Dengan hati yang bagaikan disayat. Roki menyambut pagi yang bagaikan kegelapan dengan rintihan air hujan membasahi jalanan yang ia lalui. Di persimpangan kemarin yang dilalui dan di tempat itu juga ia bertemu dengan Izam.
Hati Roki yang tidak ingin bertemu dengannya berkata dalam hati,”Aku berharap tidak berpapasan dengannya lagi.” Tapi tidak disangka belum sempat berjalan dipersimpangan ia dihadang oleh Izam. Tapi aneh dengan suasana yang ada Roki melihat sekitar dan melihat kalau kakak kelas yang sudah dihajar oleh Izam datang menghadang lagi dengan membawa beberapa orang yang lebih banyak dari kemari sore. Karena takut Roki kembali sembunyi dari balik persimpangan dan melihat Izam bersama kakak kelas berkelahi.
Tapi saat itu Roki ketinggalan hiburan yang ingin dia tonton karena suasana yang ada saat itu berbeda dengan apa yang dibayangkan olehnya. Saat melihat kembali kakak kelas menundukan kepalanya yang penuh dengan luka memar di seluruh tubuh mereka. “Kami minta maaf dan tidak akan mengganggu anda lagi,”ucap kakak kelas yang merendahkan diri dihadapan Izam.
Izam hanya melewati mereka saat kakak kelas merudukan kepalanya disela Izam lewat dia berkata,”Lain kali jangan menampakan diri lagi.” Izam kembali berjalan melewati semua kakak kelas, tanpa terjadi apa-apa lagi.
Roki yang melihat dan mendengar hanya terdiam dan berjalan melewati kakak kelas yang masih di tengah jalan, tanpa berkata apa-apa. Belum sempat dia di depan gerbang ia melihat Martin bersama Izam. Karena penasaran Roki menghampiri keduanya. “Apa yang kalian lakukan di depan gerbang masuk sekolah,”kata Roki.
Martin berkata dengan penuh amarah,”Itu bukan urusan kamu. Diam saja kamu.” Sedangkan Izam hanya mengabaikan Roki dan Martin ia tetep berjalan masuk kelas. Tapi belum sempat berjalan ia dihadang oleh Martin yang tidak terima dengan perilakunya. “Kamu mau pergi kemana?,”kata Martin. Izam hanya menghela nafas dan bertanya kepada Roki,”Tolong beritahu dia, jangan ganggu aku.” Posisi sambil menuju kearah Martin.
Roki memegang tangan Martin sementara Izam pergi menjauh dari keduanya berjalan menuju kelas. Martin yang masih marah berkata kepada Roki. “Kenapa kamu menghalangiku,”ucap Martin.
“Kamu mau dipukul,”kata Roki yang masih menahan tangan Martin. “Dia itu berbeda dengan kita,”ucap Roki sambil menenangkan Martin yang masih marah. “Apa maksud kamu,”kata Martin yang mulai meredakan amarahnya.
“Dia itu baru saja memukul kakak kelas yang kemarin di hari pertama,”kata Roki. “Aku tidak paham maksud kam?,”ucap Martin.
“Begini ceritanya kemarin aku melihat Izam diikuti oleh kakak kelas yang memukul dia di depan gerbang sekolah. Sampai di persimpangan dia dihadang beberapa orang yang bersama dengan kakak kelas. Tapi kamu tahu tidak apa yang aku lihat kemarin,”kata Roki.
“Memangnya apa yang kamu lihat,”kata Martin yang penasaran.” Kakak kelas dan beberapa orang yang mengikutinya dipukul sampai babak belur,”ucap Roki.
“Di tambah lagi tadi saat aku berangkat juga melihat sekilas kalau Izam dihadang oleh senior kita yang sudah kelas tiga. Tapi hasilnya senior kelas tiga dihabisi semua dan mereka juga sempat menundukan kepala minta maaf kepada Izam,”kata Roki menjelaskan.
“Jika kamu tidak aku tahan mungkin kamu juga akan sama dengan senior kita,”kata Roki.
“Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan,”ucap Martin sambil meninggalkan Roki. “Kamu tidak percaya tidak masalah tapi aku juga akan berkata kalau dia juga memiliki aura pembunuh yang sangat kuat,”ucap Roki.
“Kamu hanya ketakutan saja Roki,”ucap Martin sambil menepuk punggung Roki dengan keras. “Terserah kamu saja yang penting aku sudah bilang kepada kamu,”kata Roki.
Mereka masuk kedalam kelas, kebetulan mereka satu kelas yang sama tidak hanya kebetulan Martin dan Roki juga terkejut kalau Izam juga satu kelas. Izam yang melihat mereka berdua hanya tersenyum sampai bel berbunyi tanda masuk.
“Selamat pagi anak-anak,”ucap guru fisika. “Pagi bu,”kata semua siswa yang mendengarkan. “Baik kita akan bagi kelompok yang nama ibu sebutkan akan menjadi teman kelompok kalian untuk hari ini. Martin, Roki dan Izam akan menjadi satu kelompok belajar,”ucap guru Fisika.
Roki yang mendengarnya terkejut,”Bu tidak bisa diganti ya kelompoknya?”
“Tidak bisa Roki,”kata guru fisika. Hati Roki yang tidak ingin sekelompok dengan Izam membuat suasananya tidak semangat untuk belajar. Sedangkan Martin hanya biasa saja dan acuh tak acuh mendengarnya.
Izam yang telah mendengar nama kelompoknya langsung menghampiri mereka berdua dan duduk disebelah Roki. “Hai aku Izam, mohon bantuannya yang untuk seterusnya,”kata Izam sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Martin membalas jabatan tangan Izam,”Hai juga aku Martin.”
Roki dengan rasa was-wasnya membalas uluran tangan Izam,”Hai aku Roki.” Mereka bertiga bekerja sama dalam mengerjakan tugas yang telah disampaikan bu fisika sampai bel berganti pelajaran.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Malam berguyur air hujan, bel selesai telah berbunyi. Semua siswa keluar kelas melepaskan lelah dengan dingin air hujan yang mengguyur setiap jalan dan pohon yang ada. Martin menghampiri Izam yang melihat keluar jendela. “Apa yang kamu lihat,”kata Martin sambil duduk di depan Izam. Dia hanya terdiam tanpa sedikitpun beralih dari pandangannya.
“Kata Roki kamu berkelahi dengan kakak kelas tadi pagi. Apa itu benar?,”kata Martin yang mencoba mengajak Izam berbicara. Tapi lagi-lagi Izam mengabaikan perkataan Martin dan pergi meninggalkan dia sendirian. Diluar lorong menuju pintu keluar kelas Izam bertemu dengan Roki yang ingin menghampiri Martin yang kebetulan sedang duduk.
“Apa yang kamu lakukan disini,”kata Roki. “Aku hanya ingin berteman dengan Izam tapi dia mengabaikanku,”ucap Martin. Izam yang hendak keluar kelas dihadang oleh laki-laki yang tinggi dengan pakaian yang rapi berjas hitam. “Apa kamu sudah selesai,”ucap orang itu.
“Sudah. Ada apa kamu mencariku,”kata Izam yang melewati laki-laki tinggi itu. Sambil keluar kelas melewati lorong-lorong kelas yang ada mereka berbincang-bincang. Sampai di luar kelas laki-laki itu memanggil,”Bos, mereka sudah datang.” Mizuki yang merupakan bawahan Izam datang ke sekolah tuannya untuk memberikan kabar kalau musuhnya sudah bersiap untuk datang. “Dimana mereka sekarang,”ucap Izam dengan tenang.
Mereka berdua keluar menuju gerbang sekolah bersama tanpa menoleh kebelakang. Sedangkan Roki dan Martin hanya memandang satu sama lain karena merasa penasaran dengan orang yang datang menghampiri Izam.”Siapa dia?,”kata Martin kepada Roki. Mereka hanya memandang satu sama lain tanpa sadar mereka berdua mengikuti Izam dari belakang. Tapi tidak disangka, belum jauh dari sekolahan atau pintu gerbang Izam menoleh kebelakang,”Sedang apa kalian.”
“Tidak ada, hanya berjalan menuju gerbang sekolah yang kebetulan kami ingin lewat sini saja. Apa ada masalah,”kata Roki yang berpura-pura sambil menyembunyikan niatnya mengikuti Izam.
“Tempat kalian berbeda dengan tampatku berada, jangan pernah kalian ikut campur urusanku. Kalian akan tewas kalau mengikutiku,”kata Izam dengan tatapan tajam dan dingin kepada mereka berdua.
“Kenapa? Kita tidak boleh ikut,”kata Martin dengan santai. Izam hanya terdiam hingga mobil berhenti di depan Izam dan Mizuki. Mereka berdua masuk kedalam mobil dan meninggalkan Martin dan Roki yang masih di halaman sekolah tanpa sedikitpun berkata apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
anggita
mampir ,👍saja..
2022-10-09
0