Setelah hari itu Roki dan Izam berteman dan mereka selalu bersama-sama. Martin yang merasa ada perubahan dengan sikap Roki membuat dia penasaran. Sampai di kelas saat mereka berbincang-bincang Martin datang menghampiri mereka berdua. “Hai Roki tidak biasanya kamu ngobrol panjang dengan Izam, bukanya kamu selalu takut dengan dia?,”kata Martin sambil berbisik.
Roki melihat kearah Martin dan membalas ucapannya,”Memangnya tidak boleh aku berbicara dengan dia. Aku sudah tidak takut lagi dengan Izam.”
“Tidak hanya saja kalian selalu bersama membuat aku penasaran dan berpikir. Apa kalian menjalani suatu hubungan terlarang?,”kata Martin tanpa berpikir panjang. “Apa maksud kamu Martin,”ucap Roki yang berdiri dari tempat duduk.
“Mustahil bagiku menjalani suatu hubungan yang kamu maksud,”kara Roki menjelaskan. “Apa maksud kamu tidak mungkin,”ucap Izam yang melihat kearah Roki.
“Kenapa kamu melihatku seperti itu,”kata Roki yang merasa merinding dengan tatapan Izam yang seperti menyembunyikan sesuatu. Martin yang melihat membuat dia berkata,”Apa kalian pacaran.”
Izam dan Roki melihat kearah Martin. Roki yang mencoba menjelaskan kalau dia hanya berteman, tapi dibantah dengan ucapan Izam. “Itu benar kami sedang kencan, apa kamu keberatan dan merasa jijik dengan kami berdua,”kata Izam yang tersenyum karena ingin menggoda Roki.
“Apa maksud kamu, aku tidak pacaran dengan dia,”ucap Roki melihat kearah Martin dan mencubit Izam. “Aduh... kenapa kamu mencubit tubuhku. Apa kamu tidak mau mengakuinya kalau kita sudah melakukan itu,”kata Izam yang memeluk Roki. Tapi Roki mengelak ucapan Izam dan melepaskan pelukannya dan mendekatkan pada Martin.
“Kenapa denganmu?,”ucap Martin dengan santai. “Kamu harus percaya denganku,kalau aku hanya berteman dengan dia tidak ada yang lain aku masih normal kali,”kata Roki menjelaskan di belakang Martin. Izam yang melihat kelakukan Roki yang gelisah membuat dia tertawa dilanjutkan Martin yang juga ikut tertawa.
Roki yang melihat mereka tertawa bertanya-tanya,”Apa yang kalian tawakan?”
“Kami menertawakan kamu,”ucap Martin. “Apa!,”kata Roki. “Aku tahu kalau Izam hanya bercanda dengan kalian setelah melihat sikap kamu yang gelisah,”kata Martin.
“Jadi kamu dan Izam mempermainkan aku,”kata Roki yang cemberut.
Mereka berdua hanya tertawa melihat Roki. Sampai Martin melihat kearah Roki dengan tatapan tajam,”Apa yang terjadi dengan kalian kemarin?.”
Roki menatap Martin,”Kenapa kamu melihatku seperti itu?.” Martin hanya menghela nafas,”Apa kalian tidak ingin bilang kepadaku kemarin kenapa kalian barengan ke kelas.”
Roki melihat kearah Izam sampai salah satu dari mereka berkata,”Aku hanya kebetulan melihat Roki di lorong makanya aku barengan dengan dia.” Martin mencoba untuk tenang,”Apa itu benar Roki?.”
“Iya itu benar,”ucap Roki yang berbohong kepada Martin. Martin hanya tersenyum dan kembali duduk di kursi dengan hati berkata,”Kenapa kamu berbohong. Apa dengan kamu berbohong aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan.” Roki melihat sikap Martin menghampirinya dan menjelaskan apa yang terjadi dengan cerita bohongnya. “Apa kamu marah dengan ku?,”ucap Roki.
“Tidak kenapa?,”kata Martin melihat dengan biasa. Tapi Izam yang melihat tatapan Martin mengetahuinya kalau kita berdua berbohong kepadanya. “Kenapa kamu ingin tahu apa yang terjadi dengan kami berdua kemarin,”ucap Izam kepada Martin.
“Hanya ingin memastikan saja,”kata Martin menatap Izam. “Kalian berdua tidak akan berkelahi,”ucap Roki dengan gelisah. Mereka berdua melihat kearah Roki dengan serentak berkata,”Siapa yang mau berkelahi?.”
“Kalian berdua,”ucap Roki. Martin dan Roki saling bertatapan dan tersenyum. Roki yang melihat ekspresi mereka kembali tenang. “Ayo duduk sudah akan dimulai kelasnya,”kata Roki.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Pagi yang indah Martin yang sudah masuk di kelas dengan disusul oleh Roki dari belakang. Mereka berdua duduk berdampingan sampai Izam datang masuk kedalam kelas melihat mereka berdua. Martin yang sedang berbincang dengan Roki dihampiri Izam. “Apa yang kalian bicarakan?,”kata Izam sambil merangkul Roki. Roki dengan cepat menghempas rangkulan Izam dan kembali merinding dan bergetar karena mengingat kejadian kemarin. Martin melihat Roki gelisah berkata,”Apa kamu sakit?.”
Roki kembali tenang,”Tidak.” Izam dengan senyum berkata,”Jika masih takut kenapa kamu tidak masuk kelas saja?.” Martin yang tidak tahu kan kejadian kemarin bertanya,”Apa yang terjadi kemarin?.”
“Tidak ada, Ayo temani aku ke ruang guru,”ucap Roki menarik Martin meninggalkan Izam. Izam yang melihat berkata,”Pasti masih trauma.”
“Untuk apa kamu menarikku,”ucap Martin. “Minta temani,”ucap Roki. “Tidak biasanya kamu meminta temani. Memangnya apa yang terjadi kemarin sampai kamu minta temani tidak diganggu oleh Izam kan?,”kata Martin.
Roki menggelengkan kepalanya sampai dia melihat di ujung lorong ada Remon bersama kawannya. Roki melangkah mundur tapi di pegang oleh Martin yang tahu akan kondisi Roki karena kemarin dia dilecehkan oleh Remon. “Ada apa?,”ucap Martin yang biasa tidak tahu apa yang terjadi.
“Tidak ada,”ucap Roki yang kembali sadar dan berjalan di samping Martin dengan menahan rasa gelisahnya.
“Kemarin, bukannya sudah bersama Izam. Apa yang kamu takutkan?,”ucap Martin dengan suara kecil sambil berjalan melewati Remon. Remon yang melihat hanya mengabaikan mereka berdua. Karena setelah Izam dan Roki pergi mereka mendapat pukulan kedua oleh Martin yang kebetulan hendak menyusul Roki. Tapi Martin melihat hal yang tidak harus dia lihat dia ingin menolong tapi keduluan oleh Izam yang sudah sampai ditempat menolong Roki.
“Apa yang kamu bicarakan,”kata Roki melihat kearah Martin. “Tidak, memang aku berkata apa tadi,”ucap Martin yang tersenyum. “Mungkin perasaanku saja kamu tadi berbicara,”kata Roki.
Sampai di luar lorong ponsel Martin berbunyi. Martin mengambil ponsel dari sakunya dan melihat pesan dari kawannya yang menjaga toko tempat kakaknya membuka cafe barunya. Pesan yang diterima oleh Marin yang memberitahukan kalau toko kakaknya diacak-acak oleh preman.
“Kamu tunggu dulu disini ya.....,”ucap Roki yang belum selesai karena Martin bergegas masuk bertemu dengan wali kelas. Setelah meminta ijin Martin segera pergi menuju ruang kelas mengambil tasnya dan pergi menuju toko kakaknya dengan cepat. Roki melihat sikap Martin tidak biasa mendatangi wali kelasnya untuk bertanya setelah menaruh lembar kerja siswa di meja. “Maaf pak tadi Marin berbicara apa sama bapak?,”kata Roki. “Martin meminta ijin kalau ada urusan keluarga yang harus dihadiri makanya meminta ijin kepada bapak. Apa dia tidak bilang kepada kamu?,”kata wali kelas. Roki menggelengkan kepalanya sampai dia berkata,”Terima kasih pak. Saya akan kembali ke kelas.”
Roki keluar dari ruang guru dan menelepon Martin, tapi dia tidak mengangkatnya. Sampai di kelas dia tidak melihat tas Martin. “Kamu sudah kembali. Kenapa dengan Martin tadi buru-buru pergi,”ucap Izam. “Buru-buru..... tadi aku bertanya wali kelas kalau dia ada urusan keluarga. Tapi aku telepon dia, tidak diangkat. Membuat aku khawatir kalau terjadi pada keluarganya,”kata Roki yang khawatir dengan Martin.
Sedangkan Martin yang sudah sampai di tempat melihat toko kakaknya berantakan. Perlahan dia masuk dan melihat kakaknya sedang membersihkan barang yang berserakan. “Kak, apa yang terjadi,”kata Martin yang berjalan menuju kakaknya. Kakaknya yang melihat terkejut karena Martin ada didepan dia. “Bukanya kamu ada disekolahan kenapa kamu ada disini,”ucap Kak Meli.
“Itu tidak penting. Apa yang terjadi dan dimana ibu,”kata Martin yang membantu mengangkat kursi dan meja yang berjatuhan. Meli hanya terdiam sampai dia berkata,” Dilantai dua bersama kak Mola.”
Martin berjalan menuju anak tangga lantai dua sampai ditengah jalan dia melihat Kak Mola bersama Ibu. Kak Mola yang menangis membuat Martin turun. “Kenapa turun,”ucap kak Meli. “Apa yang terjadi kak,”kata Martin menatap kak Meli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments