Perlahan cahaya mentari terpancar dari sela-sela dedaunan. Liona menggeliatkan tubuhnya yang terasa sangat sakit dan lemah. Perlahan kedua matanya terbuka dan membelalak kaget melihat bahwa tubuhnya berada di dahan pohon, samar-samar dia mendengar seperti suara air mengalir tapi sepertinya air itu deras. Begitu dia bergerak, seketika tangannya memegang erat dahan pohon. Pandangannya nanar melihat dibawahnya mengalir sungai yang deras dan curam. Rasa takut menyelimuti dirinya, dia mendongakkan kepala untuk melihat keberadaan dirinya. Yang dilihatnya jurang yang terjal, akan sulit untuk merangkak naik. Diliriknya kearah samping, ada tas dan kopernya yang juga sangkut di akar pohon. Gadis itu menghela napas lega, setidaknya ijazahnya selamat tapi bagaimana caranya keluar dari sana?
“Tidak mungkin aku menjatuhkan diri ke sungai itu. Airnya sangat deras, pasti banyak batu didasar sungai, bisa-bisa kepalaku pecah. Aku haru merangkak naik. Tas dan koperku bagaimana? Tanpa pikir panjang dia meraih tasnya, berhasil! Liona mengalungkan tasnya di leher lalu mencoba meraih koper, ingin mengambil ijazahnya dan dokumen penting lainnya. “Tidak mungkin aku membawa koper itu keatas, terlalu berat.” gumamnya.
Akhirnya dia mencoba merangkak dan meraih koper yang tersangkut, tubuhnya yang kurus memudahkan Liona bergantungan di akar pohon. Dia membuka koper dan mengambil dokumen-dokumen penting lalu memasukkan kedalam sling bagnya. Beruntung dompetnya ada didalam sling bag yang memiliki ritsleting sehingga aman. Dengan tubuh kurusnya dia merangkak perlahan dengan memegang akar-akar pohon, lelah dan tangannya tergores beberapa kali namun gadis itu tak mau menyerah, dia harus selamat dan bisa keluar dari sana.
Dengan perjuangan dan tekad akhirnya Liina berhasil mencapai tepi jurang, enggan melihat kebawah dan takut akan terjatuh lagi gadis itupun dengan cepat menggapai tepi jurang dan mendorong tubuhnya naik. Selamat! Dia sudah berada disisi jalan bebatuan, Liona mengedarkan pandangan ke sekeliling tak nampak ada kehidupan, hanya jalan tak beraspal seperti jalan di pelosok desa, tapi sekelilingnya hanya ada pepohonan. Liona memutuskan untuk berjalan meskipun sangat lelah.
“Ya, Tuhan tolong hambamu ini. Aku tidak tahu harus kemana melangkah. Tolong tuntun aku keluar dari sini.” ucapnya tak henti berdoa. Hingga akhirnya dia melihat sungai kecil dengan air yang jernih. Rasa haus membuatnya tak peduli, dia melangkah ke sungai kecil dan menangkup air dengan tangannya lalu meminumnya. “Ahh….segar sekali air pengunungan ini.”
"Sebenarnya ini dimana? Kenapa tak ada orang. Jalanannya juga seperti jalanan di pelosok yang jarang didatangi orang. Biarlah aku berjalan mengikuti arah jalan ini menuruni bukit, semoga ditengah jalan aku ketemu seseorang....asal jangan ketemu hantu saja he...he...he." ucapnya beeusaha menyenangkan hatinya.
Liona ingat didalam tasnya ada roti yang sempat dia masukkan. Dia mengambil biskuit dari dalam tasnya, cukup untuk mengganjal perut sementara sampai dia bisa keluar dari tempat itu. Gadis itu terus berjalan hingga akhirnya dia tiba didaerah yang tak begitu rimbun tertutup pepohonan, sinar matahari menyentuh kulitnya.
Namun samar-samar dia seperti mendengar suara tangisan. Sontak bulu kuduknya berdiri, hi...ditengah hutan seperti ini ada suara tangis bayi? Liona merasa ketakutan namun hari masih siang, tak mungkin ada hantu di siang bolong pikirnya. ‘Mungkin ada rumah penduduk sekitar sini.” Dia bergegas menyusuri jalan bebatuan itu mencari arah suara, semakin jauh berjalan suara tangis itu semakin jelas terdengar hingga dia melihat ada tumpukan pakaian dan suara tangis itu sepertinya berasal dari sana. Liona mendekat dan melihat sebuah keranjang bayi.
Dia menyibak selimut penutup dan terkejut melihat seorang bayi mungil didalamnya. Bayi itu terikat di hipseat dalam keranjang bayi. “Darimana bayi ini berasal? Kenapa bisa ada disini pikirnya. Tapi melihat kondisi si bayi laki-laki itu sepertinya dia bukan diletakkan disana tapi seperti terjatuh karena ada tetesan darah di baju bayi itu. “Darah siapa ini?” tanpa pikir panjang Liona mengambil bayi tersebut dan memeriksanya, tidak ada cedera sedikitpun berarti darah itu bukan milik si bayi.
“Tak mungkin kutinggalkan bayi ini disini. Bagaimana jika ada binatang buas memangsanya nanti? Bayi ini tampan sekali, dari pakaiannya sepertinya bayi ini anak orang kaya.” Tapi Liona tak terlalu peduli dia mengambil bayi itu yang masih berada dalam gendongan hipseat, Liona memasangkan hipseat ketubuhnya. Bayi itu menatapnya dan sama sekali tidak menangis lagi seolah mengerti bahwa Liona adalah malaikat penolongnya. “Jangan menangis ya sayang….aku akan menjagamu. Siapa namamu?”
Sepertinya aku harus memberi nama bayi ini “Bagaimana jika kuberi nama Elvano Danish? Elvano berarti Anak laki-laki hadiah Tuhan dan Danish berarti kuat dan bijaksana. Ya….nama itu cocok untukmu ELVANO DANISH! Kau adalah hadiah dari Tuhan untukku hari ini. Semoga kau tumbuh jadi anak yang kuat dan bijaksana.” Liona mengecup kening bayi itu dengan lembut.
“Aku tidak tahu apa rencanamu ya, Tuhan. Hidupku sudah sangat hancur tapi kau berikan aku hadiah bayi laki-laki ini, aku janji akan menjaganya, bayi ini adalah berkah dariMu.” Entah mengapa Liona merasa sangat menyayangi bayi laki-laki yang baru ditemukannya itu. Siapapun orang tua bayi itu, pasti saat ini sedang panik mencarinya. Entah siapa dan kenapa bayi itu berada disana.
Ada rasa sedih dan bahagia didalam hati Liona saat itu, sedih atas pengkhianatan kekasih dan adik perempuannya, bahagia karena dia menemukan bayi laki-laki yang sangat tampan. Setelah berjalan cukup jauh akhirnya dia keluar dari area hutan, aku harus keluar jauh dari tempat ini dan dari kota ini. Liona keluar dari tempat dengan pemandangan indah dan tiba dijalan beraspal. Tidak lama kini ia berjalan menelusuri jalanan di sepanjang jalan gunung. Berjalan sampai kakinya terasa mati rasa namun anehnya bayi laki-laki itu tertidur pulas dalam gendongannya.
“Aku harus hidup! Aku harus hidup dengan baik bersama bayi ini! Aku tidak bisa tinggal di gunung ini untuk selamanya dan hidup seperti hantu pendendam. Aku harus kembali ke kota dan menghadapi hidup yang berubah drastis.” ucap Liona pada dirinya sendiri, ia menatap wajah bayi laki-laki yang tampan itu tertidur dengan damai, memberi semangat pada Liona untuk bertahan dan berjuang.
Matahari mulai tenggelam, ada beberapa mobil yang melewati tempat itu, Liona terlihat berantakan dan membuatnya takut menghentikan mobil yang lewat. Dia khawatir orang akan mengira dirinya perempuan gila. Beberapa mobil yang lewat meliriknya dengan tatapan kaget, tak ada satupun mobil yang mau berhenti untuk membantu Liona. Mungkin dimata mereka, aku adalah pengemis, seorang pengungsi atau bahkan orang gila kehilangan akal dan tak pantas untuk dibantu meskipun mereka melihat Liona menggendong seorang bayi. Akhirnya dia mengambil kesempatan yang beresiko dengan berdiri disudut dinding gunung menunggu datangnya sebuah kesempatan sempurna. Begitu Liona melihat seberkas cahaya, dia langsung bergegas ketengah jalan tanpa berpikir dua kali dan merentangkan kedua tangannya. Apapun yang terjadi aku sudah siap!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
beby
semangat
2023-03-17
1
Kaizar Kaizar
semangat mencari kebahagiaan mu leona
2022-07-12
1