berisi tanaman hias yang tersusun di pinggir jendela.
Salah satu dari pot itu ada tanaman kaktus kecil. Alarie ingat itu pemberian Starla dulu ketika Daniel diangkat menjadi Wapres.
"Tidak mungkin kan...." kekehnya singkat kemudian mengangkat pot kecil itu.
Harapannya tidak terwujud! Kunci itu ada di sana!
"Sialan!" umpat Alarie. Kemudian membanting tanaman kaktus hingga tanahnya bercecer di lantai.
Alarie memandang datar. Kemudian melengos ke meja kerja Daniel. Ia masih penasaran isi di balik laci yang terkunci.
Mungkinkah ada rahasia di sini?
"Apa yang kamu lakukan?" sergap sebuah suara. Berkat itu aktivitas Alarie terhenti.
"D-Daniel? Kamu dari mana aja? A-aku menunggu mu sampai bosan."
"Aku di ruang rapat. Seseorang memberitahuku kamu tidak mau memberikan akses data."
Sialan! Batin Alarie.
"Bukannya aku nggak mau. Cara dia yang salah!" wajah Aalarie memelas. Bergelayut manja di tangan Daniel, "dia nggak sopan sama aku. Gimana aku bisa memberikannya?!"
"Setelah ini berikan langsung pada bagian riset dan pengembangan."
"Kamu nggak berniat kasih hukuman sama karyawati itu? Dia udah nyinggung aku."
Daniel menarik nafas dalam, "dengar Alarie. Karyawati yang kamu bentak itu adalah karyawan magang. Mana mungkin dia bersikap nggak sopan pada karyawan tetap?"
Wajah Alarie memerah, ini kedua kali dia dipermalukan hari ini.
"Baiklah! Itu memang bukan salahnya. Tapi anggota divisi administrasi. Mereka memprovokasi ku untuk membentaknya! Jika bukan karena nyinyiran mereka mood ku nggak akan terjun bebas."
"Sudahlah, apa yang kamu inginkan?"
"Pecat karyawati bagian Administrasi yang bernama Shinta. Dia benar-benar berani berurusan dengan ku!"
"Tolong rasional Alarie! Dia sudah bekerja lama di sini. Mana mungkin aku memecatnya! Beri hukuman skorsing atau pemotongan gaji itu lebih pantas."
"Daniel! Apa kamu tidak menyayangi ku lagi? Apa kamu ingin membuang ku seperti dulu? Ingat nyawa yang udah kamu korbankan untuk sampai di titik ini!"
DEG!
Seketika Daniel tersadar. Kilasan masa lalu memenuhi pikirannya. Rasa bersalah memenuhinya dalam sekejap.
"Maaf...." lirihnya.
"Siapa namanya tadi?"
"Shinta Maya, senior bagian Administarsi."
"Baiklah akan kuurus nanti."
Senyum Alarie mengembang. Memeluk Daniel erat dan mengecup singkat pipinya. "Kamu yang terbaik!" beo Alarie sebelum pergi.
Daniel menatap datar kepergian Alarie. Matanya menerawang jauh. Kembali pada masa lalu.
Hingga noda di lantai putih itu menarik perhatiannya. Ia menghampiri jendela dan mendapati satu pot telah jatuh berserakan.
Dengan telaten Daniel memasukan kembali tanah ke dalam potnya. Begitupun tumbuhan kaktus pemberian Starla.
"Sejauh ini kamu selalu menghadapi banyak kesulitan. Tumbuh di lahan kurang subur dan berhasil meciptakan duri pertahanan diri. Kalau dilihat-lihat jalan hidup mu mirip kaktus ya?"
"Jadilah kuat untuk diri mu sendiri. Tidak perlu melihat bagaimana latar belakang mu. Buktikan kalau kaktus ini bisa bertahan lebih lama dari tanaman lain."
Ingatan bagaimana Starla memberikan kaktus kecil itu kembali diulas. Daniel tersenyum masam.
"Maaf Starla. Aku sudah menghancurkan pemberian mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments