"35 tahun belum kakek-kakek. Ayah saja sekarang berusia 50 tahun, tapi belum terlihat Kakek-kakek, kan?" Danu menarik turunkan alis matanya. Dia cukup pede jika memang wajahnya masih terlihat tampan meskipun sudah banyak kerutan. "Dan perlu diingat sekali lagi ... Steven itu masih perjaka. Dia juga sangat ganteng."
"Perjaka mana ada umurnya 35 tahun. Perjaka tua? Apa mungkin dia duda tapi ngaku perjaka? Atau jangan-jangan pria beristri?" Citra menuduh bertubi-tubi.
"Dia perjaka tulen, Cit. Bukan tua atau pun duda apalagi suami orang." Danu sama sekali tak mau menghina Steven, bahkan mengatakan kalau dia memang perjaka tua saja hatinya tak ikhlas. "Dan Ayah juga bisa jamin kalau dia akan menjadi suami yang baik dan menemanimu disaat Ayah sudah tak lagi disisimu."
Mendadak suasana menjadi melow kembali, dan wajah Danu berubah menjadi sedih.
"Kamu mau, kan? Menikah dengannya? Anggap saja ini permintaan terakhir Ayah padamu," pintanya lirih.
"Aku nggak suka Ayah bicara seperti itu, aku nggak mau kehilangan Ayah." Citra menggeleng cepat.
"Ayah juga nggak mau. Tapi mau bagaimana lagi?" Danu mengerutkan wajahnya dan seketika menangis tersedu-sedu. Citra yang melihatnya pun ikut menangis lalu segera membungkukan badan seraya memeluk tubuh kurus ayahnya.
"Aku sayang Ayah ...."
"Ayah juga sayang padamu. Kamu mau 'kan turuti permintaan Ayah?"
Citra terdiam beberapa menit. Jujur dia sangat berat, tetapi rasanya dia tak tega untuk menolak. "Oke, aku mau."
Danu menghela napasnya lega, lantas mengulum senyum. "Kalau begitu kamu menikah besok, ya?"
"Besok? Apa itu nggak terlalu cepat?" Citra meregangkan pelukannya hingga terlepas. "Aku juga nggak mengenalnya, Ayah. Setidaknya bertemu dan mengobrol dulu sebelum menikah."
"Ya sudah ... nanti malam saja kamu dan dia bertemu. Ayah akan bilang padanya kalau kalian akan makan malam bersama."
Citra mengangguk kecil, seketika tubuhnya langsung menegang. Belum apa-apa dia sudah gugup duluan, padahal saat ini masih jam 2 siang. "Apa Ayah punya fotonya? Bisa perlihatkan aku dulu bagaimana wajahnya?"
"Ayah nggak punya, tapi kamu nggak perlu khawatir. Dia ganteng dan tinggi, bahkan mirip seperti laki-laki yang sering kamu tonton tiap malam di laptop."
Citra mengerutkan keningnya, dia tahu jika yang dimaksud ayahnya itu mungkin adalah Oppa Korea. Dia memang hampir setiap malam nonton drakor. Tapi masa iya, pria yang bernama Steven dengan umur 35 tahun yang katanya masih perjaka itu mirip Oppa Korea? Citra sendiri tak percaya.
"Lebih baik sekarang kamu pergi ke salon saja, ganti warna rambutmu menjadi hitam. Ayah nggak mau mata Steven nanti sakit melihatnya, itu sangat silau." Danu menyipitkan matanya menatap rambut panjang Citra. "Nanti pakaian yang mau dipakai biar Ayah yang siapkan."
Citra tak menanggapi, dia malah melamun dan terus membayangkan wajah calon suaminya. Tetapi yang terbayang justru seorang kakek-kakek yang sudah keriput.
Lamunannya berlangsung lama, sampai akhirnya seorang pria berkumis tipis menepuk pundaknya dan membuat gadis itu terperanjat dari duduknya.
"Astaghfirullah!" Citra menyentuh dadanya yang berdebar, lalu menoleh ke arah kiri tepat pria itu berada. "Kenapa Om Gugun mengagetkanku? Aku hampir jantungan tahu!" omel Citra. Pria yang dipanggil Gugun itu adalah asisten pribadi ayahnya.
"Maafkan saya." pria itu membungkuk sopan. "Ayok kita ke salon, Nona. Ini sudah sore."
Citra menengadah ke arah jam dinding di atas pintu, di sana sudah menunjukkan pukul 5 sore. Kemudian matanya melirik ke arah ranjang tempat Danu berada. Pria itu terlihat tertidur pulas.
'Apa aku dari tadi melamun? Perasaan tadi baru jam 2?'
Benar, dia tadi melamun memikirkan pria yang akan menikah dengannya esok hari sampai menghabiskan waktu 3 jam.
Lantas, dia pun memutuskan untuk menuruti ucapan pria yang bernama Gugun itu, untuk pergi ke salon.
***
Disebuah restoran berbintang lima dengan nuansa Eropa, Citra melangkah masuk ke dalam sana bersama Gugun. Dia datang lebih dulu daripada Steven sebab kata ayahnya pria itu masih sibuk di kantor. Jadi akan lebih baik langsung bertemu saja di restoran yang memang sudah dia pesan untuk acara makan malam bersama Citra.
"Selamat malam, apa Anda yang bernama Nona Citra?" tanya seorang pelayan wanita, saat melihat kedatangan gadis cantik dengan gaun pesta berwarna merah itu berdiri mematung. Memperhatikan suasana restoran itu yang cukup ramai.
"Iya, aku Citra," jawabnya sambil tersenyum.
"Mari ikuti saya Nona. Pak Steven sudah memesan meja untuk Anda." Pelayan wanita itu dengan sopan mengajaknya untuk mengikuti langkahnya, dan terlihat Citra menurut.
"Apa Pak Steven sudah datang?" tanya Citra penasaran. Jantungnya sudah berdebar dengan kencang, langkah kakinya juga bergetar. Entah mungkin ini bisa dikatakan lebay, sebab saat ini dia amat gugup dan takut.
Jujur saja, ini adalah pengalaman pertamanya dinner bersama seorang pria. Citra yang belum pernah berpacaran sama sekali tak ada pengalaman, dan mungkin akan sangat canggung nanti. Berulang kali dia membuang napasnya dengan kasar.
"Belum, Anda tunggu saja. Sebentar lagi beliau akan sampai." Ucapan pelayanan itu sesuai kenyataan. Mereka berhenti di salah satu meja kosong yang sudah ada dua gelas minuman berwarna hijau di atas meja. Kemudian wanita itu pamit untuk pergi.
Namun tetap saja, gadis itu tetap gugup meskipun saat ini pria yang akan makan malam bersamanya belum datang. Bahkan sekarang dia ingin kencing.
"Eh, Nona mau ke mana? Jangan kabur." Gugun menghentikan langkah gadis itu yang hendak pergi dengan mencekal lengannya.
"Siapa yang mau kabur? Aku mau pipis sekalian membereskan make up."
Gugun langsung melepaskan lengan anak bosnya itu. "Mari saya antar untuk memberitahu di mana toiletnya."
"Nggak usah!" Citra menggeleng cepat. Kemudian dia berjalan cepat menuju toilet ingin buru-buru kencing karena sudah tak tahan.
"Ah, kenapa aku sangat gugup? Aku takut sekali ya Allah. Takut pria yang bernama Steven itu nggak seperti yang dikatakan Ayah. Apalagi umurnya sudah kepala tiga." Selepas membuang air kecil, Citra berdiri di wastafel sambil menatap wajahnya di depan cermin besar. Jemarinya mengusap rambut pirangnya.
Akibat kebanyakan salon yang dia kunjungi tadi begitu ramai, akhirnya Citra tak jadi mengganti warna rambut. Dia takut kalau nanti akan membuang waktu yang lama dan membuat ayahnya kecewa lantaran telat datang ke acara makan malam.
Namun pakaian atas pilihan Danu sekarang telah melekat di tubuhnya. Sebuah gaun pesta di bawah lutut dengan lengan pendek dan menutup dada.
Terlihat sopan, anggun dan cantik. Sebenarnya banyak fakta mengatakan jika perempuan cantik akan cantik jika memakai apa pun. Dan terbukti dengan apa yang saat ini terlihat di depan kaca.
Setelah hampir tiga puluh menit menyiapkan mental untuk bertemu Steven, akhirnya Citra memutuskan keluar dari toilet.
Langkah kakinya mendadak berat dan seketika terhenti saat melihat punggung lebar seorang laki-laki yang tengah duduk di kursi pada mejanya. Dia memakai setelan jas senada dengannya. Debaran di dalam dada sudah tak terkendali lagi, tubuhnya langsung menegang saat pria itu memutar kepalanya ke belakang. Tepat ke arah dia berdiri.
...Idih lebaynya, pake gugup segala. awas bucin lho entar 🤣 aku do'ain...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 483 Episodes
Comments
Wisatadisumut
jokes anak meme ngasi nama dicknya Steven, "gigit dia Steven" agak gimana jadinya 🤣🤣🤣
2024-03-23
0
Wirda Wati
🤣🤣
2024-01-23
0
Suhendar Hendar
hyun bin ajh udah 40 an. lee min ho yg umurnya 35an mh
2023-08-04
2