Kekasih Bayaran
Kekasih Bayaran Bagian 1
Oleh Sept
Selamat membaca karya ke-18 Sept. Agar kalian tidak bingung dengan alur ceritanya, disarankan untuk membaca "CRAZY RICH" terlebih dahulu. Karena cerita "Kekasih Bayaran" ini adalah kelanjutan dari kisah anak-anak dalam cerita "Crazy Rich"
Untuk mencari cerita tersebut, kalian bisa klik profile Sept atau ketik SEPT di kolom pencarian, pasti semua yang pernah aku tulis muncul di sana. Oke bestie.
Semoga terhibur ....
***
"Hasil rekapan data dengan Salim Group apa sudah selesai?"
Seorang wanita dengan pakaian modis dan fashionable sibuk dengan tablet di tangannya. Sembari jarinya mengeser layar touchscreen, matanya yang lentik sesekali melirik gadis yang berdiri di sampingnya sejak tadi.
"Sudah, Bu. Sudah saya email beberapa waktu yang lalu. Tinggal Ibu periksa," jawab wanita muda yang merupakan sekretaris pribadinya tersebut. Ia juga tidak kalah rapi dengan sang atasan. Kemeja kantoran dengan rok di atas lutut seperti penampilan wanita kantoran pada umumnya.
"Lalu bagaimana dengan masalah project kita yang katanya macet itu? Apa para pekerja lepas masih melakukan aksi mogok kerja?" tanya wanita yang memiliki nama Fenita tersebut. Ia meletakkan tab lalu fokus menatap sekretarisnya.
"Semua masalah sudah clear, Bu. Sudah berhasil di handle. Beberapa hari lagi project juga akan segera dilanjutkan," jawab sang sekretaris dengan wajah penuh keyakinan.
"Baiklah! Kamu boleh pergi sekarang."
"Baik, Bu. Permisi!" pamit sang sekretaris.
Wanita muda dan masih fresh itu pun kemudian berbalik, siap meninggalkan ruangan Fenita. Boss yang selama ini sudah bekerja dengannya satu tahun terakhir.
Winda Novilda Barbara, 24 tahun. Seorang sekretaris di sebuah perusahaan raksasa yang terpusat di ibu kota. Setelah keluar dari ruang kerja sang atasan, Winda kemudian bersandar di dinding, ia sedikit membungkuk dan memukul betisnya yang terasa kaku karena kram otot. Berdiri lama dengan high heel cukup membuat kakinya sakit. Tapi sejak tadi ia mencoba untuk tetap menahan dan bertahan.
Winda kemudian menatap ke sebelahnya, dia melihat pintu yang ia tutup beberapa saat lalu. Kemudian menghela napas panjang, kemudian kembali berdiri tegap lagi.
"Semangat Winda!" ucapnya lirih, mencoba memberi semangat pada diri sendiri. Ia pun beranjak dan pergi ke tempatnya selama ini mengerjakan banyak laporan.
Saat akan tiba di bilik tempatnya bekerja, ponsel wanita muda berambut panjang itu berdering. Membuat Winda berhenti untuk mengangkat telpon sejenak.
Dilihatnya nomor tidak dikenal, ingin ia abaikan, tapi tiba-tiba merasa harus mengangkat telpon itu. Akhirnya, Winda pun mengeser logo hijau.
"Hallo, selamat siang, dengan Winda di sini," sapa Winda di telpon.
"Haloo ... Mbak Winda? Ini Maria, Mbak Mar tetangga kontrakan. Ibu Mbak Winda ngamuk-ngamuk sekarang. Dia merusak semua barang-barang di dalam rumah bu RT."
Winda menahan napas panjang, ia mengusap wajah, kemudian memegangi dahi. Sepertinya ini bukan yang pertama ia mendapat kabar serupa. Tiba-tiba kepalanya tambah pusing. Masalah kantor masih banyak, ditambah ibunya yang saat ini sedang kambuh.
Ya, Winda selama ini tinggal dengan ibunya, hanya berdua saja. Ayahnya sudah menelantaran ibunya tanpa tunjangan apapun saat ia lulus SMA. Sang ayah sudah kepincut perempuan lain, yang bahkan usianya tidak jauh beda dengan Winda. Dan hal itu membuat ibunya depresi berat. Sering sekali mood sang ibu berubah, kadang tenang, kadang juga mengerikan kalau sedang kambuh, seperti sekarang ini.
"Mbak, Mar. Saya bisa minta tolong? Tolong bawa ibu saya kembali ke rumah. Satu jam lagi saya pulang."
"Iya, bisa. Tapi jangan lama-lama ya Mbak. Saya takut. Soalnya ibunya kalau marah suka melempar apa saja. Saya takut."
"Baik. Terima kasih, saya segera pulang."
"Saya tunggu jangan lama-lama."
Winda pun mematikan ponselnya, ia berbalik dan buru-buru ke ruangan sang atasan, sepertinya ia harus ijin sama Bu Fenita.
Tok tok tok
Ia ketuk pintu ruangan. Tapi tidak direspon. Sekali dua kali tidak ada tangapan. Padahal ia sudah ditunggu di rumahnya. Dengan cemas Winda mengetuk pintu. Karena tidak kunjung dijawab, Winda langsung saja memutar knop pintu. Dengan hati-hati ia masuk agar sang atasan tidak marah.
KLEK
"Astaga!" pekik Winda kaget. Gadis itu kemudian spontan berbalik. Ia memalingkan muka. Panik ketika harus melihat pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat.
"Maaf ... Maaf Bu Feny."
Fenita mendesis jengkel, kemudian merapikan rambutnya. Ia pun meminta pria yang bersama dirinya untuk keluar.
"Keluarlah!" ucapnya lembut penuh kode alam.
Tanpa protes, sosok tersebut kemudian merapikan kemeja dan meraih laporan yang tadi ia bawa di atas meja, meja yang sama, tempat tadi ia hampir menciumm Feny. Sayang gagal karena keburu Winda datang. Padahal Feny menunggu moment tersebut.
Kini, ketikan pria itu berjalan meninggalkan ruangan, matanya sempat bertemu dengan manik mata Winda. Keduanya saling menatap meskipun hanya sekilas.
KLEK
Pria itu menutup pintu dan merapikan bajunya lagi. Agar tidak kelihatan kusut. Sambil bersiul, ia berjalan menyusuri lorong. Ketika ia berpapasan dengan beberapa pegawai, semuanya hampir tidak menatap dirinya. Pria itu tersenyum tipis, kemudian berjalan masuk ke bilik ruang kerjanya.
"Kav, gimana? Dapat tanda tangan bu Feny yang jutek itu?" tanya rekan kerja Kavi yang duduk di sebelahnya, mereka hanya terpisah bilik triplek putih. Terlihat sekali dia sangat kepo.
Dengan bangga, Kavi menunjukkan hasil kerjanya. Baginya sangat mudah. Satu kedipan, atasannya pasti akan terhipnotis. Apalagi ia tadi sempat merayu Fenita, jika ingat betapa wajah Fenita yang begitu menginginkan dirinya, Kavi hanya bisa tersenyum kecut. Orang pertama yang akan ia pecat di perusahaan Tourshine Groups, mungkin adalah Fenita.
Ya, Kavi adalah putra ke empat Gadhi dan Hanum. Kavi Arkana Mahindra, 24 tahun. Kini ia bekerja di perusahaan sang papa sebagai karyawan biasa. Kavi memang harus menjalani proses training agar lolos dari ujian yang kakaknya berikan. Arjuna sangat kejam, pria itu membuat Kavi harus menyembunyikan status selama beberapa bulan ini.
Semua tidak tahu bahwa Kavi adalah anak pemilik perusahaan. Yang mereka tahu Kavi hanya pegawai biasa yang baru bergabung di perusahaan Tourshine Groups.
"Gilaa, keren banget. Ada drama kaga? Dia kan kalau ada yang setor laporan yang tidak sesuai ... pasti main lempar!" tukas teman Kavi yang bernama Gilang tersebut.
Kavi hanya menyunggingkan senyuman penuh makna.
'Bibir perawan gue hampir aja jadi korban perawan tua itu. Untung saja ada cewek yang masuk tiba-tiba. Selamet deh gue!' jawab Kavi dalam hati.
"Lah malah melamun? Ceritanya bagaimana kok bisa mudah banget?" Gilang masih penasaran.
"Anggep aja karena gue ganteng!" cetus Kavi.
BUGH
Lengannya langsung ditonyor Gilang. Dan Kavi hanya melempar senyum lepas. Ya setidaknya hanya Gilang yang mau bicara dan menganggap dia ada.
'Kalau Gue udah duduk di kursi Presdir. Lo orang pertama yang gue naikin gaji!' janji Kavi dalam hati.
***
Di ruangan Fenita
Wanita itu menatap kesal pada Winda.
"Kamu pikir ini perusahaan kakekmu? Bisa ijin pergi begitu saja?"
"Maaf, Bu. Tapi nanti saya langsung kembali."
Fenita yang kesal karena kejadian tadi, ia melampiaskan semuanya pada Winda sekarang.
"Baik, kamu boleh pergi sekarang. Sekalian bawa semua barang-barangmu!"
DEG
Bersambung.
Winda akan dipecat gara-gara ijin mau keluar saat jam kerja atau karena mengetahui affair Feny dengan karyawan lain? Jawab di kolom komentar ya bestie. Jangan lupa like.
IG Sept_September2020
Fb Sept September
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Memyr 67
kalau winda cerdas, laporkan feni ke serikat pekerja. tidak melakukan kesalahan dalam pekerjaannya, dipecat.
2024-10-09
0
komalia komalia
waaah kensel karena mau dapat sosoran dari brondong jadi uring uringan
2024-02-02
0
Melya Siena Siena
yah jawabannya dia dipecat krn sdah mergokin bu feny ada affair dengan karyawannya dan pasti itu skit kepla deh bu feny nya nggak jdi nyosor
2023-08-30
0