Awan Itu Kimta
Seorang cowok sedang duduk di undakan tangga depan ruang multimedia. Dia sedang mengawasi cewek yang masuk melewati pagar sekolah satu-persatu. Tangannya mengetuk-ketuk ponsel yang dipegangnya. Dia terlihat tidak sabar. Kemudian dia berdiri dan menengok kesana-sini. Seseorang mengagetkannya dari belakang.
Kimta
“Nimas! Ngagetin ajah nih!”
Nimas
“Kamu masih keukeuh memotret dia diam-diam kayak gini?”
Nimas
“Awan, kenapa kamu bego banget sih? Selena itu cewek yang aktif, suka lari sana lari sini, semangatnya tingkat kuadrat, anak band lagi! Seleranya pasti tinggi banget! Dia nggak cocok kalau disandingin sama cowok melas kayak kamu,”
sahut Nimas ngasal. Wajah Awan langsung cemberut. Nimas tertawa melihat ekspresi temannya itu.
Kimta
“Karena itu aku tau kalau aku yang kelihatan lemah begini nggak cocok kalau berdiri di samping dia."
Nimas
“Yaa.. jangan ngomong begitu dong, Wan. Aku cuma bercanda kok. Dia dan kam..,”
seru Awan yang langsung berdiri. Dia membuka media kamera dan potret sana-potret sini. Mengikuti dimana Selena berlarian kecil mengejar temannya yang berjalan di depan. Seakan menyadari sesuatu, Selena menoleh ke arah Awan. Cowok itu segera menyembunyikan kamera. Namun dia masih melihat Selena yang melambaikan tangannya sambil tersenyum. Awan membalas lambaiannya dengan tersenyum juga. Setelah itu Selena mengejar temannya lagi yang sudah berjalan duluan. Awan memegangi dadanya yang berdegup kencang. Dia terduduk di undakan tangga. Dia segera melihat hasil foto yang dengan susah-payah dia dapatkan. Nimas juga duduk disebelahnya.
Nimas
“Apa yang kamu lakukan itu tidak akan berhasil walaupun sebanyak apapun kamu memotretnya,”
ucap Nimas ikut melihat foto-foto di ponsel Awan. Foto-foto itu selalu buram dan tidak terlihat jelas.
Nimas
“Selama dia berlarian kesana-kemari, foto yang kamu ambil pun hasilnya akan selalu seperti ini, Wan.”
Awan tersenyum melihat salah satu foto yang terlihat agak jelas.
Kimta
“Aku sudah merasa bahagia melakukan ini. Walaupun hanya jatuh cinta sendirian.”
Seperti biasa, cowok itu tidak mampu mengalihkan perhatiannya kepada Selena. Cewek yang sudah satu tahun lebih memahat hatinya. Dia sedang duduk di bangku paling pojok sambil mengagumi cewek itu. Tawa Selena telihat begitu menggemaskan. Cewek itu sedang asik bermain kejar-kejaran mengelilingi bangku. Tubuh Selena tidak sengaja menabrak bangku cowok itu.
Selena
“Duh, Kimta! Maaf ya,”
ucap Selena singkat. Kimta menganggukkan kepalanya. Selena berlari lagi ketika cewek dibelakang menyerbunya. Kimta memangku kepalanya dengan kedua tangan di meja.
Kimta
“Aku senang melihat keceriaanmu. Hari ini Selena manis sekali.”
teman sekelas Kimta (1)
“Kim, ada yang manggil nih!”
Kimta menoleh. Dia melihat Nimas yang melambaikan tangan padanya. Kimta segera berjalan menemuinya.
Nimas
“Gara-gara semua guru rapat, aku jadi bosan. Aku kesini untuk membunuh kebosanan,”
sahut Nimas sambil memicingkan kedua matanya. Kimta tertawa melihat kelakuan temannya.
Nimas
“Awan, kok malah ketawa sih??!”
serunya agak sebal. Kimta masih saja tertawa.
Kimta berhenti tertawa ketika mendengar suara khas yang dikenalnya. Keduanya melihat Selena yang berdiri di sisi Kimta. Gadis itu tertawa kecil.
Selena
“Gomene eeh.. maksudku maaf, aku nggak bermaksud menguping. Kenapa kamu memanggil Kimta dengan sebutan Awan?”
Nimas menaikkan alisnya sembari melirik Kimta.
Nimas
“Eeng.. itu memang nama panggilannya.”
Selena
“Beneran? Selama ini banyak teman yang memanggilnya Kimta. Wah, aku merasa takjub ketika mendengar kamu memanggilnya Awan.”
Lalu dia menoleh ke arah Kimta.
Selena
“Itu berarti kalian sangat dekat. Kalian pacaran?”
JLEB! Keduanya saling pandang.
Kimta hendak menjelaskan. Dilihatnya wajah Selena tersenyum dengan wajah polosnya.
Nimas
“Kami dekat tetapi tidak pacaran kok. Aku memanggilnya Awan, karena aku sudah mengenalnya sejak kecil,”
ucap Nimas dengan tegas, tanpa senyum.
Selena
“Wah, nama panggilan kecil ya. Kimta, nama-nama panggilanmu sangat bagus ya,”
Selena tersenyum kepadanya. Sementara itu Kimta merasa berdebar-debar karena melihat kali pertama Selena tersenyum padanya.
seorang cowok yang berseragam agak berantakan berdiri di belakang mereka. Ketiganya melihat cowok itu bersama dengan kelima temannya yang seragamnya juga agak berantakan. Selena berjalan mendekatinya. Nimas dan Kimta terkejut ketika melihat kaki Selena berjinjit untuk merapikan rambut cowok itu.
panggil Kimta. Keduanya masih melihat perilaku Selena yang masih merapikan rambut dan seragam cowok di depannya.
Kimta
“Selena kelihatan seperhatian gitu. Mereka nggak pacaran kan?”
mendengar pertanyaan Kimta, Nimas hanya mendengus kecil.
Nimas
“Cowok itu kan adik kelas kita. Tapi mana mungkin..,”
Kimta
“Jangan-jangan Selena suka brondong?!!”
serunya kaget. Nimas tidak menjawab. Keduanya melihat Selena yang masih berbicara atau bisa dibilang sedang mengomel.
Selena
“Sudah dibilang masukin seragam di dalam celana. Kenapa kancingnya terbuka kayak gini? Rambutmu juga.”
Selena terus-menerus berbicara tanpa henti. Cowok didepannya hanya tertawa membiarkan Selena merapikan rambutnya. Lalu matanya melirik ke arah Kimta dan Nimas yang tengah melihatnya.
Kobe
“Kalian teman kak Selena?”
dia menegur duluan. Kimta menganggukkan kepalanya.
cowok di depannya tersenyum.
Kobe
“Kalau begitu aku juga ingin berteman dengan kalian. Kenalkan namaku Kobe, adik kak Selena,”
mendengar hal itu membuat Kimta dan Nimas sedikit terperangah. Mereka tidak pernah tahu kalau Selena memiliki seorang adik.
Selena
“Adek, kamu harus kembali ke kelas. Jangan sampai ada guru yang melihatmu berkeliaran di luar kelas,”
perintah Selena sambil mendorong tubuh adiknya.
Kobe
“Mumpung guru masih rapat. Aku ingin sesekali menjengukmu, kak,”
katanya dengan wajah cemberut. Selena masih saja mendorongnya.
Selena
“Menjenguk katamu? Memangnya aku lagi di opname. Kembali ke kelas sana!”
Kobe
“Okay. Sampai ketemu di rumah, kak,”
setelah mengatakan hal itu, Kobe dan beberapa temannya meninggalkan Selena yang terlihat sedikit kesal. Namun saat membalikkan tubuh, dia tersenyum ke arah Kimta.
Selena
“Terkadang memiliki seorang adik yang tidak penurut begitu menyebalkan.”
Selena bersenandung kecil sambil berjalan memasuki ruangan kelas. Kimta masih melihat Selena yang tengah menjahili temannya.
Nimas
“Aku tidak begitu suka melihatnya.”
Kimta menoleh ketika mendengar perkataan Nimas.
Nimas
“Senyumannya, kelakuannya, semua yang dilakukannya sungguh palsu,”
terangnya. Kimta mengernyitkan dahi. Dia tidak pernah berpikir sampai kesitu. Sedangkan Nimas yang hanya beberapa kali bertemu dengan Selena mampu membaca watak gadis itu. Namun Kimta tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nimas. Karena baginya Selena benar-benar gadis yang periang.
Comments