Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Sandi begitu berburu-buru karena Camelia sedari tadi terus menghubunginya. Artis ibu kota seperti tidak sabaran menunggu pacar yang baru dekat dengannya sebulan yang lalu.
Setibanya di lokasi syuting, Sandi begitu saja meninggalkan Thalia di mobil. Dia secepat mungkin untuk menemui Camelia.
Kalau gak butuh buat endorse kafe, males banget harus bela-belain datang ke sini. Serasa jadi pesuruh," sungut Sandi dalam hati.
Wajah tampan dengan senyum yang mempesona mampu menutupi isi hati pemuda itu. Dia menghampiri Camelia yang sedang break syuting dengan tersenyum manis pada gadis cantik itu.
"Kenapa lama sekali? Kamu kan janji akan datang pagi-pagi." Camelia langsung mencecar Sandi.
"Sorry, Cantik! Kamu tahu sendiri jalanan ibu kota setiap hari selalu macet. Aku sudah usahakan berangkat pagi tapi ternyata terjebak macet. Ya mau gimana lagi, akhirnya aku datang telat," elak Sandi.
"Alasan saja kamu. Lalu rencananya gimana sekarang? Aku sudah mulai syuting," tanya Camelia melihat ke arah laki-laki yang mampu menggetarkan hatinya.
"Tidak apa, kamu syuting saja dulu. Nanti aku kembali kalau kamu selesai. Background langit senja juga tidak buruk untuk mengambil gambar," ucap Sandi.
"Baiklah, kamu atur saja. Aku selalu siap jika gak lagi syuting."
"Sayangku memang yang ter-the best," puji Sandi seraya mencium tangan gadis itu.
Sementara Thalia yang merasa bosan di dalam mobil menunggu Sandi yang sedang bercengkerama dengan kekasihnya, Dia pun berjalan-jalan sendiri di area syuting. Matanya yang terus berkelana melihat semua orang yang ada di sana, membuat Thalia tidak menyadari ada kabel yang menghalangi langkah kakinya.
Tubuh mungilnya menjadi oleng dan hampir terjatuh. Untung saja ada sebuah tangan kekar yang menariknya. Membuat Thalia tidak harus mempermalukan dirinya di tengah-tengah lokasi syuting.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya seseorang yang memiliki suara bass.
Thalia langsung mendongak, dia ingin tahu siapa orang yang telah menolongnya. Namun, saat dia tahu siapa orang itu, mulutnya langsung menganga, matanya melotot tidak percaya kalau laki-laki yang sudah menolongnya adalah artis idolanya.
"Jojo Frizt, benarkan kamu idolaku?" tangan Thalia terulur ingin memegang pipi laki-laki yang jadi idolanya itu.
Namun secepat mungkin Jojo menahan tangan Thalia, "Jangan asal memegang pipi orang! Aku tidak suka!"
"Maaf! Bolehkan kalau aku meminta tanda tanganmu? Aku fans berat kamu," tanya Thalia.
"Baiklah! Tapi setelah ini jangan menggangguku!"
"Terima kasih Idola," ucap Thalia dengan wajah yang berbinar. Dia langsung mengeluarkan spidol yang ada di dalam tasnya. Tanpa mengeluarkan kertas, Thalia langsung memberikan spidol itu pada Jojo.
"Tulis di mana?" tanya Jojo bingung.
"Di sini saja," tunjuk Thalia pada dadanya.
Jojo sempat mengeryitkan keningnya dengan apa yang dilakukan oleh gadis itu. Namun, tak urung dia pun mengabulkan keinginan Thalia. Tanpa merasa sungkan, Jojo pun memberi tanda tangannya di dada atas Thalia.
"Makasih, Jojo!" ujar Thalia setelah Jojo memberikan spidol kepadanya.
Sementara Sandi yang melihat semua itu, hatinya langsung bergejolak. Dia merasa tidak suka melihat Thalia dekat dengan laki-laki lain. Setelah pamit pada Camelia, Sandi langsung menarik tangan Thalia yang sedang asyik berbincang dengan Jojo.
"Kasar banget sih, Sandal!" gerutu Thalia.
"Gak usah protes! Ayo cepat kerja! Kita ke sini bukan untuk bersenang-senang ataupun menggoda lelaki, tapi untuk kerja kerja dan kerja," ketus Sandi.
Idih, nih bocah kesurupan apa? Bukannya dia sendiri yang mengajak ke sini? Kenapa sekarang dia yang malah marah-marah? Sepertinya harus dijampi-jampi biar setannya hilang, batin Thalia.
Saat keduanya sudah sama-sama duduk di dalam mobil, Thalia segera melaksanakan keinginannya untuk menjampi-jampi sahabatnya. Dengan memegang kepala Sandi, dia pun mulai merapalkan jampi-jampi yang diingatnya.
"Wus ... wus ... Jangan ganggu jangan iseng. Kita ke sini tidak punya niat jahat. Sandal pulang Sandal," panggil Thalia dengan mengusap wajah Sandi berkali-kali. Tentu saja hal itu membuat Sandi heran dengan apa yang dilakukan sahabatnya.
"Hey hentikan! Apa yang kamu lakukan Tali?" Sandi langsung memegang tangan Thalia. Dengan sorot mata yang mengintimidasi, dia menatap dalam sahabatnya.
"Aku hanya ingin menyadarkan kamu agar tidak usah marah-marah terus."
"Kamu pikir, aku kerasukan setan?" tanya Sandi.
"Iya, lihat mata kamu melotot seperti itu sangat mengerikan. Aku seperti tidak mengenal sahabatku sendiri."
Tidak ingin berdebat lagi, Sandi langsung menyalakan mesin mobil. Dia menghela napas berkali-kali untuk menetralkan perasaannya. Sungguh, dia sangat tidak suka melihat Thalia bersama dengan lelaki manapun. Baginya, Thalia hanya miliknya. Meskipun status mereka hanya sebagai seorang sahabat.
Melihat Sandi yang fokus dengan jalanan yang berkelok-kelok, Thalia memilih diam dan berpura-pura tidur. Itu cara ampun yang selalu dia lakukan saat tidak ingin berdebat dengan Sandi ataupun melihat pemuda itu bersama dengan gadis lain.
Saat mobil sudah sampai di tempat tujuan, keduanya pun turun tanpa bersuara sedikit pun. Sandi masih kesal dengan apa yang dilihatnya. Sementara Thalia tidak ingin mencari masalah yang membuat laki-laki itu akan marah-marah lagi.
Sandi terus berkeliling kafe yang belum rampung dibangun. Dia dengan teliti mengecek tiap detail desain interior kafe barunya. Setelah memastikan semuanya seperti yang dia inginkan, dia pun langsung menemui pekerja di sana.
"Mas, kira-kira kalau minggu depan sudah bisa dipakai tidak?" tanya Sandi.
"Saya usahakan bisa, Mas. Ini tinggal finishing saja," jawab penanggung jawab pembangunan kafe.
"Sip, aku ke sana dulu," tunjuk Sandi pada Thalia yang sedang duduk di bangku panjang. Gadis itu sedang menikmati pemandangan di pinggir jurang.
Tanpa bicara lagi, Sandi langsung merebahkan badannya dan menjadikan paha Thalia sebagai bantalnya. Dia langsung memejamkan matanya. Menghindari cahaya sinar matahari yang menyilaukan.
"Udah selesai belum?" tanya Thalia.
"Udah. Kamu catat apa saja yang dibutuhkan untuk lounching Minggu depan. Nanti sore pemotretan Camelia. Dia bersedia menjadi endorse," terang Sandi.
"Oke, aku akan siapkan segala sesuatunya."
"Tali, ada hubungan apa kamu sama Jojo?" tanya Sandi dengan mata yang masih terpejam.
"Tidak ada! Selain fans dengan idolanya. Tapi kalau dia bersedia jadi suamiku, aku tidak keberatan. Pasti banyak gadis yang akan iri sama aku. Wartawan pun pasti mencari tahu tentang aku. Sepertinya akan menyenangkan jika nanti jadi istrinya," cerocos Thalia.
"Aku tidak mengijinkan!" tukas Sandi.
"Emang ngaruh persetujuan kamu? Sudahlah! Aku mau cari minum dulu. Kamu mau ikut atau tunggu di sini saja?"
"Aku ikut!" Sandi langsung bangun dari tidurnya. Dia tidak ingin kecolongan lagi. Membiarkan Thalia bisa bebas bercengkerama dengan laki-laki lain selain dirinya.
...~Bersambung~...
...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, vote, rate, gift dan favorite....
...Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Nurafni Zalfaalituhayu
kalau cinta bilang bos .....
2023-02-03
1
Nurafni Zalfaalituhayu
gengsinya di gedein. ...jaim bgt
2023-02-03
0
Sasa Al Khansa 💞💞
sahabat jadi cinta.. tapi, aku pribadi berpendapat gak ada persahabatan antar lawan jenis.. karena pasti ada salah satu atau bahkan keduanya yang memiliki rasa lebih..
2022-12-28
3