Sisa Rasa

Seperti yang diminta oleh James, Thomas kembali harus mondar-mandir menemani mama serta keponakan kesayangannya. Untung saja, selain perawat, dokter yang menangani Alicia juga turut serta mengawasi anak TK itu.

Selain itu, sebuah berita sedap juga diterima oleh Thomas, pria tinggi dan tampan itu menerima kabar jika sang mama telah sadarkan diri. Namun, ada rasa yang begitu menggeluti hati Thomas. Seusai sadar, Nyonya Melati meminta agar bisa bertemu dengan Rebecca.

Tentu saja pihak keluarga yang diwakili oleh Thomas harus bersusah payah membujuk Becca agar bersedia kembali ke rumah sakit setelah pulang bekerja.

"Kenapa harus aku?"

"Ya udah deh, dok! temui saja. Kali aja mau diangkat jadi pegawai tetap." Nila juga membujuk Rebecca agar bersedia.

Alhasil, Rebecca bersedia menghadapi pemilik rumah sakit tempat ia bekerja. Nyonya Melati akan dipindahkan ke ruang naratama agar bisa satu kamar dengan sang cucu. Selain masih membutuhkan pengawasan, penyakit langka yang diderita Alicia tak bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, pihak rumah sakit secara khusus menggabungkan kedua pasien agar bisa dikontrol secara bersamaan.

"Hai, dokter!" sapa Alicia dengan mimik sumringah tanpa merasa tertekan sama sekali dengan penyakitnya.

"Oh, hai ... selamat sore!" sapa Rebecca kemudian.

Selain menyapa Alicia, Rebecca juga tak lupa memberi salam pada Nyonya Melati yang tampak lebih segar dari hari sebelumnya.

"Apa Ibu ada yang dikeluhkan?"

"Tidak, keadaanku cukup nyaman. Kamu sudah makan?" Nyonya Melati balik bertanya pada Rebecca, dokter yang telah menyelamatkannya.

"Su-sudah," jawab Rebecca pelan.

Namun, niat Rebecca untuk menolak bertemu dengan Melati semakin ciut lantaran Thomas juga masuk ke kamar teristimewa di rumah sakit ini.

Selain tampak mengulas senyum, sejak tadi Thomas sering mencuri pandang ke arah Rebecca. Semua itu bukan tanpa alasan. Pria mana yang kuat menghadapi pesona luar biasa dokter bedah toraks dan kardiovaskula tersebut.

Wajah Becca semakin merona ketika Thomas tak segan untuk menggodanya. "Mertua dan menantu harus lebih akrab lagi," goda Thomas memecah keheningan ketika mereka sempat terdiam.

Kedua telinga Rebecca memerah menandakan jika ia menahan rasa malu. Terlebih lagi di depan pemilik rumah sakit. Siapa dia sehingga berani merona mendapatkan pujian dari Thomas. Siapa Rebecca bisa malu menerima pujian sebagai menantu pemilik rumah sakit.

"Mohon maaf, saya bukan wanita yang sebaik itu sehingga Anda menganggap demikian," tolak Rebecca menyadarkan siapa sebenarnya ia.

"Cia menyukai dokter, Oma! Cia mau dokter jadi mama Cia."

Lidah Becca tercekat hingga mengharuskan dokter wanita itu menelan salivanya dengan terpaksa. Becca tidak menyangka jika Cia benar-benar akan berharap ia menjadi sosok mama untuk gadis itu.

Tak ingin berlama-lama, Rebecca segera pamit pulang. Hanya Thomas lah yang seperti memiliki ketidaksetujuan dengan keinginan Alicia.

"Kamu jangan masukkan ke dalam hati permintaannya," Thomas mengikutinya Rebecca keluar dari kamar sang mama.

Rebecca menoleh dan menjawab, "Tentu saja, aku juga bukan wanita yang seperti itu." Di sini, Rebecca hanya ingin menggarisbawahi bahwa dirinya bukanlah wanita yang ingin memanfaatkan kesempurnaan demi meraih keuntungan. Terlebih Alicia serta Nyonya Melati menyukai dirinya.

"Siapa bilang? Aku bahkan kagum padamu, semangatmu dalam membantu orang meraih kebahagian patut diacungi jempol!" Thomas memuji kebaikan sifat Rebecca yang selama ini ia lihat.

"Terimakasih, aku bukan orang yang pantas masuk ke keluarga seperti kalian. Karena aku wanita yang tak layak."

Anak kedua Nyonya Melati terus mengikuti Rebecca hingga berjalan hampir menyamai langkah Rebecca. Thomas keberatan jika Rebecca mengatasi demikian.

"Mamaku, menyukaimu!"

Belum sempat Rebecca serta Thomas berjalan lebih jauh meninggalkan kamar mamanya, seorang suster penjaga yang ditugaskan 24 jam oleh pihak James memanggil keduanya.

"Ibu mengalami sesak napas," lapornya pada Rebecca.

"Biar kulihat, segera hubungi dokter yang bertanggungjawab." Untuk bagian pernapasan pasien pasca operasi seperti ini, Rebecca sangat hapal. Terlebih lagi spesialisasi dirinya adalah toraks dan kardiovaskula.

Rebecca mempercepat langkahnya kembali ke ruangan naratama yang tadi ia tinggalkan. Tak ingin sesuatu terjadi pada Nyonya Melati, membuat Rebecca berlari dengan tergesa. Becca dan Thomas membuka pintu kamar dan menemukan Nyonya Melati sedang bercengkrama bersama cucu kesayangannya.

"Mama? Ini tidak lucu, ya?" Sepertinya Thomas kesal terhadap sang mama yang mulai bertindak di luar batas seperti membohongi dirinya serta Rebecca.

"Mama hanya ingin kalian kembali, apa salahnya?"

"Bu, pernahkah Anda di posisi saya? Setengah mati saya keyakinan karena saya tidak ingin kejadian dulu menimpa Anda. Tolong sedikit saja mengerti perasaan kami?" Kedua mata Rebecca mulai basah dipenuhi air mata.

"Kenapa orang kaya selalu bertindak semaunya? Apa semua orang kaya seperti ini?"

Tak berselang lama, putra tertua Nyonya Melati tiba di kamar mama dan anaknya. Tatapannya langsung tertuju pada orang asing di kamar sang mama. Terlebih lagi, baik Rebecca ataupun Thomas saling terdiam dengan wajah seperti sedang memendam perasaan kesal.

"Kenapa? Apa ada yang salah? Kau pasti menyakitkan mama atau Alicia?" tebak James pada Rebecca sambil menunjuk ke arah Rebecca.

"Berhenti mengatakan aku yang tidak-tidak! tahu apa kau tentang hidupku?" Untuk hari ini, Rebecca melupakan posisi serta derajatnya di depan keluar Mochtar. Ia bahkan berani membentak James untuk kali pertamanya. Hingga membuat duda satu anak itu langsung terdiam tanpa suara.

"Untuk terakhir kalinya, mohon jangan ganggu aku dan satu lagi, jika kalian kurang berkenan dengan sikapku silakan saja pecat aku!" Rebecca langsung berbalik dan tak memedulikan keadaan di dalam kamar.

Pokoknya Rebecca bersedia menerima segala risiko jika suatu saat mendapatkan hasil dari keberaniannya melawan keluarga James. Ia bahkan tak gentar sama sekali.

"Papa keterlaluan! selalu keterlaluan, aku benci Papa." Bukan hanya Rebecca saja yang berani melawan James, kini bahkan putrinya Alicia juga memarahi James.

"Kamu ini kenapa, Cia? Papa bahkan baru saja tiba,"

"Papa keluar! Cia tak mau melihat papa di sini!" Alicia mengisi sang papa dengan sikap arogansi mirip sekali seperti James Mochtar.

James pun akhirnya keluar seperti yang dikehendaki oleh Alicia. Hatinya masih bertanya-tanya mengenai ada apa sebenarnya sebelum ia datang? "Mengapa wanita itu begitu marah padaku?"

Pilot senior itu berjalan tanpa arah dan tujuan. Hingga langkahnya membawa James ke parkir VIP di rumah sakit. Secara kebetulan, tempat parkir istimewa itu bersebalahan dengan parkir karyanya.

Sehingga sebelum James tiba di dekat mobilnya, Papa Alicia itu melihat Rebecca hendak memasuki mobil berwarna merah metalik. Sangat jelas James melihat wajah sendu dokter wanita itu.

Rebecca membuka pintu mobilnya dan duduk di belakang kemudi serta mulai menyapa mesin mobil.

"Kepulanganku ini adalah keputusan yang salah!" ucapnya lalu memasukkan persneling mobilnya.

Pikiran James seperti terasuki oleh hal aneh, sehingga membuat pria itu mengikuti ke manapun Rebecca mengemudikan mobilnya. Mungkinkah James merasa bersalah pada Rebecca?

...****...

Masih jelas teringat pelukanmu yang hangat

Seakan semua tak mungkin menghilang

Kini hanya kenangan yang telah kau tinggalkan

Tak tersisa lagi waktu bersama

Mengapa masih ada

Sisa rasa di dada

Di saat kau pergi begitu saja?

Mampukah ku bertahan

Tanpa hadirmu, sayang?

Tuhan, sampaikan rindu untuknya

(Mahalini Raharja)

Terpopuler

Comments

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

mulut mu pak,,bisa gak sih bicara dengan tidak menyinggung perasaan orang..

lanjut baca

2022-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!