Tawanan Cinta Playboy
Lama sekali datangnya. Katanya jam dua siang sudah sampai. Ini udah jam tiga masih belum juga nongol. Ah ... Sandal kebiasaan telat. Kamu pikir menunggu itu enak? Big no, Sandal. Punya sahabat dan bos, kenapa modelan kayak dia sih? Udah Playboy, senang banget PHP-in orang, gerutu Thalia Rafika Azhari dalam hati.
Seorang gadis cantik yang imut dengan Surai hitam yang panjang, terus saja menggerutu. Dia yang diminta menjemput bosnya sekaligus sahabatnya di bandara, harus menunggu lebih dari satu jam. Karena ternyata Sandiaga Lancanter, seseorang yang sedang dia tunggu, seseorang yang dia cintai dalam diam belum menunjukkan batang hidungnya. Padahal dari jadwal penerbangannya, seharusnya sudah sampai satu jam yang lalu.
Saat Thalia sedang asyik menggerutu, terlihat segerombolan orang yang baru keluar dari terminal kedatangan domestik. Namun, yang membuat gadis itu merasa kaget, saat ada seseorang yang memanggil nama khususnya.
"TALI RAFIA, AKU DATANG ...," teriak Sandi, nama panggilan Sandiaga Lancanter sehari-hari.
Terlihat Sandi menarik kopernya dengan seorang gadis cantik. Gadis itu menggandeng tangan Sandiaga dengan mesra. Melihat semua itu, Thalia hanya bisa menghembuskan napas pelan.
Gadis mana lagi yang dia bawa? Pasti nanti aku yang repot saat si Sandal ingin lepas dari gadis itu, batin Thalia.
"Kenapa baru sampai? Kamu tahu, aku menunggu dari satu jam yang lalu. Besok-besok aku gak mau kalau diminta buat jemput kamu lagi," sewot Thalia saat Sandi sudah ada di depannya.
"Jangan marah dong, Sayang! Aku terpaksa mundur satu jam, karena Airin ingin pulang bersamaku. Rin, kenalin ini sahabat aku yang paling top markotop." Sandi langsung merangkul pundak Thalia. Sudah bukan hal yang aneh bagi Thalia jika Sandi bersikap seperti itu.
"Hai ... Aku Airin. Pacar barunya Sandi."
"Aku Thalia," ucap Thalia datar.
"Ayo sayang-sayangku, kita pulang. Tali, kita antar Airin dulu ya! Baru pulang," ucap Sandi.
"Siap, Bos!" Thalia langsung berlalu pergi menuju ke mobilnya. Sebisa mungkin dia menyembunyikan rasa tidak sukanya saat melihat Sandi dan Airin berjalan bergandengan tangan.
Sadar Thalia! Sandal hanya menganggap kamu sebagai sahabatnya. Tidak mungkin dia memiliki perasaan yang sama sepertimu. Kamu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gadis-gadis yang pernah dekat dengan Sandi, batin Thalia.
"Tali, biar aku saja yang nyetir. Kamu duduk di sampingku saja," ucap Sandi.
"Aku saja yang duduk samping kamu," potong Airin.
Tanpa bicara lagi, Thalia langsung masuk ke pintu belakang. Dia tidak ingin melihat kemesraan Sandi dan Airin yang duduk di kursi depan. Thalia pun langsung memejamkan matanya. Dia memilih tidur selama perjalanan menuju apartemen.
Apa kamu cemburu Tali? Aku ingin tahu seberapa kuat kamu menyembunyikannya dariku, batin Sandi.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sandi sesekali melihat Thalia lewat kaca mobil. Kedua sudut bibirnya terangkat sempurna melihat kepala Thalia yang bergoyang ke sana ke mari. Rupanya gadis itu benar-benar tertidur pulas.
"Sandi, sejak kapan kalian bersahabat?" tanya Airin.
"Sejak kami duduk di bangku SMP. Aku dan Tali selalu satu kelas hingga SMU bahkan kuliah pun, kami mengambil jurusan yang sama. Makanya selain kami bersahabat, dia juga orang kepercayaan aku dalam mengelola beberapa kafe yang ada di ibu kota," jelas Sandi.
"Oh, sedekat itu ya hubungan kalian. Sampai aku sempat berpikir, kalau kalian memiliki hubungan khusus yang lebih dari sekedar sahabat," ungkap Airin.
Aku juga inginnya begitu, batin Sandi.
Setelah melewati beberapa gedung, barisan toko dan ruko serta mall yang terlihat ramai, Sandi segera membelokkan mobilnya pada sebuah perumahan elit. Dia pun langsung menghentikan mobilnya di depan rumah bercat putih dengan pagar yang tinggi.
"Mau mampir dulu gak?" tanya Airin.
"Aku langsung pulang, kasian dia udah tepar gitu." Sandi melihat sekilas ke arah Thalia yang masih betah tidur meskipun mobil sudah berhenti.
"Iya gak apa. Next time main ke rumahku ya!" pinta Airin.
"Pasti dong, Cantik!" Sandi tersenyum hangat pada Airin. "Ayo aku bantu keluarkan koper kamu!"
Sandi langsung ke luar mobil dan menuju bagasi. Setelah dia menyimpan koper Airin di depan pintu gerbang, dia pun bergegas akan masuk kembali lagi ke mobil. Namun Airin segera melongokkan kepalanya di kaca mobil.
"See you ... Thanks ya untuk semuanya," ucap Airin sebelum akhirnya dia keluar mobil.
"You're welcome."
***
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari arah rumah Airin, Sandi pun langsung membelokkan mobilnya ke arah apartemen yang dia tempati. Semenjak perceraian orang tuanya, dia memilih untuk tidak tinggal dengan salah satunya. Dia pun memilih kost di dekat rumah Thalia, sebelum akhirnya membeli apartemen.
"Kebo banget tidurnya. Apa karena jauh dari aku, kamu sampai susah tidur?" gumam Sandi saat akan mengangkat tubuh sahabatnya.
Namun, baru saja dia melongokkan kepalanya ke dalam dengan tangan yang siap mengangkat tubuh Thalia, gadis itu langsung membuka matanya. Dengan jarak wajah yang begitu dekat, Thalia bisa merasakan aroma napas Sandi. Tidak jauh berbeda dengan Thalia, Sandi pun langsung terdiam mematung. Dia menatap lekat iris mata coklat gadis yang ada di depannya.
"Awas Sandal! Jangan melihat aku seperti itu! Aku bukan gadis ...." Thalia tidak melanjutkan ucapannya saat Sandi mengecup singkat bibirnya.
"Jangan bandingkan kamu dengan gadis-gadis itu, kalau tidak ingin aku cium beneran!" Sandi langsung berlalu pergi mengambil kopernya di bagasi.
Dia tidak peduli jika Thalia akan marah-marah padanya. Sudah menjadi hal biasa jika mereka bersitegang ataupun berbeda pendapat. Karena ujungnya mereka akan berdamai seperti tidak pernah terjadi keributan di antara keduanya.
"Dasar Playboy cap kadal! Seenaknya saja main cium-cium aku," sungut Thalia.
Dia terus saja memasang wajah masam sampai masuk ke dalam apartemen Sandi. Meskipun kesal, tak urung gadis itu menyiapkan makanan untuk sahabatnya. Dia memang sengaja memasak sebelum menjemput Sandi. Agar saat Saadi datang, tinggal menghangatkannya.
"Tali, jangan marah dong! Nih aku bawakan oleh-oleh," pinta Sandi seraya memperlihatkan sebuah kotak perhiasan pada Thalia.
"Sandal, kamu kan tahu aku gak terlalu suka pakai perhiasan."
Kamu memang beda dari gadis-gadis itu, Tali. Aku memang sengaja beli buat kamu saat tadi Airin meminta di antar beli oleh-oleh untuk mamanya, batin Sandi.
"Gak apa disimpan saja, buat kenang-kenangan kalau kamu pernah menunggu aku," ucap Sandi cuek.
"Ya udah, makasih Sandal!" Thalia memaksakan bibirnya tersenyum, sehingga Sandi tertawa kecil melihat senyuman kaku dari sahabatnya.
"Gak usah senyum kalau lagi kesal! Jatuhnya jadi jelek. Kelihatan banget kalau senyumnya gak ikhlas," ucap Sandi seraya menjawil hidung Thalia gemas.
Kamu tahu, Sandal. Sikap kamu yang seperti ini, yang membuat aku salah paham dan berharap sama kamu. Aku memang bodoh, sudah tahu dia playboy tapi masih saja terbawa perasaan.
...~Bersambung~...
...Ikuti terus ya kawan kelanjutan kisah Tali Sandal! Jangan lupa dukungannya ya!...
...Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Lies Atikah
mampir thor lanjut
2025-04-19
0
Sulaiman Efendy
TERJEBAK DGN PRASAAN CINTA MASING2, TPI MALU ATAU GENGSI UNTUK MNGAKUI..
2024-01-01
0
Sasa Al Khansa 💞💞
sama-sama cinta dalam diam..
2022-12-28
1