Saat Liona berjalan meninggalkan lokasi syuting, dia mendengar suara kecil yang tak asing ditelinganya. Liona membalikkan badan dan melihat gadis kecil yang dia temui di restoran beberapa hari yang lalu. Bocah itu mengenakan gaun tutu yang cantik berkilauan. Gadis kecil itu melambaikan tangannya dan berlari kearah Liona dengan senyum lebar. Dia terlihat sangat bahagia melihat Liona disana. Hati wanita itu langsung meleleh melihat tingkah lucu dan menggemaskan gadis kecil itu. Saking fokusnya berlari kearah Liona, kaki gadis kecil itu tersangkut salah satu kabel yang tersambung ke kamera yang terpasang disebuah tiang besi. Dia langsung tersungkur ke lantai. Seketika satu tiang penyangga kamera tumbang mendorong tiang penyangga lampu sorot dan tiang lainnya. Tiang penyangga itupun jatuh kearah si gadis kecil. Entah siapa yang mengatur letak kamera dan lampu sirot beserta peralatan lainnya karrna kabel tergeletak di lantai begitu saja, jangankan anak kecil seperti Felicia bahkan orang dewasapun bisa terjerembab. “Awas! Tiang kamera jatuh! Cepat pergi dari situ!” teriak salah satu kru dengan suara panik.
Mata Liona nanar melihat beberapa tiang penyangga kamera dan peralatan lainnya yang tumbang, dengan berlari kencang dia meraih gadis itu kedalam pelukannya dan salah satu tiang jatuh mengenai kepala Liona. Wanita itu terjatuh dan kepalanya membentur lantai. Bang!
Pandangan matanya kabur dan gelap. Liona pingsan seketika dengan Felicia yang masih berada dalam dekapannya.
‘Tidak! Tidak! Aku tidak boleh mati sekarang, aku belum membalaskan dendamku. Ayo Liona….bangun….bangun….aku tidak mau mati seecepat ini.’ Monolognya dialam bawah sadar.
“Oh Tidak! Tante cantik pingsan! Kepala tante berdarah! Tolong! Tante jangan tinggalkan aku! Huaaa…...” teriak gadis kecil itu menangis meraung-raung. Orang-orang berdatangan dan berkerumun.
“Cepat panggil dokteer. Kepalanya berdarah!”
“Telepon ambulan! Kenapa lama sekali?”
Teriakan-teriakan panik terdengar di tempat itu. Saat seseorang mendekat ingin memeriksa keadaan Liona, gadis kecil itu melotot dengan marah “Jangan dekati mamaku! Pergi jangan sentuh mamaku! Tante cantik ini mamaku!”
Delvin masuk menerobos kedalam kerumunan dan membuka jalan. Reynard Wilfred berjalan dibelakangnya dengan aura dingin. Saat melihat kedatangan Reynard, wajah gadis kecil itu berubah memerah “Papa!”
“Jangan khawatir. Tante akan baik-baik saja.” Reynard memandang wajah Liona dan tanpa mempedulikan sekeliling dia menggendong tubuh Liona dan berjalan menuju ke mobilnya. Melihat tindakan sang kakak, wajah Delvin berubah, mulutnya menganga, matanya terbelalak tak percaya pada apa yang baru saja dilihatnya. Kakaknya sedang menggendong seorang wanita dalam pelukannya! Apakah ini mimpi? Bagaimana mungkin orang dingin dan mementingkan kebersihan itu memeluk seorang wanita yang berlumuran darah yang mengotori pakaian mahalnya?
Kakakku menggendong seorang wanita? Wah...wah….ini hal baru! Apakah kakak sudah jatuh cinta pada wanita itu? Jika benar, berarti sebentar lagi kakakku akan punya pacar, gumam Delvin melihat kakaknya yang sudah jauh melangkah membawa Liona.
...*...
Disebuah kamar perawatan di Rumah Sakit Harapan, Felicia berdiri disamping temat tidur sambil memegang tangan tante cantik, gadis kecil itu menangis sambil menatap kearah kepala Liona yang dibalut perban.
Kali ini gadis kecil itu benar-benar menangis, biasanya dia hanya menangis pura-pura tapi kali ini tangisannya memilukan. Tampak wajahnya cemas dan sedih, airmata mengalir deras dipipi tembemnya, matanya memerah karena sejak tadi dia tak henti-hentinya menangis.
“Sudah, jangan menangis lagi Feli. Tante itu tidak kenapa-napa. Lihat matamu sudah bengkak dan memerah. Nanti kamu sakit, siapa yang akan menjaga tante itu?” kata Delvin menasehati keponakannya.
“Paman Delvin,” gadis kecil itu memandang Delvin dengan tatapan sayu “Apakah tante cantik akan baik-baik saja? Tante cantik akan sembuh, iyakan? Berjanjilah paman!”
Delvin tak tahu harus berkata apa, bagaimana mungkin dia berjanji bahwa Liona akan baik-baik saja? Tapi melihat keponakannya yang bersedih dan memohon, hatinya sakit. Dia memeluk gadis kecil itu dan dengan suara lembut dia berkata “Feli, doakan saja tante baik-baik saja ya? Kamu tadi dengar apa kata Paman Ardana? Tante cantik hanya terluka sedikit dan tidak parah. Lukanya sudah diobati. Tante cantik akan sembuh tidak lama lagi.”
“Coba lihat, tante cantik sedang istirahat dan kepalanya tidak berdarah lagi. Percaya pada paman, tante cantik akan baik-baik saja.”
“Huaa…..huaaa…...paman bohong. Semua orang bohong….huaa…..si moni anjing pudelku mati setelah kepalanya terbentur dinding. Paman juga waktu itu bilang kalau si moni baik-baik saja, tapi moni malah mati….huaaaa…..aku tidak mau tante cantik mati...huaaa…..aku mau tante cantik jadi mamaku….huaaaa….tante cantik sakit karena aku. Dia menyelamatkanku.” tangis gadis kecil itu semakin menjadi-jadi dan meracau tak tentu. Dia lari kesamping tempat tidur Liona dan semakin menangis menatap wajah Liona yang belum sadarkan diri. Tangan mungilnya menggoyang-goyangkan tangan Liona berharap bisa membangunkan wanita itu.
“Kak Reynard! Bagaimana ini? Lihat putrimu tak berhenti menangisi wanita itu. Sepertinya dia memang menyayangi wanita itu kak.” ucap Delvin menatap kakaknya yang berdiri disampingnya.
“Delvin! Pecat semua pengawal yang tadi menjaga Felicia,mereka semua tak becus. Hampir saja putriku celaka. Carikan pengawal baru untuk putriku.” ucap Reynard dengan wajah serius, matanya tak berkedip memandang Liona. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu. Wajah cantik wanita itu seperti menghipnotisnya, Reynard enggan mengalihkan pandangannya dari Liona.
Tadi Felicia dibawa Reynard ke lokasi syuting setelah audisi karena gadis kecil itu merengek ingin bertemu Liona. Felicia tak sengaja mendengar pembicaraan ayah dan pamannya bahwa Liona ikut audisi hari ini. Dengan alasan ingin melihat syuting akhirnya Reynard membawa Felicia ke lokasi syuting. Saat dia melihat Liona dari jauh, Felicia berlari mengejarnya karena dia berpikir Liona akan pergi. Tak sadar kakinya tersangkut kabel penghubung kamera yang terpasang di tiang besi. Para pengawalnya tak melihat kejadian itu, kelalaian yang hampir saja mencelakai Felicia jika Liona tak segera berlari menolongnya.
“Papa!” suara lirihnya memanggil Reynard.
“Kemarilah, sayang.”
Sambil menangis terisak Felicia berjalan kepelukan ayahnya “Papa. Aku mau tante cantik jadi mamaku. Aku mohon papa, menikahlah dengan tante cantik.”
Reynard memeluk Felicia erat dan menggangguk pelan. Delvin yang melihatnya langsung melotot ‘Apa? Kakak menyetujui akan menikahi wanita itu? Ya, Tuhan….keajaiban apa ini. Kenapa Kak Reynard langsung setuju akan menikah?’
Tak lama Liona mengerjapkan matanya, perlahan kedua matanya terbuka sambil meringis kesakitan. Tangannya berusaha menyentuh kepalanya yang berdenyut-denyut seperti baru kena pukulan keras. “Jangan bergerak!” satu tangan menahan tangannya, Liona menoleh dan melihat seseorang yang tak asing, pria tampan bertubuh tinggi itu, aku ingat pria ini adalah ayah gadis kecil yang ditemuinya direstoran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
beby
enak aja maen kawin aja
2023-03-17
1
Liesdiana Malindu
sudah berapa hari dari pertemuan mereka di restoran,,, apa belum ada informasi ttang Liona yg di dapat oleh Davin utk Reynand.?
2022-08-02
2
Kaizar Kaizar
dojohnya ternyata CEO kirain nito
2022-07-12
1