Bab 5 Bohong

Udara pagi yang dingin, membuat seorang gadis semakin mengeratkan pelukannya pada seseorang yang dia kira guling. Thalia tidak sadar kalau sekarang dirinya sedang tertidur dengan Sandi saling berpelukan. Sampai saat terdengar suara jam beker, tangan Thalia pun langsung meraba-raba mencari keberadaan benda itu.

Matanya yang masih terpejam, membuat dia tanpa sengaja meraba sesuatu yang menonjol dan terasa keras di tangannya. Hingga sebuah tangan mencengkeram tangannya dan menghentikannya

"Jangan diteruskan! Kalau kamu tidak ingin menanggung akibatnya," ujar Sandi dengan mata yang masih terpejam.

Seketika Thalia membuka matanya saat mendengar suara yang begitu dikenalnya. Matanya langsung terbelalak ketika menyadari dia tidur bersama dengan Sandi di kamar pemuda itu. Berkali-kali dia melihat ke arah badannya dan memastikan kalau baju yang dipakainya masih lengkap.

"Sandal, apa yang kamu lakukan? Kenapa aku ada di sini?" tanya Thalia panik.

"Kamu sendiri yang datang ke sini. Mana mungkin aku membiarkan sahabatku kedinginan tidur sendiri," jawab Sandi cuek.

"Hey, bangun! Apa yang telah terjadi semalam?" tanya Thalia lagi.

"Kamu mencoba merayuku dan memaksa ingin tidur bersamaku," ucap Sandi.

"Tidak mungkin aku murahan seperti itu! Kamu jangan membohongi aku!" sentak Thalia

"Ya ampun Tali! Masih pagi sudah marah-marah. Aku akan tanggungjawab kalau kamu hamil."

Aku gak kuat ingin tertawa melihat ekspresi frustasi dia. Cuma tidur bareng saja panik. Padahal kalau kemping sering tidur bersama, batin Sandi.

"Tidak! Kamu gak mungkin tega sama aku, bukankah kita bersahabat? Mana mungkin kamu tega menghancurkan masa depanku." Setetes air mata memaksa jatuh dari pelupuk mata Thalia. Meskipun benar kalau dia mencintai Sandi. Tapi rasanya dia tidak ikhlas Sandi merenggut kehormatannya.

Yah, malah nangis. Aku gak nyangka kalau dia akan nangis seperti ini. Aku pikir, dia akan memukuli aku seperti biasanya, batin Sandi.

"Gak terjadi apa-apa, Tali. Semalam kamu mengigau jalan ke sini. Ya sudah aku ajak tidur saja, lagian gak ngapa-ngapain cuma tidur." Bohong Sandi.

"Beneran?"

"Iya bener, untuk apa aku bohong sama kamu."

Aku gak bohong tapi juga gak jujur. Sorry Tali, semalam memang aku yang gendong kamu ke sini. Aku gak bisa tidur, makanya ajak kamu buat nemenin, batin Sandi.

"Ya sudah, aku balik lagi ke kamar. Kamu cepat siap-siap! Bukankah mau ke kafe pusat?"

"Iya, sayangku!" Tanpa permisi, lagi-lagi Sandi mencuri kecupan di bibir Thalia sekilas. Sebelum akhirnya pemuda tampan itu berlari menuju ke kamar mandi.

Dasar sandal! Kalau gak cinta, aku timpuk pake sendal curi-curi ciuman terus. Akh ... Padahal pacarku saja belum pernah cium aku tapi dia sering banget. Entahlah aku bingung, meskipun aku pernah punya pacar tapi gak bisa melupakan perasaan aku sama playboy itu, keluh Thalia dalam hati.

Thalia langsung bergegas ke kamar yang dia tempati. Meskipun Thalia baru kali ini menginap di apartemen Sandi, tetapi pemuda itu sengaja menyiapkan baju ganti untuk sahabatnya. Karena sedari mereka masih kuliah, mereka sering menghabiskan waktu berdua di apartemen untuk mengerjakan tugas ataupun menonton film kesukaannya.

Setelah Thalia siap dengan penampilannya yang fresh, gadis itu langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Kepergian ibunya di saat dia masih kecil membuat Thalia menjadi anak yang mandiri. Apalagi, ibu tirinya sering membebankan pekerjaan rumah kepadanya. Membuat dia tidak asing dengan pekerjaan ibu rumah tangga.

Setelah selesai memasak yang membersihkan dapur, dia pun segera menyiapkan sarapannya di meja makan. Sambil menunggu Sandi siap, dia pun memilih untuk membereskan apartemen.

"Tali, ayo sarapan!" ajak Sandi seraya merangkul pundak sahabatnya. "Tidak usah bersih-bersih, nanti juga ada petugas yang datang ke mari untuk membersihkan apartemen. Kamu cukup menyiapkan makanan untuk aku. Kamu tahu Tali, masakan kamu selalu membuat aku nagih."

"Pantas saja kamu sering menghabiskan bekal aku. Padahal aku hanya bawa omlette ke sekolah. Nanti aku ajari istri kamu biar rasa masakannya sama dengan buatan aku."

"Kenapa gak kamu saja? Biar gak usah ngajarin." Sandi menatap lekat Thalia yang kini sudah duduk berhadapan dengannya.

"Aku gak masuk kategori kamu. Sudahlah, gak usah bahas yang gituan," tukas Thalia. Dia langsung memakan makanan yang ada di piringnya. Dia tidak ingin terbuai dengan harapan yang menurutnya tidak akan jadi kenyataan.

...***...

Suasana kafe terlihat ramai. Thalia sedari tadi terus mondar-mandir melayani pelanggan. Sepertinya hari ini banyak orang yang ingin merilekskan pikirannya dengan nongkrong di kafe, saling bersenda gurau dengan teman dan sahabatnya.

"Mbak Thalia, ada yang mencari," ucap Laras, salah satu pelayan kafe.

"Siapa?"

"Gak tahu, tapi ibu-ibu menor banget. Sepertinya dia orang kaya," jawab Laras. "Di sebelah sana, Mbak!" tunjuk-nya.

Thalia pun langsung menuju ke arah meja yang tadi ditunjuk oleh Laras. Saat tiba di sana, Thalia sempat terkaget melihat ibu tirinya. Tidak biasanya istri ayahnya itu menemui dia di kafe.

"Ibu, ada apa mencari aku?" tanya Thalia.

"Duduk dulu, Lia. Ibu ada perlu sama kamu. Kenapa semalam tidak pulang?" tanya Eva.

"Maaf, Bu. Aku kemalaman di rumah Melati."

"Iya, gak apa. Asalkan kamu kasih kabar kalau mau menginap," ucap Eva lembut.

Tumben Ibu tidak marah-marah. Biasanya pasti ceramah kalau aku pulang telat atau menginap di tempat teman, batin Thalia.

"Iya, Bu. Lia pasti kasih kabar kalau tidak bisa pulang," ucap Thalia.

"Oh, iya Lia. Ibu ke sini sebenarnya sedang butuh uang untuk bayar tagihan belanja online. Apa kamu pegang uang dua juta? Ayah kamu sedang tidak punya uang makanya ibu minta sama kamu." Eva menatap dalam anak tirinya. Dia sangat berharap Thalia akan memberikan uang seperti yang dia inginkan.

"Aku adanya lima ratus ribu, kalau ibu mau nanti aku ambilkan."

"Apa? Cuma lima ratus ribu? Kamu kerja sampai malam hanya menyimpan uang segitu? Lebih baik kamu berhenti kerja di kafe dan melamar ke perusahaan besar," cibir Eva.

Thalia hanya diam mendengar apa yang ibu tirinya katakan. Sejujurnya dia merasa malu, karena banyak pengunjung yang melihat ke arahnya. "Ibu, tolong bicaranya pelan! Tidak enak dengan pengunjung yang lain."

"Ibu itu gak ngerti dengan jalan pikiran kamu. Kuliah empat tahun, ujung-ujungnya jadi pelayan kafe. Habis-habiskan uang saja." Eva terus saja meremehkan Thalia.

Sementara Thalia hanya diam. Bukannya tidak punya uang sebanyak yang ibu tirinya minta, tapi dia khawatir, ibu tirinya terus-menerus meminta kepadanya. Padahal uang belanja dari ayahnya saja sudah lumayan besar, sedangkan Thalia jarang mendapatkan uang jajan dari orang tuanya. Kalau saja dulu, dia tidak berteman baik dengan Sandi, mungkin Thalia tidak akan pernah merasakan makanan yang mahal dan enak.

...~Bersambung~...

...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment vote rate gift dan favorite....

...Terima kasih....

Terpopuler

Comments

Felisha Almaira

Felisha Almaira

kamu ngeraba nya kemana??🤭🤭🤭🤭Beker kan samping kok ke bawah🙈

2023-03-22

1

Nicky Nick

Nicky Nick

ooh ibu tiri ...

2023-02-02

0

AdindaRa

AdindaRa

Kalo di tumpuk pake sandal jadinya sandal makan sandal dong yaaa 🤣

2022-08-08

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Playboy Cap Kadal
2 Bab 2 Jangan marah dulu!
3 Bab 3 Bertemu Idola
4 Bab 4 Hanya Sahabat
5 Bab 5 Bohong
6 Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7 Bab 7 Kamu marah?
8 Bab 8 Tali bantu aku!
9 Bab 9 Kompensasi Putus
10 Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11 Bab 11 First Kiss
12 Bab 12 Pasar Malam
13 Bab 13 Bersama Jojo
14 Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15 Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16 Bab 16 Sakit
17 Bab 17 Bersama Papa
18 Bab 18 Kena Batunya
19 Bab 19 Pulang
20 Bab 20 Dimana kamu?
21 Bab 21 Hanya Ada Kita
22 Bab 22 Sahabat Tercinta
23 Bab 23 Flashback Sandi
24 Bab 24 Ayah!!!
25 Bab 25 Packing
26 Bab 26 Kapan nikah?
27 Bab 27 Kedatangan Jojo
28 Bab 28 Raline Kabur
29 Bab 29 Persiapan Pernikahan
30 Bab 30 Bertemu Tifani
31 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33 Bab 32 Percaya sama aku, please!
34 Bab 33 Kala Hujan
35 Bab 34 Mantan vs Mantan
36 Bab 35 Siuman
37 Bab 36 Kelinci Percobaan
38 Bab 37 Apa kamu yakin?
39 Bab 38 Pulang
40 Bab 39 Menginap?
41 Bab 40 Apa kamu gugup?
42 Bab 41 Ancaman Simon
43 Bab 42 Pengganggu
44 Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45 Bab 44 Positif
46 Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47 Bab 46 Hampir Tertabrak
48 Bab 47 Kemarahan Sandi
49 Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50 Bab 49 Ketemu
51 Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52 Bab 51 Melepaskan Rindu
53 Bab 52 Sandi vs Ivan
54 Bab 53 Pernikahan Camelia
55 Bab 54 Hot Jeletot
56 Bab 55 Ratu di Hati
57 Bab 56 Terkuak
58 Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59 Bab 58 Sama-sama Butuh
60 Bab 59 Dikira Maling
61 Bab 60 Hentikan, Ayah!
62 Bab 61 Menjenguk Jojo
63 Bab 62 Kejujuran Melati
64 Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65 Bab 64 Masalah Kafe
66 Bab 65 Thalia Merajuk
67 Author Menyapa
68 Bab 66 Terpaksa Berbohong
69 Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70 Bab 68 Siapa yang datang?
71 Bab 69 Sembunyi
72 Bab 70 Lahir Prematur
73 Bab 71 Baby Ale
74 Bab 72 Ale Pulang
75 Bab 73 Syukuran Baby Ale
76 Bab 74 Ada Penguntit
77 Bab 75 Tinggalkan dia!
78 Bab 76 Diculik
79 Bab 77 Duel
80 Bab 78 Cepat sehat ya!
81 Bab 79 Rujuk?
82 Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83 Pengumuman Give Away
84 Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85 Promo Mainan CEO Arogant
86 Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1 Playboy Cap Kadal
2
Bab 2 Jangan marah dulu!
3
Bab 3 Bertemu Idola
4
Bab 4 Hanya Sahabat
5
Bab 5 Bohong
6
Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7
Bab 7 Kamu marah?
8
Bab 8 Tali bantu aku!
9
Bab 9 Kompensasi Putus
10
Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11
Bab 11 First Kiss
12
Bab 12 Pasar Malam
13
Bab 13 Bersama Jojo
14
Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15
Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16
Bab 16 Sakit
17
Bab 17 Bersama Papa
18
Bab 18 Kena Batunya
19
Bab 19 Pulang
20
Bab 20 Dimana kamu?
21
Bab 21 Hanya Ada Kita
22
Bab 22 Sahabat Tercinta
23
Bab 23 Flashback Sandi
24
Bab 24 Ayah!!!
25
Bab 25 Packing
26
Bab 26 Kapan nikah?
27
Bab 27 Kedatangan Jojo
28
Bab 28 Raline Kabur
29
Bab 29 Persiapan Pernikahan
30
Bab 30 Bertemu Tifani
31
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33
Bab 32 Percaya sama aku, please!
34
Bab 33 Kala Hujan
35
Bab 34 Mantan vs Mantan
36
Bab 35 Siuman
37
Bab 36 Kelinci Percobaan
38
Bab 37 Apa kamu yakin?
39
Bab 38 Pulang
40
Bab 39 Menginap?
41
Bab 40 Apa kamu gugup?
42
Bab 41 Ancaman Simon
43
Bab 42 Pengganggu
44
Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45
Bab 44 Positif
46
Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47
Bab 46 Hampir Tertabrak
48
Bab 47 Kemarahan Sandi
49
Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50
Bab 49 Ketemu
51
Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52
Bab 51 Melepaskan Rindu
53
Bab 52 Sandi vs Ivan
54
Bab 53 Pernikahan Camelia
55
Bab 54 Hot Jeletot
56
Bab 55 Ratu di Hati
57
Bab 56 Terkuak
58
Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59
Bab 58 Sama-sama Butuh
60
Bab 59 Dikira Maling
61
Bab 60 Hentikan, Ayah!
62
Bab 61 Menjenguk Jojo
63
Bab 62 Kejujuran Melati
64
Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65
Bab 64 Masalah Kafe
66
Bab 65 Thalia Merajuk
67
Author Menyapa
68
Bab 66 Terpaksa Berbohong
69
Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70
Bab 68 Siapa yang datang?
71
Bab 69 Sembunyi
72
Bab 70 Lahir Prematur
73
Bab 71 Baby Ale
74
Bab 72 Ale Pulang
75
Bab 73 Syukuran Baby Ale
76
Bab 74 Ada Penguntit
77
Bab 75 Tinggalkan dia!
78
Bab 76 Diculik
79
Bab 77 Duel
80
Bab 78 Cepat sehat ya!
81
Bab 79 Rujuk?
82
Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83
Pengumuman Give Away
84
Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85
Promo Mainan CEO Arogant
86
Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!