"Saya terima nikah dan kawinnya Citra Putri Siregar binti Danu Siregar dengan mas kawin ...."
Kalimat ijab kabul yang terdengar tegas dalam sekali ucapan itu mampu membuat seluruh orang yang berada di ruangan itu terkesima. Begitu pun dengan Citra, dia merasa ini mimpi. Mimpi yang terasa begitu cepat.
Tadi siang ayahnya meminta untuk menikah dengan Steven, dan baru tadi mereka bertemu sampai akhirnya atas permintaan Danu, sekarang mereka melangsungkan proses ijab kabul.
"Bagaimana para saksi?" tanya Pak Penghulu yang duduk tepat di depan mereka, seraya menoleh pada beberapa perawat yang memang sengaja diminta Gugun untuk menjadi saksi.
"Sah!" sorak mereka bersama.
"Alhamdulillah, kalian sekarang sudah sah menjadi sepasang suami-istri," ucap Pak Penghulu sambil tersenyum. Lantas dia pun langsung memanjatkan do'a.
'Alhamdulillah ya Allah, terima kasih. Terima kasih karena aku masih bisa melihat putriku menikah.' Danu ikut menyaksikan dari atas ranjangnya.
Perlahan dia menyentuh dada, terasa hangat di dalam sana. Linangan air mata pada kedua bola matanya itu langsung mengalir. Kali ini bukan air mata kesedihan, tetapi kebahagiaan.
'Semoga Steven dapat menjaga Citra setelah aku tiada,' batin Danu.
Steven membuka kotak perhiasan yang berisi sepasang cincin, lantas menyematkan pada jari manis Citra. Kemudian, Citra pun melakukan hal yang sama.
Setelah itu, perlahan Citra mengangkat tangan kanan Steven, lalu perlahan bibirnya mengecup punggung tangan kekar pria itu.
Tanpa dia duga, ternyata Steven langsung mengecup keningnya. Dan itu semua mampu membuat jantung Citra berdebar dengan kencang.
Citra tak mampu membohongi perasaannya kalau saat ini dia sangatlah bahagia. Dia bahagia menikah dengan Steven.
'Nggak masalah Om Steven perjaka tua, tapi dia sangat-sangat ganteng. Dan aku yakin ... pilihan Ayah nggak mungkin salah. Dia pasti pria yang baik dan mampu menjagaku. Buktinya, sekarang saja aku sudah jatuh cinta padanya.'
Brak!
Secara tiba-tiba pintu ruang perawatan itu dibanting begitu saja oleh dua orang yang kemudian masuk. Mereka berdua tiada lain adalah Tegar dan Tian.
Keduanya sempat pulang, tetapi saat dalam perjalanan salah satu dari mereka dihubungi oleh dokternya Danu.
Dia mengatakan jika saat ini Citra dan Steven melangsungkan prosesi ijab kabul yang dimana mereka sendiri tak mengetahui apa-apa. Rencana pernikahan ini hanya Danu, Steven dan beberapa orang kepercayaannya saja yang tahu.
"Apa-apaan ini? Ini nggak sah!" pekik Tegar dengan lantang. Dia terlihat begitu emosi dan upayanya datang bersama Tian untuk menggagalkan pernikahan itu.
Citra tersentak kaget, dia langsung berdiri. Bahkan Steven dan beberapa orang yang duduk lesehan juga ikut berdiri. Kaget melihat kedatangan kedua pria arrogan itu.
"Bapak ini siapa? Citra dan Pak Steven sudah sah menjadi suami istri," ujar pak penghulu memberitahu.
Kedua pria itu langsung terbelalak, rahang keduanya mengeras dan dadanya bergemuruh. Jangan lupakan wajahnya juga, begitu merah dan sangar seperti hendak makan orang.
"Citra, bagaimana bisa kamu mau menikah dengan Steven? Dia itu perjaka tua, kamu masih muda!" teriak Tegar seraya menarik paksa lengan Citra, hingga tubuh langsingnya yang sejak tadi berada di dekat Steven langsung berpindah di dekatnya.
Namun, Steven langsung menarik tubuh gadis itu kembali hingga kepala gadis itu menempel pada dada bidangnya. Salah satu lengannya merangkul pinggang Citra.
Citra membulatkan matanya, jantungnya berdebar sangat kencang juga dengan wajahnya yang makin merah padam.
Pipinya sengaja ditempelkan pada dada Steven, lalu dia pun menghirup aroma maskulin tubuh pria itu. Begitu wangi dan membuatnya nyaman.
'Duh, meleleh aku. Selain ganteng Om juga wangi. Kenapa dia sangat sempurna, sih?' batin Citra sambil senyam-senyum sendiri.
"Kau! Kau pasti merencanakan sesuatu, kan!" Tian menuding Steven sambil menunjuk wajahnya dengan jari telunjuk. "Kau ini nggak tahu malu dan melihat umur! Bagaimana bisa kau berpikir keponakanku yang baru lulus SMA mau menjadi istrimu?"
"Dia dan aku memang sudah menikah!" tegas Steven.
"Kakak!" Tegar berjalan cepat menghampiri Danu, tubuh pria itu masih bergetar dan wajahnya terlihat merah memendam emosi. Sungguh dia sangat benci mendengar apa yang telah dikatakan kedua adiknya itu terhadap Steven. Menghina pria yang kini menjadi menantunya.
"Kenapa Kakak mengizinkan Steven menikahi Citra? Kenapa Kakak begitu tega menikahkan anak di bawah umur dengan om-om seperti Steven!" berangnya emosi. Dia mencengkeram kedua lengan Danu dengan kuat hingga membuat pria itu tampak meringis kesakitan.
"Lepaskan Om Danu!" Steven berjalan cepat lalu mendorong tubuh Tegar hingga pria itu melepaskan bahu Danu. Tetapi Tegar yang merasa tak terima lantas menonjok pipi kiri Steven dengan keras.
Bugh!
"Kenapa Om menonjok Om ganteng?!" Citra langsung menyentuh pipi kiri Steven yang terlihat merah. Wajah gadis itu merah. Dia tampak tak terima dan emosi melihat pria yang saat ini menjadi suaminya itu disakiti. "Dia nggak salah apa-apa! Dan Om jangan salahkan dia atau pun Ayah!"
"Apa kau buta Citra? Steven menikahimu pasti punya maksud tertentu. Dan Om yakin ... dia pasti punya rencana jahat untukmu!" tuduh Tian.
"Kalian yang jahat! Kalian berengs*k!" Sebuah teriakan yang begitu menggema itu berasal dari bibir Danu. Sekuat tenaga dia mengungkapkannya hingga membuat dadanya sesak.
Namun, seketika tubuhnya menegang. Matanya mendelik ke atas dan napasnya terasa diujung tanduk. Sepertinya, kali ini sudah saatnya. Saat dimana kepergiannya.
"Aa ...." Mulut Danu terbuka lebar, dia berupaya mengucapkan kalimat syahadat tetapi terasa berat.
Steven yang melihatnya pun—lantas segera mendekatinya dan menempelkan bibirnya ke telinga kanan Danu. Kemudian membantunya untuk mengucapkan kalimat syahadat itu, supaya mempermudah jalannya.
"Ayah ...." Air mata Citra luluh membasahi pipinya, dia berdiri mematung dengan seluruh tubuhnya yang mendadak dingin. "Ayah jangan tinggalkan aku, Ayah."
Dan didetik-detik terakhir Danu menutup mata, Citra pun segera memeluk tubuh pria itu lalu menangis terisak-isak.
"Ayaaahhhhh! Jangan ... jangan pergi. Jangan pergi tinggalkan aku, Ayah!" teriak Citra histeris, dia mengguncang tubuh Danu sekuat tenaga. Tetapi sayangnya pria itu sudah tak bernyawa. Citra mengecupi seluruh wajah pria itu, terlihat wajahnya begitu tampan dengan senyuman tipis di bibirnya. "Ayah! Aku nggak mau sendirian! Jangan pergi, Ayah!"
Baru saja tadi Citra memperoleh kebahagiaan atas pernikahannya, tetapi kesedihan itu langsung datang menghampirinya. Dan baru saja dia mencintai pria kedua selain ayahnya, tetapi justru sekarang Danu pergi meninggalkannya. Sakit, sangat sakit.
Steven menarik tubuh Citra, lalu memeluknya dan mengusap-usap punggung gadis itu. Dia ikut merasakan kesedihan itu, bahkan air matanya ikut menetes walau dengan cepat dia hapus sendiri.
"Kamu nggak sendirian, ada aku. Aku akan menjagamu," ucapnya dengan lembut.
Beberapa detik kemudian, dia merasakan tubuh gadis itu melemah, bahkan hampir jatuh jika dia tak cepat menangkapnya.
Steven membulatkan matanya saat mengetahui Citra sudah tak sadarkan diri, cepat-cepat dia menggendong tubuh kecil istrinya, lalu menoleh pada Gugun dan pria berkacamata yang mana dia seorang pengacara.
"Tolong kalian urus Ayah Danu, aku akan membawa Citra ke IGD," titahnya yang mana di anggukan oleh kedua pria itu. Lantas Steven membawa pergi Citra dari sana.
Beberapa alat medis sudah dilepaskan pada tubuh Danu oleh beberapa perawat pria. Kemudian setelah itu mereka pun menutup tubuhnya dengan kain putih.
"Karena ini sudah malam, sebaiknya Pak Danu dimakankan besok saja, Pak," usul Pengacara Harun, dia berkata pada Gugun.
"Iya," jawab Gugun sambil mengangguk.
Dari kejauhan, terlihat Tegar dan Tian tersenyum dengan lebar. Keduanya sangat bahagia sekali menyaksikan kakaknya itu telah meninggal dunia.
"Akhirnya ... sebentar lagi kita kaya, Kak," bisik Tian di telinga kiri Tegar.
"Pastinya," jawabnya sambil tersenyum menyeringai.
...Mimpi lu Om-om bangs*t! Mau kaya ya kerja, woy! 😠...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 483 Episodes
Comments
Inaherlinasofia
adik kurang ajar
2024-06-12
1
Wirda Wati
adik laknat
2024-01-23
3
Bunda
adik laknat
2024-01-21
0