Bab 16 Sakit

Pagi yang cerah, tidak bisa mewakili perasaan Thalia saat ini. Hatinya mendadak bimbang setiap kali dia teringat dengan Sandi. Apalagi, hari ini pemuda itu tidak berangkat ke kafe. saat Thalia mencoba menghubungi ke ponselnya pun tidak terhubung.

"Sandal ke mana? Bukankah hari ini akan ada yang datang untuk survey kafe?" gumam Thalia seraya memeriksa keuangan kafe.

Berkali-kali gadis itu menghela napas dalam. Namun, tetap saja tidak bisa membuat gadis itu lebih tenang. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi ke apartemen Sandi.

"Mas Gun, titip kafe ya! Aku mau lihat Sandi ke apartemen. Nanti tolong dihandle dulu tamu yang akan survey kafe untuk acara kantor," pinta Thalia.

"Baik, Mbak! Mbak tenang saja. Semuanya pasti aman terkendali," sahut Gunawan.

"Oke, deh! Aku berangkat sekarang," pamit Thalia seraya berlalu pergi meninggalkan Gunawan yang termangu sendiri.

Thalia langsung menuju ke motornya. Dengan kelincahannya mengendarai roda dua di jalan raya, membuat Thalia bisa menyalip setiap mobil dan motor yang dilewatinya. Dia terus saja memacu kendaraannya di atas enam puluh kilo meter per jam. Hingga tidak butuh waktu lama untuk gadis itu sampai di apartemen Sandi.

Dengan napas yang memburu, Thalia memasukkan password apartemen sahabatnya. Keningnya mengerut saat mendapati ruang tamu yang gelap. Gadis itu pun menyalakan senter di ponsel pintarnya untuk mencari stop kontak. Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, dia pun segera menyalakan lampu ruang tamu.

Matanya melihat ke sekeliling. Semuanya masih sama persis seperti kemarin saat dia meninggalkan Sandi. Kaleng minuman masih teronggok di atas meja. Gelas bekas minum dia pun masih anteng berdiri di tempatnya. Jantungnya langsung berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia takut, Sandi kembali terpuruk seperti saat dulu kelulusan sekolah menengah atas.

Perlahan, Thalia pun menuju ke kamar sahabatnya yang tidak terkunci. Detak jantungnya semakin cepat memompa aliran darah. Lagi, dia mencari stop kontak untuk menyalakan lampu kamar. Dilihatnya Sandi yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur dengan selimut tebal membungkus seluruh tubuhnya.

"Sandal, kamu gak apa-apa?" tanya Thalia panik dengan memegang dahi sahabatnya. "Sandal kamu demam."

Sedikit pun tidak ada jawaban dari pemuda itu. Matanya masih terpejam dengan tubuh yang menggigil. Thalia pun segera mencari kotak obat dan mengambil termometer untuk mengukur suhu tubuh sahabatnya. Dibukanya mulut Sandi sedikit, lalu dia pun memasukkan termometer itu ke dalam mulut sahabatnya.

"Astaga! Tiga puluh sembilan koma lima derajat. Tinggi banget panasnya. Aku harus segera menelpon dokter," gumam Thalia.

Thalia pun segera menelpon dokter yang biasa Sandi hubungi jika dia sakit. Setelah, selesai menelpon, gadis itu segera beranjak ke dapur untuk mengambil baskom kecil dan mengompres Sandi.

"Sandal, kenapa kamu harus sakit? Maafkan aku jika keputusanku melukai hati kamu. Mungkin ini sudah takdir Tuhan," lirih Thalia.

Tidak lama kemudian, terdengar suara bel berbunyi. Thalia pun segera membukakan pintu. Dilihatnya Dokter Louis berdiri dengan tas dokter yang ditentengnya.

"Silakan masuk, Dok!" suruh Thalia.

Dokter Louis hanya tersenyum seraya menganggukkan kepalanya sedikit. Dia pun langsung menuju ke kamar Sandi. Dipegangnya dahi Sandi yang sukses membuat dahinya menjadi berkerut.

"Panas sekali! Sudah berapa lama dia demam?" tanya Dokter Louis.

"Pastinya saya tidak tahu, Dok. Soalnya kemarin masih baik-baik saja," jelas Thalia.

"Apa ada sesuatu hal yang membuat dia merasa terpukul?" tanya Dokter Louis lagi.

"Kalau itu, kalau itu ...." Thalia tidak bisa melanjutkan ucapannya. Dia malu jika mengatakan kemarin mereka habis berdebat hebat.

Apa mungkin Sandi sangat terpukul dengan berita pertunangan aku, batin Thalia.

"Apa kalian habis bertengkar?" tebak Dokter Louis seraya memeriksa kondisi Sandi.

"Kemarin, kami habis berdebat," ucap Thalia lirih.

"Panasnya sangat tinggi, sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit. Tolong kamu persiapan baju gantinya. Saya akan menelpon rumah sakit untuk menyiapkan ambulans," suruh Dokter Louis.

Thalia langsung mengambil tas ransel dan mengisinya dengan baju Sandi. Dia begitu tergesa-gesa sehingga tanpa sengaja menjatuhkan sebuah buku diary yang berwarna hitam. Thalia pun kembali menyimpan buku itu ke sela-sela baju Sandi. Setelah semuanya beres, dia kembali menghampiri Dokter Louis yang duduk di samping tempat tidur Sandi. Dokter itu terlihat memberikan obat tetes ke mulut sahabatnya.

"Bajunya sudah siap, Dok!" ujar Thalia.

"Kita tunggu sebentar lagi, mereka baru sampai di bawah. Thalia, apa kalian memilik hubungan khusus?" tanya Dokter Louis.

"Kami bersahabat, Dok."

"Tolong jaga dia ya! Dia anak yang kuat, tetapi saat hatinya terluka oleh orang yang dicintainya, maka tubuhnya akan ikut melemah." Dokter Louis menghela napas dalam. Dia merasa prihatin dengan masib putra sahabatnya. Karena dia yang paling tahu seberapa menderitanya Sandi akibat perceraian itu.

Tak berapa lama kemudian dua orang perawat datang dengan membawa brangkar lengkap dengan alat infusnya. Setelah kedua perawat laki-laki itu memindah kan Sandi ke atas brangkar, Dokter Louis pun segera memasang infus di tangan kiri Sandi. Thalia hanya memperhatikan ketiga laki-laki dewasa itu merawat Sandi. Sampai akhirnya mereka pun siap membawa Sandi ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Thalia langsung mengurus administrasi. Dia sengaja membawa dompet Sandi yang selalu di simpan oleh pemuda itu di laci nakas. Setelah dia membayar deposit rumah sakit, Thalia pun kembali ke ruang IGD.

"Thalia, Sandi akan dipindah ke ruang perawatan," ucap Dokter Louis.

"Iya, Dok. Terima kasih!" sahut Thalia langsung mengikuti perawat yang akan memindahkan Sandi ke ruang perawatan.

Satu jam

Dua jam

Namun tetap saja, suhu badan Sandi belum juga turun. Dia begitu cemas akan terjadi hal yang tidak diinginkan pada sahabatnya. Sampai akhirnya dokter menambah kembali dosis obat penurun panas, barulah suhu tubuhnya mulai menurun.

Sepertinya aku harus memberi tahu ayah. Tidak mungkin aku membiarkan dia sendiri di sini, batin Thalia.

Setelah mengirim pesan pada ayahnya, Thalia pun ikut naik ke tempat tidur pasien. Badannya yang lelah, membuat dia ikut tertidur di samping Sandi. Apalagi hari sudah malam. Sudah waktunya dia mengistirahatkan tubuhnya.

Tengah malam menjelang, perlahan Sandi membuka matanya. Badannya kini sudah tidak sepanas tadi siang. Dilihatnya Thalia yang tertidur pulas di sampingnya. Dia pun mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk bulan sabit.

"Tali, haus!" ujar Sandi tepat di telinga Thalia.

Gadis itu langsung terperanjat mendengar suara sahabatnya. Dia tersenyum manis melihat Sandi sudah siuman. Hatinya merasa lega mendapati sahabatnya sudah terbangun.

"Haus!" ulang Sandi.

"Sebentar aku ambilkan!" Dengan sigap Thalia langsung mengambil botol air mineral dan membukanya. Setelah dia memberi sedotan barulah Thalia memberikannya pada Sandi.

"Minumlah!" suruh Thalia dengan membantu Sandi agar menyender ke head board tempat tidur.

...~Bersambung~...

...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, vote, rate, gift dan favorite....

...Terima kasih....

Terpopuler

Comments

Loviet Siwonzu Prepetprepet

Loviet Siwonzu Prepetprepet

klo kalian saling cinta ungkapkan semuanya jangan ada penyesalan nantinya

2022-08-11

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Playboy Cap Kadal
2 Bab 2 Jangan marah dulu!
3 Bab 3 Bertemu Idola
4 Bab 4 Hanya Sahabat
5 Bab 5 Bohong
6 Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7 Bab 7 Kamu marah?
8 Bab 8 Tali bantu aku!
9 Bab 9 Kompensasi Putus
10 Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11 Bab 11 First Kiss
12 Bab 12 Pasar Malam
13 Bab 13 Bersama Jojo
14 Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15 Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16 Bab 16 Sakit
17 Bab 17 Bersama Papa
18 Bab 18 Kena Batunya
19 Bab 19 Pulang
20 Bab 20 Dimana kamu?
21 Bab 21 Hanya Ada Kita
22 Bab 22 Sahabat Tercinta
23 Bab 23 Flashback Sandi
24 Bab 24 Ayah!!!
25 Bab 25 Packing
26 Bab 26 Kapan nikah?
27 Bab 27 Kedatangan Jojo
28 Bab 28 Raline Kabur
29 Bab 29 Persiapan Pernikahan
30 Bab 30 Bertemu Tifani
31 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33 Bab 32 Percaya sama aku, please!
34 Bab 33 Kala Hujan
35 Bab 34 Mantan vs Mantan
36 Bab 35 Siuman
37 Bab 36 Kelinci Percobaan
38 Bab 37 Apa kamu yakin?
39 Bab 38 Pulang
40 Bab 39 Menginap?
41 Bab 40 Apa kamu gugup?
42 Bab 41 Ancaman Simon
43 Bab 42 Pengganggu
44 Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45 Bab 44 Positif
46 Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47 Bab 46 Hampir Tertabrak
48 Bab 47 Kemarahan Sandi
49 Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50 Bab 49 Ketemu
51 Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52 Bab 51 Melepaskan Rindu
53 Bab 52 Sandi vs Ivan
54 Bab 53 Pernikahan Camelia
55 Bab 54 Hot Jeletot
56 Bab 55 Ratu di Hati
57 Bab 56 Terkuak
58 Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59 Bab 58 Sama-sama Butuh
60 Bab 59 Dikira Maling
61 Bab 60 Hentikan, Ayah!
62 Bab 61 Menjenguk Jojo
63 Bab 62 Kejujuran Melati
64 Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65 Bab 64 Masalah Kafe
66 Bab 65 Thalia Merajuk
67 Author Menyapa
68 Bab 66 Terpaksa Berbohong
69 Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70 Bab 68 Siapa yang datang?
71 Bab 69 Sembunyi
72 Bab 70 Lahir Prematur
73 Bab 71 Baby Ale
74 Bab 72 Ale Pulang
75 Bab 73 Syukuran Baby Ale
76 Bab 74 Ada Penguntit
77 Bab 75 Tinggalkan dia!
78 Bab 76 Diculik
79 Bab 77 Duel
80 Bab 78 Cepat sehat ya!
81 Bab 79 Rujuk?
82 Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83 Pengumuman Give Away
84 Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85 Promo Mainan CEO Arogant
86 Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1 Playboy Cap Kadal
2
Bab 2 Jangan marah dulu!
3
Bab 3 Bertemu Idola
4
Bab 4 Hanya Sahabat
5
Bab 5 Bohong
6
Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7
Bab 7 Kamu marah?
8
Bab 8 Tali bantu aku!
9
Bab 9 Kompensasi Putus
10
Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11
Bab 11 First Kiss
12
Bab 12 Pasar Malam
13
Bab 13 Bersama Jojo
14
Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15
Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16
Bab 16 Sakit
17
Bab 17 Bersama Papa
18
Bab 18 Kena Batunya
19
Bab 19 Pulang
20
Bab 20 Dimana kamu?
21
Bab 21 Hanya Ada Kita
22
Bab 22 Sahabat Tercinta
23
Bab 23 Flashback Sandi
24
Bab 24 Ayah!!!
25
Bab 25 Packing
26
Bab 26 Kapan nikah?
27
Bab 27 Kedatangan Jojo
28
Bab 28 Raline Kabur
29
Bab 29 Persiapan Pernikahan
30
Bab 30 Bertemu Tifani
31
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33
Bab 32 Percaya sama aku, please!
34
Bab 33 Kala Hujan
35
Bab 34 Mantan vs Mantan
36
Bab 35 Siuman
37
Bab 36 Kelinci Percobaan
38
Bab 37 Apa kamu yakin?
39
Bab 38 Pulang
40
Bab 39 Menginap?
41
Bab 40 Apa kamu gugup?
42
Bab 41 Ancaman Simon
43
Bab 42 Pengganggu
44
Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45
Bab 44 Positif
46
Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47
Bab 46 Hampir Tertabrak
48
Bab 47 Kemarahan Sandi
49
Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50
Bab 49 Ketemu
51
Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52
Bab 51 Melepaskan Rindu
53
Bab 52 Sandi vs Ivan
54
Bab 53 Pernikahan Camelia
55
Bab 54 Hot Jeletot
56
Bab 55 Ratu di Hati
57
Bab 56 Terkuak
58
Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59
Bab 58 Sama-sama Butuh
60
Bab 59 Dikira Maling
61
Bab 60 Hentikan, Ayah!
62
Bab 61 Menjenguk Jojo
63
Bab 62 Kejujuran Melati
64
Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65
Bab 64 Masalah Kafe
66
Bab 65 Thalia Merajuk
67
Author Menyapa
68
Bab 66 Terpaksa Berbohong
69
Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70
Bab 68 Siapa yang datang?
71
Bab 69 Sembunyi
72
Bab 70 Lahir Prematur
73
Bab 71 Baby Ale
74
Bab 72 Ale Pulang
75
Bab 73 Syukuran Baby Ale
76
Bab 74 Ada Penguntit
77
Bab 75 Tinggalkan dia!
78
Bab 76 Diculik
79
Bab 77 Duel
80
Bab 78 Cepat sehat ya!
81
Bab 79 Rujuk?
82
Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83
Pengumuman Give Away
84
Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85
Promo Mainan CEO Arogant
86
Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!