"Kamu di mana?"
Pada akhirnya, James harus menurunkan egonya untuk menghubungi Rebecca. Pria berpendirian teguh itu meminta nomor ponsel Becca dari teman dekatnya dengan alasan kesehatan. (Kesehatan apa pula? Kesehatan mental?) Dalih James benar-benar bikin merinding.
"Aku di rumah," jawab Rebecca bersantai menikmati waktu skors yang diberikan untuknya. Dengan adanya skorsing dari pihak rumah sakit ini, setidaknya Becca bisa beristirahat dengan nyaman.
Terlepas dari kesibukannya, Becca jarang menikmati waktu longgarnya. Dan di hari cerah ini, seorang James kenapa bisa menghubungi dirinya?
"Ayo kita bertemu! aku ingin membicarakan sesuatu yang penting," ajak James mencoba berbagi dengan Rebecca tentang skandal yang telah mereka buat.
"Untuk apa?" Rebecca masih mencoba menutupi keterlibatan James agar affair ini tak semakin berkembang.
"Jangan pura-pura bego, deh! aku akan menjemputmu,"
"Tidak! nanti kabar ini semakin merebak, kamu akan semakin terseret, Tuan,"
Dalam keadaan seperti ini, James merasa ternganga karena Rebecca masih kekeuh atau keras kepala. Terlebih lagi, masih bersikap menjadi pahlawan untuknya.
"Aku akan ke rumahmu,"
"Jangan! mari kita bertemu di suatu tempat?" Rebecca mengajak untuk bertemu James di suatu tempat agar tak menarik perhatian nantinya.
**
Seperti kesepakatan berdua, James dan Rebecca memilih sebuah restoran yang cukup ramai agar tak mencolok perhatian. Jika berada di tempat yang sepi, orang pun akan semakin curiga kepada mereka.
Keduanya kompak mengenakan pakaian dengan warna hitam meski tanpa adanya pemberitahuan. Baik James dan Rebecca memilih busana hitam untuk menutupi identitas mereka.
James melambaikan tangannya begitu Rebecca menunjukkan batang hidungnya di sebuah kedai ayam goreng cepat saji. Tak lupa topi hitam juga melengkapi penampilan keduanya.
"Ada apa ya? Aku tak mau bahas hal aneh!" ucap Rebecca memulai percakapan dengan pria yang baru saja membuka kacamata hitam yang sejak tadi bertengger di hidungnya.
Rebecca pun sama, wanita itu juga melepas kacamatanya hingga menampilkan dua buah keindahan dari bola mata yang hitam bak permata. Denyut jantung James berdetak tak beraturan begitu melihat manik indah wanita yang sempat tidur dengannya.
"Ehem ... " Becca membuyarkan lamunan James.
"Oh, iya aku hanya ingin memberikan kesepakatannya," James mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya untuk Becca pelajari.
Rebecca mulai membuka lembar demi lembar dan segera membacanya dengan sangat hati-hati. Emosinya membuncah begitu baris demi baris telah selesai ia baca.
"Anda gila?" tegur Rebecca dengan nada tinggi.
"Asal kau tahu? Aku juga dirugikan, dan dengan cara inilah kita berdua bisa membersihkan nama baik kita."
"Membersihkan nama baik? Tapi tidak dengan menikah!" Rebecca bangkit karena James telah membuang waktunya dengan cara sinting darinya.
"Hei itu hanya pura-pura! kita hanya perlu bersikap seolah menjadi pasangan. Seperti kau tidak pernah nonton drama saja." bisik James memelankan suaranya agar tidak mencolok.
"Aku tahu Anda juga frustasi, tapi bukan seperti ini caranya!"
"Rebecca, apa kau mau melepaskan cita-citamu sebagai dokter? Apa aku rela menerima ini begitu saja?"
Jauh di dalam lubuk hati Rebecca tak terima jika ada yang menghambat langkahnya menggapai impian. Tetapi, alangkah bodohnya jika ia mau menerima perjanjian pernikahan ini bersama James.
"Tapi aku ... " Rebecca mencoba menolak tetapi James dengan mudah membujuknya.
"Hanya sebentar saja, hingga masalah ini clear,"
Rebecca memutar otaknya, sejenak ia berpikir segala risiko dari menolak ataupun menerima saran dari James.
"Kau pikir aku mau sama wanita sepertimu?" Sedikit James mempengaruhi psikologis Rebecca agar wanita itu semakin tertantang dengan ide darinya.
Tetapi, Rencana James ini memiliki berbagai risiko. Nyonya Melati salah satunya. Wanita itu pasti akan membunuh keduanya jika sampai tahu.
"Jika kau berpikir menikah denganku karena uang, maka kau salah. Aku tak sekaya keluargaku." bujuk James lagi.
"Dan jika Anda berpikir aku mau menikah dengan Anda karena aku mencintai Anda, maka itu salah. Anda bukan tipe saya!" balas Rebecca tak terima jika James menuduhnya demikian.
"Hahaha lucu sekali ....
Denyut jantungku berdebar
Terasa indahnya
Dunia ini kita yang punya
Akulah mataharimu
Kaulah kekasihku
Kita kan bersama selamanya
"Selera humor Anda sungguh menggelikan," Becca juga tak tahan untuk tak menertawakan James. Becca merasa jika James cukup percaya diri dan merasa jika Rebecca mau menerimanya karena mencintai James.
"Baguslah jika kau tak menyukaiku, karena kesepakatan ini pasti akan berjalan lancar. Dan ketika pernikahan ini selesai, kau tak perlu mengemis padaku agar menahan perceraian kita." goda James dengan penuh kepergian diri.
"Pede gila, sadar diri!"
.
Rebecca bersedia hanya karena tak ingin melepaskan kariernya begitu saja. Untuk menikah, ia tidak memedulikan James sama sekali.
Dan James pun tak meminta Becca melakukan apapun selama mereka bersama. James hanya minta Rebecca untuk bersikap baik pada Alicia anak perempuan kesayangan James.
"Aku tidak menginginkan apapun dari Anda, aku bisa mengurusi hidupku sendiri. Hanya satu pintaku! tolong hargai privasiku saja."
"Wanita ini seperti pejabat saja, bahasanya privasi kaya orang penting saja."
"Deal?"
"Deal."
Keduanya sepakat untuk menikah mendadak. Dan James akan memberikan bonus pada Rebecca sebagai balasan untuk mengurus Alicia. Meski Becca jelas menolaknya, tetapi James akan memberikan kompensasi atas waktu yang terbuang oleh anaknya.
Selain itu, James juga mengancam pada salah satu bunyi pasal di perjanjian pernikahan mereka. Jika salah satu pihak meminta berpisah sebelum waktu yang ditentukan, maka pihak tersebut akan membayar pinalti sebesar 200 juta rupiah.
"Setuju, lalu kapan kita akan menikah?" tanya Rebecca dengan santainya tanpa memikirkan apapun. Ia tak tahu jika telah masuk ke kandang buaya seperti James. Jemari Rebecca saja masih bisa memainkan gelas cola dengan lincah.
"Sekarang!"
Rebecca terperanjat hingga menumpahkan gelas minumnya karena ucapan James yang menyentak telinga Rebecca.
"A-apa? Sekarang?"
"Iya, semakin cepat semakin baik. Agar nama baik kita segera kembali."
"Tetapi, ini terlalu mendadak. Aku harus menyiapkan berkas pernikahan seperti surat-menyurat, loh?"
"Aku sudah menyiapkan," James mengayunkan sebuah dokumen lagi dengan santainya.
Pria itu memang telah mempersiapkan segalanya mulai dari berkas pernikahan hingga cincin pernikahan. Tindakan sinting ini telah direncakan oleh James seperti janjinya ada Nyonya Melati untuk menyelesaikan masalah ini.
Linglung, Rebecca bahkan hingga tak bisa berkata-kata begitu James menariknya menuju mobil untuk segera ke KUA. Karena berkasnya telah masuk melalui jalur dalam.
Rencana pernikahan dalam sekejap itu bukan hal yang mustahil bagi James. Jangankan Roro Jonggrang yang minta candi dalam semalam. Jika Rebecca mau, sebuah pesta akbar bisa ia wujudkan hanya dalam semalam.
"No, aku belum meminta izin mamaku!'
"Katakan saja di jalan,"
Tak bisa bernegosiasi lagi, James tak ingin Rebecca menggagalkan rencananya. Menikahi Rebecca yang notabenenya wanita aneh atau lebih tepatnya tidak mencintainya sangat menguntungkan James. Pada saatnya nanti James tidak perlu merasa bersalah jika harus berpisah dengannya. Terlebih lagi, dengan menikahi Rebecca, Alicia akan aman dari perebutan hak asuh jika suatu saat nanti keluarga papa kandungnya merebut Alicia.
"Kamu gila, ya?" Rebecca meronta bahkan hendak keluar dari mobil James.
"Iya, aku gila! dan kau yang membuat aku gila seperti ini."
"Kagak ..."
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆
kalian sama gila nya,,😅😅
awalnya boleh benci tapi nanti akan menjadi cinta.
2022-09-20
1
𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆
waduh,,,langsung k KUA..main cepat ni James..😅😅
2022-09-20
1
Maulana ya_Rohman
pada salaing menyesuaikan diri dan intropeksi diri ada rasa cinta tpi ecuil🤔
2022-09-07
0