Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam dua puluh menit, kami berangkat ( jam 10 pagi, sampai di aceh jam 12.20 ) , lebih cepat di bandingkan pesawat komersil yang menempuh jarak dua jam empat puluh lima menit.
Kami pun sampai di bandara Sultan Iskandar Muda.
Dan begitu turun dari Pesawat Hercules, kami melihat masih banyak kayu - kayu disekitar Bandara.
Karena kebawa air waktu Tsunami kemaren. Dan menurut Petugas disana, bukan hanya rumah yang hancur tapi juga Mayat - Mayat ada kebawa air sampai ke Bandara sini dan sudah di kuburkan di kuburan masal tak jauh dari sini.
Tapi yang sangat parah itu, di pusat Gempa daerah Meulaboh, dan juga di daerah Banda Aceh, serta daerah Lhok Nga itu cuma tersisa satu mesjid, yang lainnya rata oleh tanah.
" kami semua diam, tanpa berani berkata - kata, karena hanyut dengan perasaan masing - masing.
Setelah mendengar yang di sampaikan petugas bandara itu, kami sudah tidak sabar untuk segera sampai di tempat pengungsian sementara.
Dan kami juga sedang menunggu jemputan dari pihak TNI yang sudah lebih dulu sampai di aceh. Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya kami pun di jemput pihak TNI.
Kami pun terbagi jadi dua tim, satu tim berangkat ke daerah " Lhok Nga, dan satu tim lagi terbagi ke daerah Lampuuk.
Kebetulan aku termasuk ke dalam tim yang di pimpin oleh Pak Iwan, yang akan berangkat ke daerah Lampuuk, kami semua terdiri " aku, Yunus, Malik dan Kakak - kakak dari LSM, yaitu Mas Andi, Mas Febri, Mbak Indah, Mas Fendi, Mbak Sari, Mas Ahmad, Mba Ajeng dan Mas Adji. Itu kami tahu nama masing - masing setelah berkenalan di dalam pesawat tadi.
Setelah mendapat sedikit informasi, dengan kawalan dari TNI, akhirnya kami di bawa ke tempat pengungsian masing - masing, beserta juga dengan barang - barang yang akan kami salurkan untuk para pengungsi disana.
Setelah menempuh perjalanan 1 jam, kami pun tiba di tempat pengungsian, dan menurut cerita dari bapak - bapak TNI, sudah 1 minggu mati lampu karena masih dalam tahap perbaikan listrik.
Betapa miris hati kami melihat para pengungsi, terutama bayi dan balita, dengan musibah ini, tapi kalau orang tua kebanyakan sudah bisa menerima cobaan ini, dan itu terlihat dari wajah mareka.
" Serta tampak mareka dengan senang hati bersama TNI bergotong royong seperti memasak, menangkap ikan di sungai serta mendirikan tenda buat para pengungsi lainnya.
Dan " terpaksa mareka tidur dalam keadaan gelap, hanya di terangi lampu petromak, listrik padam, karena PLN masih memperbaikinya, takutnya ada kabel - kabel yang bisa menyetrum masyarakat jadinya Listrik di matikan untuk sementara " kata Pak Keuchik bercerita kepada kami ( Pak Keuchik itu seperti pak Lurah ).
Di sini ternyata ada tiga tenda besar dan juga 1 dapur umum yang sangat besar, katanya untuk memasak buat lima ratus pengungsi.
Semuanya dikumpulkan di lapangan setelah kedatangan kami, dan tampak dari wajah mareka, masih ada rasa khawatir takutnya ada gempa dan tsunami susulan, dan ada juga yang sudah pasrah dengan musibah ini.
Setelah di kumpulkan semua, Pak Keuchik mulai memperkenalkan kami.
" Assalamu'alaikum...", sapa Pak Keuchik kepada masyarakat disana.
"wa'alaikum salam Pak...", jawab masyarakat disana.
", ini ada adek - adek para Relawan mahasiswa dari Universitas Mawar Merah di Jakarta dan juga beberapa para karyawan dari kantor LSM di Jakarta, mareka sekarang datang ke tempat kita untuk memberikan sedikit bantuan buat kita semua, " kata pak Keuchik.
Nah semua jangan berebut, semua bisa antri satu persatu secara tertib, " yang ada bayi dan balita umur sampai lima tahun nanti berbaris di pojok kanan.
Terus yang lansia sebelahnya, kemudian lanjut ibu - ibu tapi jangan berebut ya, semua dapat , " kata pak Keuchik menjelaskan".
Sekarang kita dengarkan kata sambutan dari Pak Iwan ketua LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat).
Silahkan Pak ", kata pak Keuchik, terima kasih Pak ", jawab Pak Iwan sambil melangkah agak maju kedepan sedikit .
"Apa kabar ibu - ibu, bapak - bapak semua, " tanya pak Iwan.
", Alhamdulillah...baik Pak..", jawab mareka semua serentak.
Saya dan teman - teman dari LSM, serta adik - adik mahasiswa akan memberikan bantuan kepada Bapak - bapak, dan ibu - ibu semua disini.
Mudah - mudahan bisa di pergunakan untuk sementara ", kata pak Iwan.
Yang di karung itu semua, adalah pakaian layak pakai, nanti bisa di pilih - pilih tapi jangan berebut ya? ", kata Pak Iwan.
Yang di karung di sana, itu mukena dan sarung buat sholat.
", Terus yang disana, baju buat bayi dan balita.
" Dan untuk kardus yang disana itu berisi susu buat bayi dan balita, yang disana itu berisi selimut agar tidak di gigit nyamuk.
Tapi kalian harus antri satu persatu, Insha Allah semua kebagian...", kata pak Iwan melanjutkan.
Yang ada bayi dan balita silahkan antri, nanti di atur sama adik - adik dari mahasiswa ya, " , kata pak Iwan lagi.
"Untuk bahan makanan, kami sudah bawa ke gudang biar dimasak di dapur umum untuk kita semua disini ", kata pak Iwan lagi .
", Terima kasih banyak pak, adek - adek mahasiswa " teriak para pengungsi.
Tiba - tiba salah satu bapak - bapak dari pengungsi berlari memeluk pak Iwan, sambil berlinang air mata beliau menguncapkan terima kasih ", kami semua terharu melihatnya, karena memang saat ini mareka bener - bener sangat membutuhkan bantuan, terutama bantuan spiritual dan semangat untuk melanjutkan hidup.
Akhirnya kamipun di bagi - bagi kelompok untuk membagikan bantuan ini, aku dan mas Andi dari LSM, membagi karung yang berisi mukena dan sarung.
Malik dan Mas Adji dari LSM membagi susu bayi dan balita.
Sedangkan Yunus dan Mas Fendi membagi membagi baju bayi dan balita.
Dan Mas Febri dan Mbak Putri, Mbak Indah dari LSM membagi pakaian layak pakai.
Serta Mbak Sari, mbak Ajeng, Mas Ahmad membantu membagikan selimut juga obat - obatan bagi yang sakit dan lansia.
Alhamdulillah acara pembagiannya berjalan sangat tertip, kami semua sangat salut, di tengah musibah yang mareka hadapi, mareka semua tidak ada yang mengeluh, bahkan mareka semua tampak sabar dan menerima cobaan ini.
Mungkin kalau ada di antara kami yang mengalaminya, belum tentu setabah mareka, tapi mareka semua terlihat pasrah dan sangat sabar dalam menerima cobaan ini.
", Oh ya daerah yang kami datangi ini, daerah Banda Aceh tepatnya kampung Lampuuk, yang sangat besar juga dampak dari gempa dan tsunami.
Terbukti banyak masyarakat yang kehilangan rumah, hewan peliharaan dan harta benda lainnya.
Setelah membagi bantuan selesai, aku langsung ke dapur membantu ibu - ibu disana.
" Assalamu'alaikum ibu - ibu, " sapaku.
",Wa'alaikum Salam dek..." , jawab ibu - ibu yang tampak sangat cekatan dalam memasak, lagi masak apa ni..???, tanyaku.
Kami sedang masak untuk makan malam, ada ikan tongkol teucrah, tumis sayur kol, telor dadar, juga kerupuk ", jawab ibu yang sedang mengoreng kerupuk sambil mendekatiku.
" Ooh gitu...pasti enak sekali, ada yang bisa saya bantu bu, " tanyaku.
"Aduuhh... adek yang ganteng ini siapa namanya, " tanya ibu itu lagi.
" Maaf bu, sampai lupa memperkenalkan diri, panggi saja Rendi, " jawabku ramah.
"Ooh nak Rendi!!", saya ibu Ida.
", itu yang sedang motong sayur kol itu ibu Halimah dan Ibu Komariah.
" Yang disana, Yang sedang masak ikan tongkol itu ibu Zaenab dan ibu Fatimah.
"Terus yang sedang mengoreng telor dadar, itu ibu Tia dan ibu Saribanun ", kata ibu Ida menjelaskan.
", akupun mengangguk sambil tersenyum kepada mareka semua.
", Nak Rendi !!!!", kalau tidak keberatan tolong angkat air di galon itu kesini dek?, buat masak ", kata Ibu Fatimah.
", Baik Bu ", Kataku sambil melangkah mengambil galon lalu menuangkan ke dalam ember buat memasak.
Aku senang sekali membantu ibu - ibu yang sedang memasak, sesekali mareka juga meledekku, aku pun hanya tersenyum.
Dibalik musibah ini ternyata bisa kita ambil hikmah dengan yang mareka alami dan juga sangat bersyukur bahwa keimanan mareka tidak goyah dan malah membuat mareka semakin tekun dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT,.
",Aku juga senang mendapat pengalaman yang berharga.
Semua bisa aku beli tapi pengalaman itu tidak bisa diukur dengan uang dan aku sangat bersyukur menjadi relawan sekaligus dapat pengalaman menyaksikan langsung bahwa masih banyak sodara - sodara kita dibawah kemiskinan tapi tidak mengeluh.
Aku sangat bangga sekaligus iri dengan yang mareka alami ", batinku dalam hati.
",Dek...dek Rendi...!!! ", Panggil Ibu Halimah mengangetkank.
" Eeh. maaf bu " , Jawabku kelabakan ", jangan bengong dek, nanti kesambet setan hihihi ", jawab bu Halimah meledekku.
",Aku hanya tersenyum dan lanjut membantu ibu - ibu yang sedang memasak untuk makan malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments