BAB R&V 12

Hari mulai sore, vio dan kawan kawan bersiap untuk melaksanakan tugas dari pesantren. setelah di perundingkan dan di bagi kelompok, vio sekelompok dengan rana dan jesi. setiap kelompok berisi 3 orang santri yang akan di tugaskan membimbing tiap tpq yang ada di desa ini.

"vi, kamu sudah selesai?" tanya rana yang mengintip vio di pintu. vio yang seddang merapikan hijabnya menoleh ke arah rana, yang sudah rapi dari awal.

"ya, ini sudah" ujar vio setelah melihat penampilannya. "yuk" ajak vio yang mau keluar pintu. rana dan vio masuk ke mobil yang di sediakan untuk mengantar kita.

"sudah lengkap semua?" tanya ustad yang menjadi penanggung jawab di desa. beliau adalah alumni pesantren di mana kita menuntut ilmu, dan mengalap barokah.

Rana melihat ke teman temannya, memastikan lengkap semua. "lah, si jesi mana?" tanya rana.

Vio mengedarkan penglihatannya, di luar. "itu jesi" tunjuk vio yang melihat jesi baru keluar dari posko.

"JES, BURUAN" ujar rana. jesi berlari kecil dan membuka pintu mobil. "dari mana saja sih?" tanya rana

"hehe, biasa, ke kamar mandi dulu." jawab jesi  "ayo tad" ucap jesi.

mobil berjalan dengan santai menuju titik titik pemberhentian. vio melihat ke arah jendela, memandangi suasana sore hari. "turun yang di titik 1" ujar ustad yang menghentikan mobilnya.

vio, jesi dan rana langsung turun. "nanti di jemput jam 5, jangan pergi ke mana mana." pesan ustad.

"ya, tad" jawab kita sopan. "ya sudah ustad tinggal. assalamualaikum" ucap ustad.

"waalaikum salam" jawab kita serempak. mobil lanjut jalan, ke titik 2 dan 3.

Vio melihat ke arah TPQ yang mulai ramai anak anak berdatangan. hingga tiba waktu adzan ashar. mereka masuk mushola, dan melaksanakan ibadah ashar dengan jama'ah.

Di kediaman vila raka beberapa kali mengecek ponselnya, yang tidak ada kabar dari gadisnya itu.

"AGGH" teriak raka sambil membanting ponselnya di sofa yang ia duduki. "ke mana vio, kenapa tidak mengabariku" beo raka yang kesal. apa dia melupakannya, karena asik dengan teman temannya, atau dia ada gebetan lain di sana. pikiran raka tidak bisa positif, setelah dia menunggu dari siang, tapi tak kunjung ada kabar dari kekasihnya.

"kamu tahu aku bukan orang sabar vio" geram raka dengan menatap layar ponselnya.

Raka mengusap wajahnya kasar.

DRRRT ponsel raka bergetar, dengan cepat raka mengambil dan melihat layar yang menyala.

DERREN nama yang tertera dalam ponsel. dengan malas raka mengangkat panggilannya.

"jika tidak penting jangan menghubungiku." ucap raka tanpa basa basi.

"weer, santai,"

"gua lagi kesal derren, dan jangan sampai lo tambah membuat gua marah" ujar raka dengan dingin.

"why, bukannya lo lagi happy di sana dengan kekasihmu"

"to the poin" ujar raka yang muak dengan ocehan derren.

"ok. I'am serious. dia tidak  ada pergerakan" ujar derren dengan serius.

"Bagus, mungkin dia takut"

"tidak, aku takut, dia punya dataran lain"

"just wait" panggilan tertutup

Di sana Derren mengumpat serapah untuk raka. "untung gua sabar, kalau tidak, sudah gua kubur lo" beo raka pada dirinya sendiri.

*****

Setelah selesai melaksanakan sholat ashar, vio menata kembali mukena yang dia bawa dari posko. vio terdiam, seperti ada yang menjanggal. tapi apa.

"kenapa vi?" tanya jesi yang berada di samping vio.

"gak tahu, kayak ada yang janggal saja, tapi apa ya" bingung vio

"jemuran" tanya jesi. vio menggelengkan kepalanya " sudah aku tolong semua" vio sambil memikirkan yang terasa kelupaan olehnya.

"Astagfirullahal adzim" ucap vio sambil mengusap wajahnya pelan. vio melihat ke arah jesi yang menatapnya bingung.

"jes, aku lupa belom ngabarin raka dari siang, duh pasti marah tu orang" ujar vio yang merasa panik.

"kok bisa, lupa sih vi, aku gak ikutan ya, duh, mana serem banget kalau raka marah lagi" ujar jesi.

"kamu, jangan takutin aku dong jes" ujar vio yang panik bukan main. sampai terlintas ajah raka yang datar merah dan dingin. habislah riwayatnya kali ini.

"duh. vi, kenapa bisa sampai lupa sih." tanya jesi yang juga panik. walau bukan dirinya yang kena marah, tapi dia juga bisa merasakan apa yang vio rasakan. mungkin karena mereka sudah berteman lama, jadi ada sambungan tersendiri.

"kenapa kalian" tanya rana. yang baru saja datang.

"ini, vio lupa ngabarin raka dari siang" jawab jesi.

rana membulatkan matanya syok. "kok bisa vi" tanya rana.

"lupa" ucap vi tanpa semangat.

"ya sudah, sekarang kita fokus dulu sama kegiatan, masalah raka, kamu nanti hubungi dan minta maaf. pasti di akan memaafkan mu, dia kan cinta sama kamu" ucap rana yang berusaha menenangkan sahabatnya ini.

"tapi aku takut ran" jawab vi yang masih gelisah.

"coba saja dulu vi" ujar jesi. "benar kata rana, kita fokus dulu sama kegiatan, jangan sampai kesan pertama kita buruk" tambahnya

"ya, benar, apa lagi ini terakhir aku ikut kegiatan ini" ujar vi yang tidak bersemangat.

selesai berunding vio dan yang lain mulai ikut  berkumpul dengan anak anak yang sudah siap belajar mengaji. rana yang membuka suara terlebih dahulu, dan memperkenalkan kita ke mereka semua.

Pelajaran di mulai berkelompok, rana bersama 5 anak anak membuat lingkaran di pinggir sebelah kanan. jesi dengan kelompoknya, membuat kumpulan di belakang. dan vio tetap mengambil di depan. mereka mulai mengajar tentang kitab tajwid.

"ok, sini kalian merapat" ucap vio pada kelompoknya. mereka semua mengikuti intruksi dari vio. "kita mulai, tai sebelum memulai kak vio mau tanya nama kalian, agar kita saling mengenal. boleh?"

"ya kak." jawab kelompok vio antusias.

"ok, di mulai dari adik yang ini?" tunjuk vio pada adik yang ada di sebelahnya.

"nama saya Mahendra, panggil Hendra atau sayang boleh" ujar anak laki laki yang langsung mendapatkan sorakan dari teman temannya. vio membalas dengan senyuman. "ya Allah, dia masih kecil sudah pandai menggomba;, bagaimana kalau besar" pikir vio dengan menggelengkan kepalanya.

"iri, bilang " respond Hendra sambil membuka kopia dan menyisir  poninya ke belakang dengan sela sela jarinya.

"idih, sok kegantengan" cibir salah satu dari mereka.

"memang gan.."

"sudah kita lanjut perkenalannya." usul vio,

"kenalkan kakak, nama saya fatir" ucap fatir dengan senyum tengilnya.

"sok, manis kamu petir" kata Hendra.

"bukan sok mahameru tapi memang manis" jawab Fatir dengan menaik turunkan alisnya.

"Mahendra, petir, bukan Mahameru"

vio menggelengkan kepalanya, melihat anak kelompoknya yang mempunyai sikap ajaib bin ngeselin, sepertinya dia harus ekstra sabar menghadapi anak anak yang sikap candanya melewati usianya. by the way, siapa yang mengajari mereka.

"selanjutnya"

"nama saya rio temannya hendra, tapi sekarang saya mau ngajak kakak untuk berteman mau gak?" tanya rio.

"boleh" jawab vio tulus. " berteman hidup eaa" ujar rio dengan tertawanya.

KRIK KRIK KRIK mereka semua menatap rio heran. " kenapa gak ketawa?" tanya rio yang tidak mendengar adanya tawa temannya. " garing banget yo" ujar hendra.. rio menatap kesal ke hendra. sebagai teman tidak ada dukung dukungnya, walau tidak lucu setidaknya bantuin ketawa, jadi ngeneskan.

"next"

perkenalkan nama saya via, cewek ke dua paling manis, cantik, di keluarga saya." ucapnya ramah.

"ya iyalah, di rumah kamu kan perempuannya hanya 2, kamu sama ibumu, kakak mu laki semua" lia membulatkan matanya jengah, dengan temannya ynag satu ini.

"heheheh"

"di lanjut" ujar vio

"nama saya, lia, camelia" ucapnya sambil tersenyum manis. vio membalas senyuman lia dengan tulus. Dari ke kelima temannya, hanya lia yang tidak aneh aneh. "cewek paling cantik, keren badai habis" tambah lia dengan gayanya yang  narsis.

jleeb, vio yang senang karena anak kelompoknya ada yang besikap normal ternyata sama saja. dia seperti terbang dan jatuh saat itu juga.

vio mengelus dadanya, kenapa dia di kasih kelompok yang sikapnya anehaneh, sebanyak itukah dosanya, sampai harus mendapat ujian yang sangat berat. seperti saat ini, contohnya.

"baiklah, sekarang kita mulai belajarnya, kalian buka iqro' kita mulai dari mengasah lidah kita agar lemas dalam melantunkan Al-qu'an." ujar vio.

mereka semua, membuka kitabnya, vio berharap tidak ada pertanyaan yang absrut dari mereka, melihat tingkah mereka yang selalu bercanda membuat vio harus ekstra sabar.

"kak, kalau lidah kita di asah, nanti tajam dong" ujar rio dengan muka polosnya.

nah kan baru berharap, tidak ada pertanyaan yang absurt, memang benar, terkadang harapan tak sesuai dengan keadaan.

"benar, kita mengasah lidah, agar lidah kita tajam, sehingga ke tika kita mengaji, tidak terjadi terkilir dalam melantunkannya" jelas vio dengan senyum. "bisa kita mulai semua?" tanya vio pada kelompoknya.

'' jangan kak" balas reza. vio mengernyitkan dahinya,

"kenapa, rez, kamu gak mau belajar" ucap lia.

"pulang baek, kalo gak mau belajar ngaji" tambah Mahendra.

"jangan semua, satu satu maksudnya hehehe seuzonan terus sama aku kayaknya" tambah reza

"ye.. bukan seuzon, kamu nya saja yang kalo ngomong gak di perjelas"

"mangkanya, kamu jangan potong omongan orang" ujar reza.

''idih, siapa yang memotong, kamu nya saja yang ngomong jedanya lama banget" sewot lia tidak terima.

"terserah, perempuan memang merasa selalu benar" ujar reza.

"bukan merasa, tapi memang selalu benar." nakas lia.

"dih, kamu juga pernah salah" bacot hendra yang merasa harga diri sebagai laki laki di injak injak.

vio menikmati pertengkaran yang terjadi, dia hanya menyimak sampai mana pembahasan ini selesai.

"salah apa?" tanya lia menatap sangar ke hendra.

"ternyata selain merasa benar kamu juga pikun."

"enak saja, kamu saja yang pikun"

"kalau gak pikun pasti ingatkan waktu kita putus" ucap hendra dengan senyul sinisnya.

vio yang mencerna dari tadi, kaget, ternyata mereka sudah pernah pacaran, padahal di liat mereka ini masih kecil tapi sudah tahu yang namanya pacaran. dia saja baru baru sekarang pacaran dengan raka.

"itu salah kamu, suruh siapa kamu godain cewek lain" balas lia, yang tidak terima.

"mana ada?" tanya hendra" kamu nya saja yang seuzon"

"bukan cuman cewek ternya yang murahan, laki laki juga lebih murahan, bahkan tidak ada harganya" ucap lia yang penuh dengan emosi.

vio ternganga mendengar tuturan lia, sangat menusuk, dia saja yang bukan aki bisa merasakan jlebnya seperti apa.

Hendra mengepalkan tangannya, dan langsung henda berdiri, dengan cepat vio menghentikan tindakannya, hendra menatap ke vio dengan wajah yang masih menahan amarah.

"sudah, jangan di teruskan" ujar vio pada hendra.

kelompok rana dan jesi melihat ke arah kelompok vio yang keributan. mereka menghentikan latihannya dan fokus ke depan, seperti ada pertunjukan.

"lia, kamu gak boleh kaya begitu, tidak baik" nasehat vio pada lia.

"tapi kan, memang benar, laki laki selalu bilang perempuan murahan di saat perempuan itu menggoda laki laki, jadi apa bedanya dengan laki laki" jelas lia yang tidak mau kalah.

"tapi, ucapan kamu kelewatan, memang pernah hendra bilang begitu, enggak kan, jadi sekarang kamu mintak maaf ke hendra"

lia dengan ogah, meminta maaf pada hendra, dengan bantuan vio akhirnya hendra menuruti ucapan vio, dan menerima maaf dari lia.

vio melihat ke arah rana dan jesi sambil mengangguk, isyarat kalau semuanya baik baik saja." baik kita mulai belajarnya". ucap vio pada kelompoknya.

pleased, nice to meet you readers

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!