Bab 2 Jangan marah dulu!

Malam yang mulai larut tidak jadi halangan buat seorang gadis cantik untuk memacu kendaraannya. Thalia yang sudah terbiasa berkendara meskipun hari sudah malam, terus saja menambah kecepatan sepeda motornya, saat berada di jalan yang sepi. Sampai akhirnya, dia membelokkan roda dua itu ketika sudah sampai di sebuah rumah minimalis yang berlantai dua.

Berkali-kali dia menghembuskan napasnya kasar. Tatkala mendengar keributan dari dalam rumahnya. Dia sudah bisa menduga kalau ayah dan ibu tirinya pasti sedang bertengkar. Tidak ingin ikut campur urusan orang tuanya, dia pun berlalu begitu saja melewati ayah dan ibu tirinya.

"Dasar anak tidak tahu sopan dan santun, lewat depan orang tua tidak ada basa-basinya," hardik Eva, ibu tiri Thalia.

Mendengar ucapan ibu tirinya, Thalia pun menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Eva. "Maaf Bu! Aku hanya tidak ingin mengganggu pembicaraan Ibu dan Ayah."

"Dari mana kamu jam segini baru pulang? Sudah lulus kuliah tapi masih belum kerja di perusahaan besar. Untuk apa kamu punya gelar sarjana tapi hanya kerja jadi pelayan kafe," cela Eva. Dia sangat tidak suka melihat Thalia berteman baik dengan Sandi. Karena menurutnya, putrinya lebih cocok dekat Sandi. Namun, pemuda itu seakan tidak pernah melihat ke arah putrinya.

"Jaga bicaramu, Eva! Meskipun hanya bekerja di kafe tapi setidaknya dia memiliki pekerjaan. Tidak menghambur-hamburkan uang terus seperti kamu ataupun putrimu itu," sentak Gerry, ayahnya Thalia.

"Ayah, kenapa perhitungan sekali sama anak dan istri? Aku menghamburkan uang juga untuk menjaga penampilan agar tidak mempermalukan Ayah," sanggah Eva.

"Sudahlah! Aku capek bicara denganmu. Sudah berkali-kali aku bilang, jangan terlalu sering belanja online. Tapi kamu tidak mau mendengarkan. Mending kalau toko kita sedang rame, lah sekarang kondisinya sedang sepi karena sudah banyak minimarket di daerah sini."

"Makanya Ayah terima saja tawaran Tuan Simon. Gak ada ruginya buat kita."

"Maaf Ayah, Ibu, apa boleh aku ke kamar? Aku merasa lelah ingin segera istirahat," tanya Thalia.

"Istirahat saja, Nak. Jangan pedulikan kami!" suruh Gerry.

"Baik, Ayah! Selamat malam," sahut Thalia kemudian berlalu pergi menuju ke kamarnya.

Terkadang Thalia merasa sakit hati dengan ucapan Eva yang bicara seenaknya. Akan tetapi, sebisa mungkin dia memakluminya. Apalagi, Thalia tahu kalau selama ini Eva yang telah mengurusnya. Meskipun perlakuannya sering berat sebelah antara dia dan adik tirinya.

Sabar Thalia, orang sabar disayang Tuhan, batin Thalia.

Perlahan Thalia membuka pintu kamarnya. Bersamaan dengan Tifani, adik tirinya yang keluar dari kamar sebelah. Karena memang, kamar mereka bersebelahan.

"Baru pulang, Kak?" tanya Tifani.

"Iya, Kakak masuk dulu ya!" pamit Thalia seraya masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.

Thalia langsung menuju ke tempat tidur. Dia merebahkan badannya yang lelah. Pandangan menatap lurus ke langit-langit kamar. Hati dan badannya sangat lelah, sehingga tidak butuh waktu lama, Thalia pun masuk ke dunia mimpi.

Dini hari menjelang, Thalia terbangun saat mendengar bunyi ponselnya yang tidak mau berhenti. Dia pun segera mencari di mana ponsel itu dia simpan. Saat sudah menemukannya, dilihatnya sebuah nama yang sedari tadi terus menerus menghubunginya.

"Sandal, ngapain sih pagi-pagi ganggu orang tidur. Masih jam tiga pagi sudah rusuh," gerutu Thalia seraya menggeser tombol hijau di ponselnya.

"Pagi, Sayang!" terlihat di layar ponselnya Sandi tersenyum manis padanya.

"Apaan sih, Sandal? Pagi-pagi udah gangguin orang saja. Lihat masih jam tiga pagi!"

"Hehehe ... Sengaja aku bangunin biar kamu gak telat bangun. Apa kamu lupa, pagi ini kita akan berangkat ke puncak? Aku jemput kamu jam enam pagi, harus sudah siap dan cantik. Kita akan mampir dulu ke lokasi syuting Camelia."

"Apa?! Demi gadis itu kamu tega mengganggu waktu tidurku? Jahara kamu jadi sahabat aku!" pekik Thalia kesal.

"Eits ... Jangan marah dulu! Nanti aku kasih bonus tambahan oke! Katanya kamu ingin lanjut S2, lumayan loh buat tambah tabungan," rayu Sandi.

"Iya, iya! Aku tutup ya, aku mau siap-siap dulu!"

Klik

Thalia langsung menutup ponselnya. Dia pun melanjutkan tidurnya. Masa bodoh dengan apa yang Sandi katakan, yang penting saat jam enam pagi, dia sudah siap untuk berangkat ke puncak.

Sementara Sandi tersenyum senang karena berhasil mengerjai sahabatnya. Semalam dia tidak bisa tidur karena banyak hal yang harus dia pikirkan. Makanya dia sengaja mengubungi Thalia agar hatinya bisa tenang.

Hanya dengan menatap wajah gadis itu, ataupun mendengar suara cerewetnya, semua hal yang mengganggu pikirannya seolah-olah sirna.

"Sudahlah! Aku tidur satu jam dulu!" gumam Sandi.

Hatinya sudah mulai tenang. Pikirannya sudah bisa diajak kompromi. Dia pun langsung terpejam saat kepalanya menempel pada bantal.

Pagi harinya, lagi-lagi Thalia dibuat kesal oleh Sandi. Pemuda tampan yang mengajaknya berangkat jam enam pagi, ternyata masih tertidur lelap. Thalia terpaksa menyusul Sandi ke apartemennya karena saat jam sudah menunjukkan angka tujuh, sahabatnya itu belum menampakkan batang hidungnya.

"Ya ampun Sandal bangun! Lihat sudah siang! Katanya mau ke puncak, lihat pembangunan kafe di sana." Thalia terus menggoyang-goyangkan tubuh Sandi hingga akhirnya pemuda tampan itu membuka matanya.

"Tali, banguninnya yang benar dong! Masa seperti itu," protes Sandi.

"Memang harus seperti apa? Ayo cepat bangun! Lihat, sudah jam tujuh lewat!"

"Harusnya seperti ini." Sandi langsung menarik tangan Thalia hingga gadis itu jatuh di atas tubuh kekar sahabatnya.

"Sandal apa-apaan sih?" Thalia langsung bangun dari tubuh sahabatnya. Dia tidak ingin kalau Sandi sampai tahu jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Jantung tolong kondisikan! Jangan sampai dia besar kepala karena tahu jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, batin Thalia.

"Cepat mandi, aku siapkan sarapan dulu." Thalia langsung berlalu pergi meninggalkan Sandi menuju ke dapur.

Setibanya di dapur, gadis itu langsung mencengkeram dadanya. Jantung masih berdetak kencang. Dia pun mengambil napas dalam-dalam untuk menetralkan perasaannya.

Sementara Sandi hanya tersenyum samar. Dia pun langsung bergegas menuju ke kamar mandi. Setelah semua urusan kamar mandi selesai, Sandi segera berpakaian dan merapikan penampilannya.

Pemuda tampan itu berjalan begitu gagahnya menghampiri Thalia yang sedang menyiapkan sarapan untuknya. Tanpa suara, dia mencuri ciuman pipi sahabatnya. "Makasih, Tali!" ucapnya.

"Makasih buat apa? Apa kamu begitu senang membuat aku kesusahan? Pagi-pagi bangunin aku, suruh bersiap pagi-pagi, katanya mau ke lokasi syuting Camelia tapi setelah aku menunggu satu jam lebih, ternyata kamu masih asyik-asyikan tidur," cerocos Thalia sewot.

"Tali jangan marah! Nanti gak laku loh," cetus Sandi.

"Apa?? Kamu nyumpahin aku gak laku? Sungguh terlalu kamu, Sandal!"

...~Bersambung~...

...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, vote, rate, gift, dan favorite....

...Terima kasih....

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SIMON YG CASSANOVA YG REBUT RALINE IBUNYA SANDI, APA MAU DIJODOHKN SAMA ALI.

2024-01-02

1

Sang

Sang

definisi kata "mengurusnya" adalah "membuat kurus" benar-benar ibu tiri idola

2023-06-06

1

Hartaty

Hartaty

emang gak ada nama lain Thor pake sandal gitu singkatan nya🤣🤣🤣

2023-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Playboy Cap Kadal
2 Bab 2 Jangan marah dulu!
3 Bab 3 Bertemu Idola
4 Bab 4 Hanya Sahabat
5 Bab 5 Bohong
6 Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7 Bab 7 Kamu marah?
8 Bab 8 Tali bantu aku!
9 Bab 9 Kompensasi Putus
10 Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11 Bab 11 First Kiss
12 Bab 12 Pasar Malam
13 Bab 13 Bersama Jojo
14 Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15 Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16 Bab 16 Sakit
17 Bab 17 Bersama Papa
18 Bab 18 Kena Batunya
19 Bab 19 Pulang
20 Bab 20 Dimana kamu?
21 Bab 21 Hanya Ada Kita
22 Bab 22 Sahabat Tercinta
23 Bab 23 Flashback Sandi
24 Bab 24 Ayah!!!
25 Bab 25 Packing
26 Bab 26 Kapan nikah?
27 Bab 27 Kedatangan Jojo
28 Bab 28 Raline Kabur
29 Bab 29 Persiapan Pernikahan
30 Bab 30 Bertemu Tifani
31 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32 Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33 Bab 32 Percaya sama aku, please!
34 Bab 33 Kala Hujan
35 Bab 34 Mantan vs Mantan
36 Bab 35 Siuman
37 Bab 36 Kelinci Percobaan
38 Bab 37 Apa kamu yakin?
39 Bab 38 Pulang
40 Bab 39 Menginap?
41 Bab 40 Apa kamu gugup?
42 Bab 41 Ancaman Simon
43 Bab 42 Pengganggu
44 Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45 Bab 44 Positif
46 Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47 Bab 46 Hampir Tertabrak
48 Bab 47 Kemarahan Sandi
49 Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50 Bab 49 Ketemu
51 Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52 Bab 51 Melepaskan Rindu
53 Bab 52 Sandi vs Ivan
54 Bab 53 Pernikahan Camelia
55 Bab 54 Hot Jeletot
56 Bab 55 Ratu di Hati
57 Bab 56 Terkuak
58 Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59 Bab 58 Sama-sama Butuh
60 Bab 59 Dikira Maling
61 Bab 60 Hentikan, Ayah!
62 Bab 61 Menjenguk Jojo
63 Bab 62 Kejujuran Melati
64 Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65 Bab 64 Masalah Kafe
66 Bab 65 Thalia Merajuk
67 Author Menyapa
68 Bab 66 Terpaksa Berbohong
69 Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70 Bab 68 Siapa yang datang?
71 Bab 69 Sembunyi
72 Bab 70 Lahir Prematur
73 Bab 71 Baby Ale
74 Bab 72 Ale Pulang
75 Bab 73 Syukuran Baby Ale
76 Bab 74 Ada Penguntit
77 Bab 75 Tinggalkan dia!
78 Bab 76 Diculik
79 Bab 77 Duel
80 Bab 78 Cepat sehat ya!
81 Bab 79 Rujuk?
82 Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83 Pengumuman Give Away
84 Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85 Promo Mainan CEO Arogant
86 Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1 Playboy Cap Kadal
2
Bab 2 Jangan marah dulu!
3
Bab 3 Bertemu Idola
4
Bab 4 Hanya Sahabat
5
Bab 5 Bohong
6
Bab 6 Jangan curi kesempatan!
7
Bab 7 Kamu marah?
8
Bab 8 Tali bantu aku!
9
Bab 9 Kompensasi Putus
10
Bab 10 Kedatangan Tuan Simon
11
Bab 11 First Kiss
12
Bab 12 Pasar Malam
13
Bab 13 Bersama Jojo
14
Bab 14 Perjanjian Pra Nikah
15
Bab 15 Kamu Hanya Milikku
16
Bab 16 Sakit
17
Bab 17 Bersama Papa
18
Bab 18 Kena Batunya
19
Bab 19 Pulang
20
Bab 20 Dimana kamu?
21
Bab 21 Hanya Ada Kita
22
Bab 22 Sahabat Tercinta
23
Bab 23 Flashback Sandi
24
Bab 24 Ayah!!!
25
Bab 25 Packing
26
Bab 26 Kapan nikah?
27
Bab 27 Kedatangan Jojo
28
Bab 28 Raline Kabur
29
Bab 29 Persiapan Pernikahan
30
Bab 30 Bertemu Tifani
31
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
32
Bab 31 Minta Tanggung Jawab
33
Bab 32 Percaya sama aku, please!
34
Bab 33 Kala Hujan
35
Bab 34 Mantan vs Mantan
36
Bab 35 Siuman
37
Bab 36 Kelinci Percobaan
38
Bab 37 Apa kamu yakin?
39
Bab 38 Pulang
40
Bab 39 Menginap?
41
Bab 40 Apa kamu gugup?
42
Bab 41 Ancaman Simon
43
Bab 42 Pengganggu
44
Bab 43 Memiliki Seutuhnya
45
Bab 44 Positif
46
Bab 45 Hanya Bisa Berdoa
47
Bab 46 Hampir Tertabrak
48
Bab 47 Kemarahan Sandi
49
Bab 48 Terbebas Dari Camelia
50
Bab 49 Ketemu
51
Bab 50 Akhirnya Menemukanmu
52
Bab 51 Melepaskan Rindu
53
Bab 52 Sandi vs Ivan
54
Bab 53 Pernikahan Camelia
55
Bab 54 Hot Jeletot
56
Bab 55 Ratu di Hati
57
Bab 56 Terkuak
58
Bab 57 Cinta Butuh Perjuangan
59
Bab 58 Sama-sama Butuh
60
Bab 59 Dikira Maling
61
Bab 60 Hentikan, Ayah!
62
Bab 61 Menjenguk Jojo
63
Bab 62 Kejujuran Melati
64
Bab 63 Menancapkan Tongkat Sakti
65
Bab 64 Masalah Kafe
66
Bab 65 Thalia Merajuk
67
Author Menyapa
68
Bab 66 Terpaksa Berbohong
69
Bab 67 Kamu Yang Terhebat
70
Bab 68 Siapa yang datang?
71
Bab 69 Sembunyi
72
Bab 70 Lahir Prematur
73
Bab 71 Baby Ale
74
Bab 72 Ale Pulang
75
Bab 73 Syukuran Baby Ale
76
Bab 74 Ada Penguntit
77
Bab 75 Tinggalkan dia!
78
Bab 76 Diculik
79
Bab 77 Duel
80
Bab 78 Cepat sehat ya!
81
Bab 79 Rujuk?
82
Bab 80 Jodoh dari Tuhan
83
Pengumuman Give Away
84
Promo Novel Pernikahan Tanpa Hati
85
Promo Mainan CEO Arogant
86
Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!