Liona berpikir tidak apa-apa berdiri disana selama dia tak mati tertabrak mobil. Tidak lama kemudian, gadis itu mendengar suara decitan rem yang tajam. Hampir saja ia tertabrak mobil yang melintas dijalan itu . Setelah mendengar bunyi nyaring, dia melihat dengan canggung seseorang melangkah keluar dari dalam mobil dan menyalakan rokok. Sepertinya dia pria yang tampan, sedetik kemudian dia mengepulkan cincin asap, menatap Liona dengan penuh rasa penasaran. Dia tidak bicara sepatah katapun namun matanya melirik kearah bayi yang berada dalam gendongan Liona.
“Nona, mengapa kamu tidak memilih seseorang yang lebih pantas untuk diperas? Kenapa kamu malah memilih untuk ditabrak oleh mobilku? Apakah kamu sudah gila ya mau bunuh diri bersama bayimu?” suara pria itu terdengar dalam dan magnetis, tetapi apa yang dia ucapkan seperti sebuah tamparan di wajahku. Cahaya yang berasal dari lampu sorot depan mobilnya. Mungkin dia berpikir bahwa penampilanku yang berantakan dan ekspresi malu di wajahku sambil menggendong seorang bayi, aku pasti sudah mengatur kejadian ini untuk memeras seseorang.
Saat matanya bertemu dengan mata Liona, dia membeku sesaat dan ejekan diwajahnya hilang. Melihat bahwa aku tidak punya niat untuk meminta kompensasi atau membalas ejekannya, dia membuang rokok ditangannya dan masuk kembali ke mobilnya lalu pergi. Saat Liona melihatnya berbelok di tikungan dan menghilang dari pandangan, akhirnya gadis itu menangis. Dia berharap pria itu akan tetap tinggal dan menolongnya, apalagi melihat Liona menggendong seorang bayi. “Tidakkah ada orang yang peduli lagi pada orang lain di dunia ini? Mengapa semua orang begitu cuek dan angkuh?” isaknya. "Ya, Tuhan. Tolong hambamu ini, tolong kirimkan seorang malaikat penolong untukku."
Dikesunyian yang gelap dan senyap, suara ratapannya yang bisa terdengar memecah kesunyian. Tak lama kemudian, cahaya datang menyinari lagi dan Liona mendengar suara rem sekali lagi. Ia memicingkan mata untuk melihat, kaget dan menemukan mobil itu kembali lagi. Pria itu kembali lagi kesini. “Apakah kamu tidak takut akan menarik perhatian para hantu karena kamu menangis begitu kencang? Hutan ini banyak penghuninya loh,” ucap prua itu menakuti Liona.
Tertegun oleh pertanyaannya, Liona menatapnya dengan airmata masih berlinang di matanya dan pria itu menatapnya. Kini gadis itu bisa melihat wajah pria itu dengan sangat jelas, wajahnya tampak seperti seorang malaikat, tampan, menawan dan sangat maskulin. Meskipun dia hanya memakai pakaian casual, dia terlihat seperti seorang pria yang kuat dan tenang.
Mungkin dia percaya bahwa Liona takkan memerasnya karena sebelumnya dia tak meminta kompensasi pada pria itu. Pria itu hanya menatap Liona dengan tatapan bingung dan keraguan dimatanya. “Kamu tidak terlihat baik-baik saja. Apakah itu anakmu?” Dia melirik ke kedua kaki Liona yang tak mengenakan alas kaki dan kaki itu berlumuran darah dan juga lumpur sementara bayi dalam gendongannya juga ada bercak darah dipakaian bayi itu. Secara insting Liona memeluk erat bayi laki-laki itu “Aku hanya merasa kedinginan dan anakku belum makan.” ucapannya pelan sambil menundukkan wajah. Pria itu melangkah kedalam mobil dan mengambil jaket lalu menyampirkan dibahu Liona. "Pakailah."
“Terimakasih,” ucap gadis itu dengan gagap.
Hati Liona tergerak dengan tindakannya yang sopan, tetapi dia merasa tak nyaman karena mantel itu masih tercium aroma sabun, jelas sekali jika baru dicuci tapi seluruh tubuhku kotor.
“Kurasa lebih baik kamu pergi kerumah sakit. Periksakan dirimu dan bayimu, aku takut kalian kenapa-napa.”
“Aku hanya ingin pulang kerumah,” ucapanku justru membuatku merasa sakit. Bagaimana mungkin aku kembali kerumah? Sudah jelas Vena dengan sengaja ingin melukaiku dan pasti dia dan Seth yang sudah membuangku ke jurang.
Pria itu menatapku sebentar, matanya memancarkan emosi yang tak dapat kupahami “Aku akan mengantarmu pulang.”
Rasa malu membuatku terus menundukkan wajah dan terdiam. Lidah Liona mendadak kelu tak tahu harus menjawab apa.
“Apakah kamu tidak takut aku menipumu? Ucap pria itu dengan nada hangat. Liona menatap wajah pria itu dan merasa kehilangan harapan “Aku tidak punya apapun untuk ditipu.” ucapku padanya. Pria itu hanya diam dan berjalan masuk ke mobilnya. Karena takut jika pria itu tiba-tiba pergi, Liona bergegas membuka pintu kursi penumpang, seketika aku merasa ragu saat melihat mobilnya begitu bersih baik di bagian dalam maupun bagian luar sedangkan aku benar-benar kotor.
Akhirnya aku masuk kedalam mobil dan mobil itu pun melaju meninggalkan daerah pengunungan itu. “Maaf….aku mengotori mobilmu. Aku akan membayar biaya cuci mobilmu nanti,” ucap Liona padanya.
“Biayanya dupuluh juta rupiah hanya untuk mencuci mobilku ini. Kalau-kalau ada noda membandel, aku harus membayar lebih.” ucapnya sembari melirik ke kaki Liona yang kotor. Dua puluh juta? Itu terdengar tak masuk akal sama sekali. Biaya cuci mobil biasanya cuma seratus ribu rupiah. Pria itu terkekeh karena dia berhasil membuat Liona terlihat kesal.
Elvano mendadak menangis membuat Liona bingung, dia tidak punya air minum ataupun susu, popok bayi pun tak punya. “Kenapa bayimu menangis? Mungkin dia haus atau lapar?” ucap pria itu yang sampai saat ini tak memperkenalkan dirinya.
“Aku tidak punya makanan untuknya, air susuku sedikit biasanya aku memberinya susu formula tapi saat ini uangku tak cukup untuk membelikan susu untuknya.” kata Liona memberi alasan.
“Jika kamu percaya padaku, aku akan menyimpan nomor teleponmu dan mengirimkan uangnya nanti.” Liona mengambil ponselnya dan berniat menyimpan nomor ponsel pria itu. Nama pria itu Hiro Abirama. Dia seorang agent pencari bakat untuk dijadikan model dan juga artis. Ponsel Liona padam karena tak ada daya. “Kemana aku harus mengantarkanmu?” tanya Hiro. Liona pun bingung karena dia tak tahu harus kemana, dia tak mungkin kembali kerumah.
“Aku tidak tahu mau pergi kemana, aku hanya seorang anak angkat. Kekasihku berselingkuh dengan adikku dan mereka membuangku ke jurang.” seketika Liona menangis tersedu-sedu, dia hanya berharap Hiro bisa menolongnya, hanya pria itu harapannya sekarang. “Apakah ini bayimu dengan kekasihmu?” tanya Hiro lagi.
“I—iya.” jawab Liona yang bingung harus menjawab apa, tak mungkin dia bilang kalau dia baru saja menemukan bayi itu tadi.
“Baiklah. Ini sudah malam, mungkin sebaiknya kamu menginap dirumahku. Tapi sebaiknya kita singgah ke supermarket dulu membeli keperluan bayimu.” Sepanjang perjalanan Hiro bertanya banyak hal tentang Ilona dan gadis itu menceritakan semuanya.
Akhirnya mereka sampai di supermarket dan Hiro keluar meninggalkan Liona dan bayi laki-lakinya di mobil. Tak lama berselang tampak Hiro berjalan menuju mobil membawa beberapa kantong plastik dan memasukkannya ke bagasi mobil. Kini mereka sudah sampai dirumah Hiro, rumah bergaya minimalis yang tampak bersih dan rapi. Liona mendadak terpaku ragu untuk masuk karena kakinya sangat kotor. “Basuh kakimu disana,”ucap hiro menunjuk kearah keran air di sudut dekat gerbang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
beby
makasih uda dibantu
2023-03-17
0
Kaizar Kaizar
malaikat tak bersayap siapa kah dia
2022-07-12
0