Mama Baru

Seperti yang disarankan oleh James, Rebecca menghubungi mamanya dalam perjalanan ke kantor urusan agama. Berkali-kali Becca mencoba menelepon sang mama. Namun, tak ada jawaban sama sekali. Sehingga Becca harus puas hanya dengan mengirimkan pesan singkat berisi keinginannya menikah.

"Ayo! apa kamu mau di sini terus?" tegur James menyentak lamunan Rebecca yang masih belum puas menerima lamaran dari James. Semua itu tanpa alasan, bagaimanapun juga Rebecca tak bisa begitu mudah menerima pernikahan ini.

"Aku masih belum ... " Rebecca kesulitan menjelaskan perihal ini hatinya kepada James.

"Oh, jadi kamu lebih memilih skandal itu merebak? Kariermu akan tamat jika rumah sakit mengeluarkan ultimatum."

Rebecca diam sejenak, apa yang dikatakan oleh James benar adanya. Dirinya tak bisa maju juga tidak bisa mundur lagi.

"Baiklah!"

"Nah gitu dong," James keluar dari mobilnya tanpa membantu Rebecca keluar dari mobil seperti pasangan pada umumnya.

Sedangkan Rebecca sendiri, wanita itu juga tidak keberatan serta tak mau tahu tentang kehidupan James. Apa yang menjadi pilihannya kini, akan Becca tanggung semua risikonya.

Selain menyiapkan perlengkapan menikah, James juga tak lupa mendatangkan dua orang saksi dan juga sepasang cincin pernikahan. Cincin itu secara khusus ia pesan tadi malam. Untuk ukuran jari manis Becca, James hanya menduga saja. Ia bisa menebak ukuran jari manis Becca saat wanita itu ia bawa ke dalam kamar hotel.

"Aku mau ke kamar mandi dulu, duh gugup deh!" bisik Rebecca meminta izin ke belakang. Sangat umum bagi wanita seperti Rebecca merasa gugup menjelang akad nikah. Terlebih lagi ini serba dadakan.

"Mau kabur, ya?" tebak James dengan mudahnya yang menangkap wajah panik dari Becca.

"Nih!" Rebecca lalu melepas tas tangannya dan menjatuhkannya ke pangkuan James. Selain tas, Becca juga menitipkan ponselnya kepada James selama ia ke kamar mandi

James tersenyum puas karena berhasil membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk kabur sebelum menikah.

Selama Becca ke kamar mandi, ponsel calon istri James terus saja berdering. Hingga membuat James tak enak hati dengan petugas KUA. Sehingga dengan enggan, James mengangkat panggilan yang ditujukan untuk Becca. Sebuah nama yang sangat James paham jika yang menelpon calon istrinya berasal dari calon mama mertua.

"Astaga, Becca! apa kamu ini sudah kehabisan akal? Mama tahu kakekmu membuatmu frustasi, tapi kamu tidak perlu seperti ini," Suara di seberang sana begitu menyakiti telinga James. Sehingga membuat James harus menjauhkan ponsel Becca dari telinganya.

"Kenapa diam saja? Apa kamu sudah hamil duluan?" cerca Mama Rebecca lagi.

"Tidak, Ma. Kami tidak melalui hal keji seperti itu." James pun buka suara agar Mamanya Rebecca tidak semakin menyudutkan putrinya.

"Oh, kamu calon suaminya? Kalian di mana? Mama akan ke sana dan menjewer telinga kalian."

"Duh, nggak anak nggak ibu sama aja bawelnya,"

James memutus panggilan dari mama mertuanya agar tidak menggangu atau menghambat rencananya. Tak lama, Rebecca kembali dari kamar mandi. Sepertinya Rebecca sedikit membenarkan penampilannya. Pasalnya, Rebecca sama sekali tidak merencanakan pernikahan ini. Jangankan berpikir menikah seperti ini, keinginan untuk bersandi dengan James saja sama sekali tak terlintas di benaknya.

"Kalian berdua sudah siap?" tanya penghulu memastikan kesiapan dua calon mempelai.

"Generasi jaman sekarang memang beda, menikah saja trendi seperti ini. Baju saja kompak hitam-hitam kaya mau melayat," Entah kalimat itu suatu pujian atau cemoohan, James dan Rebecca tak ambil pusing.

Yang jelas, mereka berdua hanya ingin proses ini berjalan dengan secepatnya.

Mas kawin serta cincin pernikahan telah tersedia. Kini saatnya kedua insan tersebut akan melangkah prosesi sakral untuk sekali dalam seumur hidup mereka.

"Sah!"

"Sah!"

"Buset ... gue udah kawin?" Rebecca masih belum percaya akan pernikahan kilatnya, untuk memastikan ini bukan mimpi, Becca sempat mencubit lengannya. Dan "Ah ini sakit! berarti ini bukan mimpi?"

James menyematkan sebuah cincin ke jari manis Rebecca serta berharap wanita itu tidak pernah melepaskannya selama keduanya masih terikat dalam satu hubungan yakni pernikahan.

"Kamu juga menyiapkannya ini semua?" Maksud Rebecca adalah cincin itu.

"Itu hanya cincin murahan, tapi aku harap kau tidak melepaskan cincin ini sembarangan."

"Palingan juga cincin hadiah ciki!" ejek Rebecca karena ia merasa menjadi orang tak berharga di depan James.

Namun, tanpa Rebecca ketahui jika cincin yang tersemat di jarinya bukanlah cincin hadiah snack seperti yang ia kira. Tanpa Becca ketahui, James sendiri lah yang memesan serta memilih design untuk sepasang cincin tersebut.

"Itu tak ada masalahnya, tapi aku ingatkan sekali lagi. Kau kini sudah menjadi istriku! jangan bertindak bodoh hingga bisa merugikan aku."

James meninggalkan Rebecca yang masih tertegun meratapi nasibnya kini. Sadar jika ia telah ditinggalkan oleh James seusai melangsungkan pernikahan di KUA, Becca pun keluar guna mencari alat transportasi untuk membawanya pulang dan menyimpan surat nikahnya.

"Mau ke mana?" tanya James karena melihat Becca berpisah arah dengannya.

"Aku mau pulang!"

"Pulang? Rumah kita bukan ke arah sana, Sayang!"

Rebecca merinding begitu James menyebutnya sayang. Jangankan tergoda, bahkan bulu kuduk Rebecca berdiri seketika. Dokter wanita itu merasa seperti bertemu hantu saja.

"Rumahku di sana!" Rebecca mengalihkan pembinaan dengan menunjuk ke arah lain.

"Kau akan pulang bersamaku,"

"Oh, no! kita tidak harus tinggal bersama bukan? Bagaimana dengan aku?"

"Kau adalah istriku, dan suami istri akan tinggal bersama. Bagaimana jika mamaku curiga?'

"Karma buruk apa yang pernah kulakukan di kehidupan sebelumnya hingga aku harus menghadapi kamu, hah?" merasa kehilangan kesempatan, Rebecca begitu frustasi harus menghadapi suami sintingnya.

"Ayo kita pulang! kau harus menemui anak serta keluargaku nanti."

**

James membawa Rebecca ke rumahnya. Meski berulang kali Becca menolak dengan alasan tak membawa barangnya. Namun, James tak kehilangan ide untuk membuat wanita itu tak berkutik.

Rebecca mengikuti James masuk ke dalam rumah besar bergaya Neo Klasik sesuai dengan style James yang agak kuno dikit. "Pantas saja kolot, gaya rumahnya aja jadul gini,"

"Cia ... papa pulang!" James memanggil sang putri tercinta agar segera menemuinya karena ia membawa pengasuh untuknya.

"Papa ... papa ... " Cia langsung berhambur ke pelukan James. Namun, pandangan mata bocah cilik itu menangkap sosok yang telah ia kenal sebelumnya.

"Dokter? Dokter mau ngobatin Cia, ya?"

"Tidak, dokter ke sini mau tinggal dengan kita. Dia adalah mama untukmu," James buru-buru menjelaskannya status serta posisi Rebecca di hadapan sang putri agar Cia paham siapa Rebecca.

"Hah, benarkah? Bukankah dokter dulu mengatasi bukan mamaku?" Alicia ingat jika Rebecca dulu pernah mengatakan bukan mamanya.

Sehingga kini, gadis itu sedikit menggertak serta bersedekap dengan egonya.

"Hmm ... begitu ya? Yah kalau gitu, hilang dong kesempatan dokter jadi mama Cia?" Sedang Rebecca sendiri tak kehabisan akal, dokter cantik itu membohongi Alicia dengan berdalih akan mengurungkan niatnya jadi mama Cia.

"Dokter sendiri loh yang bilang dulu!"

"Terus Cia nggak mau nih, jika dokter jadi mama Cia?" Rebecca duduk berjongkok agar sejajar dengan Alicia.

James memuji kebolehan Rebecca dalam mengejar hati Alicia. Karena bagaimana juga Becca akan ia tugaskan untuk mengasuh sang putri.

"Baiklah jika dokter memaksa," Hati Cia pun tak bisa menolak kenaikan hati Rebecca. "Tapi, dokter tidak boleh meninggalkan aku."

"Oke, janji!" Becca mengulurkan jari kelingkingnya kepada Cia dan mengajaknya untuk mengukir janji kelingking.

"Udah-udah, berhenti! kita harus bersiap ke rumah omamu. Papa akan membawa kalian."

Wajah Rebecca berubah cemberut, padahal ia bersikeras menolak James untuk tinggal di rumahnya.

"Kan udah aku bilang, aku nggak bawa barang. Lalu gimana mau ganti baju?"

"Jangan bawel! nanti akan ada yang mengantar pakaian untukmu."

...****...

Saya bertemu Anda dan banyak berubah

Waktu sepertinya berjalan lambat akhir-akhir ini

Perasaan yang kurasakan saat menggosok kerah

Saya tidak tahu kemana perginya perasaan gemetar ini

Sekarang kami berdiri di tempat yang sama

Jalan ini, udara ini, pemandangan itu, bahkan pada saat ini

Perlahan mendekati satu sama lain

Bahkan hati yang baru kita tidak tahu

Preview untuk next eps

Terpopuler

Comments

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

semoga langgeng ya..🥰

lanjut baca

2022-09-20

1

[AIANA]

[AIANA]

aku menebak2 ini nikahnya atas dasar tata cara apa. cerdas kamu tor . langsung skip aja itu. wkakkakaka

aku gemes sma mereka deh
awas aja kalau g end.
lu yang end

2022-08-26

4

Nayra Syafira Ahzahra

Nayra Syafira Ahzahra

nikah kilat🤭🤭🤭 lnjut thor dan tetap semangat 💪💪💪

2022-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!