Bab 4 Hanya Sahabat

Sore hari yang cerah dengan warna jingga menghiasi angkasa. Membuat setiap hasil bidikan foto Sandi menjadi lebih indah. Sandi yang memang memiliki hobi memotret, membuat dia tidak kesusahan untuk menghasilkan gambar yang bagus.

"Aku rasa cukup," ucap Sandi seraya melihat ke layar kameranya. "Tali, tolong ambilkan minum untukku!" pintanya.

"Untuk aku juga ya,Tali!" sambung Camelia.

"Namanya Thalia. Aku kurang suka saat orang lain memanggil dia Tali," tegur Sandi.

"Oke, tidak masalah. Kamu perhatian sekali sama bawahan kamu," ucap Camelia.

"Dia sahabat aku. Kami ...." Sandi tidak melanjutkan ucapannya saat melihat Thalia datang dengan dua botol air mineral di tangannya.

"Ini minumnya. Silakan, Nona!" Thalia memberikan satu botol pada Camelia dan satu lagi untuk Sandi.

"Makasih!" sahut Camelia.

"Sama-sama, Nona." Thalia pun kembali ke tempat duduknya semula.

Gadis itu menyibukkan dirinya dengan berselancar di dunia maya. Dia tidak ingin berada di tengah-tengah Sandi dan Camelia. Thalia lebih memilih tempat duduk yang agak jauh dari sahabatnya.

Bukan hal yang aneh melihat Sandi begitu mesra dengan gadis-gadis itu. Tapi kenapa hatiku tidak pernah bisa berpaling. Terkadang aku sangat kesal dengan diriku sendiri. Kenapa harus dia yang aku cintai? Padahal ada hati lain yang mengharapkan aku, batin Thalia.

Dia akhirnya larut dalam dunianya. Tidak peduli dengan apa yang Sandi lakukan bersama dengan Camelia. Sampai akhirnya Sandi datang menghampiri, ketika langit sudah mulai gelap.

"Tali, kita pulang sekarang. Camelia mau kembali syuting," ucap Sandi.

"Oh, kalau begitu terima kasih, Nona. Saya pamit pulang," ucap Thalia dengan membungkukkan sedikit badannya pada Camelia.

"Tidak apa, aku senang bisa membantu Sandi." Camelia tersenyum manis dengan menatap wajah tampan kekasihnya.

"Aku pulang ya!" pamit Sandi dengan cium pipi kanan dan kiri Camelia.

"Iya, Sayang. Hati-hati di jalan! Jaga hatimu untuk aku ya!" pesan Camelia sebelum akhirnya mereka benar-benar berpisah.

Bukan hanya aku yang mencintai Sandi. Tapi gadis yang dia kencani pun begitu tergila-gila padanya. Entah pelet apa yang dia pakai, hingga bisa meruntuhkan iman kaum hawa, batin Thalia.

Selama perjalanan pulang, tidak ada percakapan di antara keduanya. Baik Thalia maupun Sandi, larut dalam pikirannya masing-masing. Sandi yang terus memikirkan rencana ke depannya tentang bisnis kafe yang dia tekuni, sedangkan Thalia mengenang masa lalunya saat awal jumpa dengan Sandi.

Sandi yang pertama kali dia kenal, sangat berbeda jauh dengan Sandi yang sekarang. Dulu, saat pertama kali Sandi kost di samping rumahnya, sahabatnya itu tidak suka banyak bicara. Sementara Thalia, anaknya sedikit tomboy. Namun entah kenapa, semenjak duduk di bangku SMA, Sandi berubah seratus delapan puluh derajat dari saat masih SMP.

Ternyata waktu bisa merubah seseorang. Sifat manusia memang tidak bisa statis tapi sewaktu-waktu bisa berubah, batin Thalia.

"Tali, ayo kita makan dulu!" ajak Sandi saat mobilnya sudah terparkir rapi di depan sebuah restoran.

"Kamu lapar?" ceplos Thalia yang merasa kaget karena tiba-tiba saja lamunannya buyar.

"Nggak aku ingin pup," sarkas Sandi.

"Ngapain ke sini kalau ingin pup? Kamu mau numpang di restoran?" tanya Thalia heran.

"Ya ampun sayangku, manisku, kucingku, semua orang juga tahu kalau ke restoran mau makan karena lapar. Bukan mau numpang pup," jawab Sandi jengah.

"Hehehe ... Aku lupa!"

Untung saja, aku sayang. Kalau gak aku tinggalkan, batin Sandi.

Kini keduanya sedang menikmati hidangan yang mereka pesan. Sandi makan begitu lahap. Begitupun dengan Thalia yang sangat menyukai ayam kampung bakar. Dengan lalapan dan sambel serta tahu dan tempe, makan malam mereka begitu nikmat.

"Sandi, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Thalia saat sudah menghabiskan makanannya.

"Tanya saja, kenapa harus minta ijin segalanya?" tanya Sandi dengan mengeryitkan keningnya.

"Kamu kan suka dengan semua wanita cantik. Bahkan guru dan dosen saja kau godain. Meskipun mereka sudah berumur. Tapi kenapa kamu tidak pernah menerima cinta adikku? Bukankah Tifani pernah mengungkapkan perasaannya sama kamu?"

Sandi langsung menghentikan kunyahan-nya. Dia melihat ke arah Thalia sekilas. Lalu kembali melanjutkan makannya.

"Aku gak suka sama dia," jawab Sandi singkat.

"Kenapa? Apa karena Fani bukan berasal dari keluarga yang berada seperti keluarga kamu?" selidik Thalia.

"Kalau aku berpikir seperti itu, mungkin dari dulu aku tidak berteman dengan kamu. Sudahlah Tali! Jangan bahas adik kamu, aku tidak suka!" tukas Sandi.

Dia langsung meminum air yang ada di depannya hingga tandas. Entahlah, Sandi sangat tidak suka saat mendengar Thalia menyuruhnya berpacaran dengan adik tirinya.

Secantik apapun Tifani, tapi aku tidak pernah suka saat dia mendekati aku, batin Sandi.

Kenapa Sandi selalu sensi kalau bicara soal Tifani. Padahal dia cantik. Semua saudara bahkan tetangga selalu bilang kalau adikku lebih cantik dari aku, batin Thalia.

"Kalau makannya sudah selesai, yuk kita berangkat lagi biar gak terlalu malam. Tali, kalau sampai kemalaman, kamu nginap di apartemen aku saja. Biar ibu tiri kamu tidak usah marah-marah. Bilang saja kalau kamu nginap di rumah Melati," saran Sandi.

Bukannya langsung menjawab, Thalia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan angka delapan. Sudah pasti saat tiba di ibu kota hari sudah larut malam. Thalia pun segera menghubungi teman dekatnya Melati.

"Hallo Mel, kamu lagi di mana?" tanya Thalia saat panggilan teleponnya sudah tersambung.

"Iya, Tha. Kenapa?"

"Nanti kalau ayah nelpon, bilang aku lagi nginap di rumah kamu ya! Aku masih di jalan nih habis cek kafe di puncak."

"Terus kamu mau nginap di mana? Kenapa gak beneran nginap di rumahku saja?"

"Tali nginap di apartemen aku," potong Sandi.

"Awas lu San! Macam-macam sama Thalia, tak benyek-benyek biar pisang tanduk kamu jadi keripik," ancam Melati.

"Elah, kayak berani aja. Sudah Mel, Tali aman sama aku. Paling juga aku kekepin semalaman. Apalagi di sini dingin banget," ucap Sandi memanasi Melati.

Klik

Sandi langsung mematikan sambungan teleponnya, lalu dia mengambil ponsel Thalia dan mengirim pesan pada Pak Gerry. Setelah semua ijin perijinan selesai. Dia pun langsung bangun dari duduknya.

"Ayo, kenapa malam bengong?" tanya Sandi saat melihat Thalia hanya diam di tempat duduknya.

"Kamu janji dulu, jangan ngapa-ngapain aku! Aku ingin orang pertama yang menyentuhku itu suami aku nanti."

"Ya ampun, Tali. Mana mungkin aku ngapa-ngapain kamu. Dengar ya, kamu itu bukan selera aku. Kita pure sahabatan oke!"

"Oke! Aku pegang ucapan kamu, termasuk tidak boleh asal cium."

"Kalau itu karena aku gemas sama kamu. Bukan karena napsu. Ayo nanti keburu malam!"

...~Bersambung~...

...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, vote, rate, gift dan favorite....

...Terima kasih....

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

NGOMONG GK SSUAI FAKTA.. LO BOLEH DEKAT DGN WANITA MANAPUN, HINGGA JOSEPH NNTI DENDAN MA ELO...

2024-01-02

1

Sasa Al Khansa 💞💞

Sasa Al Khansa 💞💞

ngeles bisa aja..

2022-12-28

1

Edelweiss

Edelweiss

awas loh Tali...sandal punya trik intrik

2022-08-04

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Playboy Cap Kadal
2 Bab 2 Jangan marah dulu!
3 Bab 3 Bertemu Idola
4 Bab 4 Hanya Sahabat
5 Bab 5 Bohong
6 Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7 Bab 7 Kamu marah?
8 Bab 8 Tali bantu aku!
9 Bab 9 Kompensasi Putus
10 Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11 Bab 11 First Kiss
12 Bab 12 Pasar Malam
13 Bab 13 Bersama Jojo
14 Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15 Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16 Bab 16 Sakit
17 Bab 17 Bersama Papa
18 Bab 18 Kena Batunya
19 Bab 19 Pulang
20 Bab 20 Dimana kamu?
21 Bab 21 Hanya Ada Kita
22 Bab 22 Sahabat Tercinta
23 Bab 23 Flashback Sandi
24 Bab 24 Ayah!!!
25 Bab 25 Packing
26 Bab 26 Kapan nikah?
27 Bab 27 Kedatangan Jojo
28 Bab 28 Raline Kabur
29 Bab 29 Persiapan Pernikahan
30 Bab 30 Bertemu Tifani
31 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33 Bab 32 Percaya sama aku, please!
34 Bab 33 Kala Hujan
35 Bab 34 Mantan vs Mantan
36 Bab 35 Siuman
37 Bab 36 Kelinci Percobaan
38 Bab 37 Apa kamu yakin?
39 Bab 38 Pulang
40 Bab 39 Menginap?
41 Bab 40 Apa kamu gugup?
42 Bab 41 Ancaman Simon
43 Bab 42 Pengganggu
44 Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45 Bab 44 Positif
46 Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47 Bab 46 Hampir Tertabrak
48 Bab 47 Kemarahan Sandi
49 Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50 Bab 49 Ketemu
51 Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52 Bab 51 Melepaskan Rindu
53 Bab 52 Sandi vs Ivan
54 Bab 53 Pernikahan Camelia
55 Bab 54 Hot Jeletot
56 Bab 55 Ratu di Hati
57 Bab 56 Terkuak
58 Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59 Bab 58 Sama-sama Butuh
60 Bab 59 Dikira Maling
61 Bab 60 Hentikan, Ayah!
62 Bab 61 Menjenguk Jojo
63 Bab 62 Kejujuran Melati
64 Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65 Bab 64 Masalah Kafe
66 Bab 65 Thalia Merajuk
67 Author Menyapa
68 Bab 66 Terpaksa Berbohong
69 Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70 Bab 68 Siapa yang datang?
71 Bab 69 Sembunyi
72 Bab 70 Lahir Prematur
73 Bab 71 Baby Ale
74 Bab 72 Ale Pulang
75 Bab 73 Syukuran Baby Ale
76 Bab 74 Ada Penguntit
77 Bab 75 Tinggalkan dia!
78 Bab 76 Diculik
79 Bab 77 Duel
80 Bab 78 Cepat sehat ya!
81 Bab 79 Rujuk?
82 Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83 Pengumuman Give Away
84 Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85 Promo Mainan CEO Arogant
86 Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1 Playboy Cap Kadal
2
Bab 2 Jangan marah dulu!
3
Bab 3 Bertemu Idola
4
Bab 4 Hanya Sahabat
5
Bab 5 Bohong
6
Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7
Bab 7 Kamu marah?
8
Bab 8 Tali bantu aku!
9
Bab 9 Kompensasi Putus
10
Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11
Bab 11 First Kiss
12
Bab 12 Pasar Malam
13
Bab 13 Bersama Jojo
14
Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15
Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16
Bab 16 Sakit
17
Bab 17 Bersama Papa
18
Bab 18 Kena Batunya
19
Bab 19 Pulang
20
Bab 20 Dimana kamu?
21
Bab 21 Hanya Ada Kita
22
Bab 22 Sahabat Tercinta
23
Bab 23 Flashback Sandi
24
Bab 24 Ayah!!!
25
Bab 25 Packing
26
Bab 26 Kapan nikah?
27
Bab 27 Kedatangan Jojo
28
Bab 28 Raline Kabur
29
Bab 29 Persiapan Pernikahan
30
Bab 30 Bertemu Tifani
31
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33
Bab 32 Percaya sama aku, please!
34
Bab 33 Kala Hujan
35
Bab 34 Mantan vs Mantan
36
Bab 35 Siuman
37
Bab 36 Kelinci Percobaan
38
Bab 37 Apa kamu yakin?
39
Bab 38 Pulang
40
Bab 39 Menginap?
41
Bab 40 Apa kamu gugup?
42
Bab 41 Ancaman Simon
43
Bab 42 Pengganggu
44
Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45
Bab 44 Positif
46
Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47
Bab 46 Hampir Tertabrak
48
Bab 47 Kemarahan Sandi
49
Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50
Bab 49 Ketemu
51
Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52
Bab 51 Melepaskan Rindu
53
Bab 52 Sandi vs Ivan
54
Bab 53 Pernikahan Camelia
55
Bab 54 Hot Jeletot
56
Bab 55 Ratu di Hati
57
Bab 56 Terkuak
58
Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59
Bab 58 Sama-sama Butuh
60
Bab 59 Dikira Maling
61
Bab 60 Hentikan, Ayah!
62
Bab 61 Menjenguk Jojo
63
Bab 62 Kejujuran Melati
64
Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65
Bab 64 Masalah Kafe
66
Bab 65 Thalia Merajuk
67
Author Menyapa
68
Bab 66 Terpaksa Berbohong
69
Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70
Bab 68 Siapa yang datang?
71
Bab 69 Sembunyi
72
Bab 70 Lahir Prematur
73
Bab 71 Baby Ale
74
Bab 72 Ale Pulang
75
Bab 73 Syukuran Baby Ale
76
Bab 74 Ada Penguntit
77
Bab 75 Tinggalkan dia!
78
Bab 76 Diculik
79
Bab 77 Duel
80
Bab 78 Cepat sehat ya!
81
Bab 79 Rujuk?
82
Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83
Pengumuman Give Away
84
Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85
Promo Mainan CEO Arogant
86
Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!