Satu jam
Dua jam
Tiga jam
Sampai tiga jam lebih Sandi menunggu kedatangan Thalia di rumah ibu kost-nya. Dia sudah menghabiskan secangkir kopi, sepiring pisang goreng yang disuguhkan oleh ibu kost. Ditambah sepiring nasi serta lauk pauknya.
Ibu kost-nya begitu menyayangi playboy itu. Apalagi pembawaan Sandi yang mampu memikat para kaum hawa membuat dia mudah diterima di mana saja, kecuali rumahnya Thalia. Selain itu juga, kedatangan Sandi ke rumah itu, dua tahun setelah kematian putra bungsu ibu kost. Membuat kerinduan pada almarhum sedikit terobati dengan keberadaannya.
"Nak Sandi sedang menunggu Thalia, ya!" tebak Ibu Kost.
"Iya, nih Bu. Katanya mau sebentar, tapi kho lama."
"Kenapa gak manjat tembok aja? Biasanya kan suka lewat sana."
"Yah ketahuan sama Ibu," ucap Sandi cengengesan.
"Kalau dari kamar Ibu, kelihatan pas Nak Sandi naik ke pohon itu."
"Iya, yah Bu. Tapi jangan bilang ke Pak Gerry dan Bu Eva ya, Bu. Bu Eva suka mendadak darah tinggi kalau ketemu aku. Pasti bawaannya marah-marah mulu."
"Iya, Ibu ngerti. Berat juga ya kalau cinta tidak restui oleh orang tua. Harus memiliki tekad yang kuat baru bisa mendapatkan gadis yang dicintai," ucap Elma, ibu kost Sandi.
"Ibu benar sekali. Saya tak akan pantang mundur untuk mendapatkanny. Kalau begitu, saya permisi dulu, Bu. Titip mobil ya, Bu. Mau ketemu Thalia dulu," pamit Sandi.
"Iya, berjuanglah! Jangan pantang menyerah! Ibu pasti akan mendukung Nak Sandi," ucap Elma memberi semangat sama ank kost-nya.
"Makasih, Bu. Doakan ya!" pinta Sandi seraya berllau pergi menuju ke halaman belakang rumah ibu kost.
Dari sana dia langsung memanjat pagar yang lumayan tinggi kemudian melompat ke arah pohon mangga yang lumayan besar. Lompatan terakhir langsung sampai ke balkon kamar Thalia. Dia terus saja celingukan, takut orang tua gadis itu menyadari kehadiranya.
Dirasa semuanya aman, Sandi pun perlahan membuka pintu kamar yang menuju ke balkon. Tidak biasanya pemuda itu lewat pintu. Karena suara pintu yang berderit membuat dia terkadng enggan membukanya sehingga memilih lewat jendela kamar.
Dilihatnya Thalia yang sedang asyik menelpon seraya memain gantungan kunci di tangannya. Pandangannya yang lurus menatap ke langit-langit kamar, membuat Thalia telat menyadari saa Sandi langsing menimpa tubuhnya.
"Aw ... Sandal apa-apaan sih?" Thalia berusaha memberontak saat Sandi sudah mengungkungnya.
"Kamu yang apa-apaan? Janji sebentar tapi sudah empat jam belum juga nongol. Kamu suka membuat aku menunggu? Tapi aku gak suka digantung! Aku akan mencarimu saat kamu tidak bisa menepati kata-katamu," Sewot Sandi dengan menatap tajam wajah Thalia yang tepat berada di bawahnya.
"Sorry Sandal, aku kelupaan karena saking bahagianya. Aku akan ...."
Belum selesai Thalia bicara, sandi sudah membungkam mulutnya. Pemuda itu begitu kesal karena Thalia dengan tega melupakannya. Thalia yang kaget dengan apa yang Sandi lakukan padanya hanya diam dengan mata yang melotot sempurna.
Awalnya Sandi bermain kasar. Namun lama kelamaan dia bermain penuh dengan kelembutan. Hingga keduanya saling menikmati sensasi yang baru mereka rasakan. Meskipun memang benar Sandi sering mengecup bibir Thalia tapi mereka belum pernah merasakan ciuman yang sebenarnya.
Setelah keduanya merasakan pasokan oksigen yang semakin menipis, Sandi pun segera melepaskan pagutannya. Dengan napas yang masih memburu, playboy itu bicara pada sahabatnya.
"Tali, kamu milikku! Aku tidak suka kamu lebih mementingkan orang lain dibanding aku. Dengar! Kita saling memiliki satu sama lain."
"Kita hanya sahabat," ucap Thalia dengan napas yang masih terengah. Rasa kaget dan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, membuat gadis itu tidak bisa berpikir dengan baik. Hingga saat Sandi mengulangi apa yang sudah terjadi, dia hanya mengikuti permainan pemuda tampan itu. Sampai terdengar suara seseorang di ponsel Thalia, barulah mereka melepaskan pagutannya.
"Elah, suaranya sampai terdengar ke sini. Woy ... Kalian ngapain?" teriak Melati di seberang sana.
Klik
Sandi langsung memutuskan sambungan telepon Thalia. Lalu dia menatap Thalia dengan tersenyum manis. "Tali, ternyata ciuman itu enak ya! Andai saja kita cobain dari dulu. Pasti sekarang kita ...."
"Gak usah dibahas! Lagian yang gitu-gituan itu buat orang yang pacaran. Kita kan ...."
"Kita itu lebih dari orang pacaran ataupun sahabatan, karena kita saling memiliki satu sama lain. Ayo ke apartemen aku," potong Sandi.
Ada benarnya juga apa yang Sandi katakan. Bahkan aku selalu dikasih uang bulanan sama dia. Saat Sandi tahu kalau Ibu kadang tidak memberiku uang jajan. Sampai sekarang pun, dia selalu memberikan uang lebih setiap aku gajian di kafe. Entahlah, aku juga tidak mengerti hubungan seperti apa aku dan dia. Lalu bagaimana cara aku mengatakannya pada Sandal kalau aku sudah dijodohkan dengan Jojo Frizt, batin Thalia.
"Woy, malah bengong! Ayo kita ke apartemen aku! Kamu bilang saja disuruh lembur oleh bos kamu. Aku tunggu di rumah ibu kost ya!"
"Ya sudah, aku ganti baju dulu."
"Pakai sweater atau jaket. Aku mau ngajak main ke suatu tempat." Sandi terus saja menyunggingkan senyuman di kedua sudut bibirnya. Dia merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa merasakan apa yang selalu dia lihat di film-film.
Ya ampun! Aku bahagia banget hari ini. Sepertinya menikah muda tidak buruk. Baiklah, aku akan bilang sama Papa, batin Sandi.
Setelah kepergian Sandi, Thalia segera mengganti bajunya seperti apa yang pemuda itu katakan. Dia terus saja menggigit bibirnya sendiri. Merasakan kembali ciuman sahabatnya yang masih membekas.
Lama-lama aku gila, Jojo Frizt mau, Sandi juga cinta. Help me God! Aku ingin keduanya, pekik Thalia dalam hati.
Setelah dirasa semuanya beres, dia pun segera keluar dari kamarnya. Bersamaan dengan Tifani yang baru pulang dari kampus. Dia pun langsung tersenyum manis pada adik sambungnya.
"Baru pulang, Fani?"
"Iya, Kak. Kakak mau ke mana? Mukanya cerah sekali," tanya Tifani.
"Disuruh lembur oleh bos. Jadi Kakak mau kembali ke kafe. Tumben gak jalan dulu?" tanya Thalia balik.
"Nggak ada duit! Bagi apa Kak, Kakak kan udah kerja pasti banyak duit." Tifani langsung menengadahkan tangannya pada Thalia.
"Uang sih ada, tapi gak banyak." Thalia pun mengambil dompet dari tas selempang-nya.
Namun, Tifani langsung mengambil uang Thalia begitu saja saat gadis itu baru membuka dompetnya. "Makasih ya Kak! Bye Kakak!"
"Selalu begitu, minta duit tapi ujung-ujungnya rampok. Punya adik kayak gitu banget sih. Cantik sih cantik tapi kang rampok," gerutu Thalia pelan.
"Kamu kenapa Lia? Mendumel terus. Gak baik anak gadis terus mendumel," tanya Eva di bawah.
"Aku pamit, Bu! Disuruh lembur sama bos. Katanya buat ganti uang yang kemarin aku pinjam." Bohong Thalia.
"Ya sudah. Hati-hati di jalan!"
...~Bersambung~...
...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, vote, rate gift dan favorite....
...Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Sandi kya blm prnh ciuman aja dehh😂
Pleyboy msa ga prnh ciuman
2022-12-21
3
FDH21
awas Lo sandi kamu kecanduan
2022-08-18
2