Ketiga pria itupun terdiam setelah Hiro selesai bicara. Sedangkan didalam ruang perawatan, Liona berbaring sambil mendengarkan kedua bocah itu berceloteh, sesekali mereka berbisik entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi tingkah mereka sangat lucu. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan pintu terbuka dari luar. Hiro berjalan masuk diikuti Reynard dan Delvin dibelakangnya. “Felicia, ayo kita pulang.” kata Delvin melambaikan tangan pada keponakannya.
“Ah….cepat sekali paman!” protes gadis kecil itu yang enggan pulang kerumahnya.
“Sudah malam, sayang. Kita harus pulang sekarang.”
Tampak Felicia tak senang karena harus pulang kerumah, dia senang mengobrol dengan Elvano. Dia tampak berjalan lemah lalu mengucapkan selamat tinggal pada Elvano. Raut wajahnya sedih “Tante cantik, Feli pulang ya tapi besok Feli datang lagi kesini. Tante cepat sembuh ya.” Belum lagi Liona menjawab, Felicia sudah berjalan menghampiri Elvano dan memeluknya erat, bocah itu tak menolak pelukan dari Felicia “Meskipun kamu tidak mau berbagi mama tapi aku menyukaimu. Kamu sangat baik hati, kita akan bertemu lagi. Aku janji akan menemuimu lagi ya. Aku pulang dulu! Sampai jumpa lagi!”
Elvano hanya menggangguk dan menatap punggung gadis kecil itu hilang dibalik pintu. Entah mengapa Elvano terlihat sedih, baru ini dia menyukai anak kecil lain. Meskipun gadis kecil itu keras kepala menurutnya, tapi dia lucu dan mulutnya tak berhenti bicara, sangat berbeda dengan Elvano yang pendiam. Liona menginap dirumah sakit selama dua hari lagi, selama itu Felicia dan ayahnya tak pernah lagi nampak mengunjungi. Berulang kali Elvano menoleh ke pintu, berharap gadis kecil itu datang. Di lokasi syuting tak ada masalah soal Liona cuti karena semua tahu jika Liona yang menyelamatkan putri dari Tuan Wilfred. Semua orang takut jika Reynard marah jika Liona tak diberi cuti.
Liona merasa lega karena Reynard dan putrinya tak pernah datang lagi menemuinya. Tapi Elvano terlihat kecewa karena Felicia tak kunjung datang menemuinya seperti janjinya. Setiap kali pintu terbuka dan yang datang bukan Felicia, wajah Elvano berubah. Elvano tak pernah berinteraksi dengan anak lain, Liona tak menyangka jika putranya menyukai gadis kecil itu.
...*...
Dikediaman Reynard yang berada di komplek Villa LeGardenia, sebuah komplek perumahan mewah yang merupakan milik Keluarga Wilfred. Ada tiga puluh villa di komplek itu, dan hanya orang kaya raya yang sanggup membeli villa disana karena harganya selangit. Reynard menempati villa pertama setelah memasuki pintu masuk. Villa milik Reynard adalah yang paling mewah dan paling luas di komplek itu, modelnya pun berbeda dari villa lainnya, desainnya sangat mewah. Didalam villa itu sedang terjadi perang, Felicia mengamuk dan membanting semua barang-barang, apa yang dilihatnya semua dibanting. Bocah perempuan itu tak peduli jika barang-barang kristal itu berharga mahal. Dia sedang marah pada ayahnya yang tak kunjung menepati janji untuk membawanya bertemu Liona.
Felicia menangis meraung-raung dan melempari semua barang, bayangkan saja guci mahal, barang kristal semua pecah di lempar oleh gadis kecil itu. Dia berlarian mencari barang yang bisa di lemparkannya, tak peduli pecahan guci dan kristal di lantai. Kini dia berlari kelantai atas dan mengancam “Jangan mendekat! Aku mau lompat saja!” ancamnya. Para pelayan panik membujuknya “Nona muda, tolong turunlah nanti nona terluka. Ayo turun ya nona muda.”
“Tidak mau! Aku mau ketemu mamaku!” teriaknya. Para pelayan pun bingung, setau mereka mama Felicia sudah meninggal beberapa tahun lalu, lantas siapa yang mau ditemui nona muda dirumah sakit? Kenapa dia bilang mau menemui mama? Pikir para pelayan heran.
“Felicia sayang. Turun dulu ya.”
“Nggak mau! Aku mau mama!” teriaknya. Dia sangat merindukan Liona dan mengamuk karena tak ada yang mau mengantarnya menemui wanita itu. Reynard memang sengaja, dia pikir mungkin Felicia hanya menyukai wanita itu sekilas karena sudah menolongnya. Delvin pun berpikir hal yang sama, Felicia masih kecil dan tak paham apa yang dimintanya pada sang ayah. Tapi melihat Felicia yang mengamuk membuat Delvin dan semua pelayan menggaruk kepala tak mampu membujuk gadis kecil itu.
“Kita makan yuk….paman panggil koki kesukaanmu, dia akan masakkan banyak makanan untukmu. Paman akan minta dia masak sup iga, capcay, bakwan udang, perkedel, Pokoknya semua yang kamu mau deh.” begitu Delvin menyebutkan soal makanan Felicia terdiam sekejap memandang perutnya yang sudah lapar. Tapi dia memang keras kepala tak ampuh rayuan pamannya. “Tidak paman! Aku tidak mau makan! Aku mau makan kalau sudah bertemu mama.”
“Felicia! Kalau kamu tidak mau makan nanti sakit. Tante cantik pasti marah kalau kamu sakit. Ayo turun dan makan, kamu belum makan dari tadi.”
“Paman dan Papa, jahat! Tidak mau mengantarku menemui Tante cantik. Dia mamaku...huaa…..huaaa…..aku rindu mama.” tangisnya pun meledak, entah itu tangisan pura-pura atau sungguhan.
Delvin sudah letih membujuk keponakannya, tak lama terdengar suara deru mobil diluar. Reynard pulang, saat pria itu memasuki rumah, matanya nanar melihat keadaan rumah yang berantakan, semua barang-barang pecah berserakan. Reynard memijit pelipisnya, dia tahu kenapa Felicia mengamuk tapi tak menyangka akan separah ini akibatnya.
“Felicia Inez Gianina Wilfred!” Reynard berterika memanggil putrinya dengan wajah menakutkan. Tapi gadis kecil itu tidak takut, dia hendak meluncur kebawah lewat pegangan tangga, melihat itu semua orang menatap ketakutan.
“Papa sudah tidak sayang sama Feli lagi. Papa mengurungku dirumah, aku rindu sama mama tapi papa melarangku kerumah sakit menjenguk mama. Aku sudah janji sama mama Liona kalau aku akan datang kerumah sakit, aku janji sama kak Elvano juga. Papa bilang kalau janji harus ditepati, papa jahat sama Feli. Aku selalu memuji papa didepan tante cantik, papa tidak boleh melarangku keluar rumah, papa tidak boleh melarangku mengunjungi tante cantik, dia mamaku,” teriaknya kencang.
Reynard akhirnya luluh, putrinya benar-benar keras kepala “Baiklah. Turun dan makanlah. Setelah itu papa bawa kamu menemui---”
Belum lagi selesai dia bicara, Felicia berteriak riang “Yeay! Ketemu mamaku.” diapun berlari menuruni tangga. “Feli! Jangan berlarian!” teriak Delvin mengejar Felicia karena dia takut Felicia akan jatuh dari tangga.
“Papa, bisakah papa menelepon tante cantik untukku?”
“Kenapa?” tanya Reynard heran.
“Aku ingin bicara, bukankah papa akan menikah dengan tante cantik? Dia akan jadi mamaku, mama pasti senang mendengar suaraku.” ucapany sambil memiringkan kepalanya memandanga sang ayah yang bingung karena dia pun tak tahu nomor telepon Liona. Bagaimana bisa aku lupa menyimpan nomor kontaknya padahal kemarin aku memegang ponselnya, gerutu Reynard.
“Delvin coba hubungi Ardana, apakah Liona masih dirumah sakit atau sudah pulang.”
Wah...wah berarti Felicia berhasil dengan ancamannya. Reynard terlihat memegang keningnya. Dia sengaja tak menemui Liona agar wanita itu bisa memikirkan tawarannya untuk menikah. Bukankah Liona yang meminta agar memberinya waktu untuk berpikir?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
beby
bagus feli
2023-03-17
1