Kekasih Bayaran Bagian 9
Oleh Sept
Perlahan bayangan wajah tampan itu hilang bersama detik yang terus berjalan. Hanya menyisahkan bulir bening yang jatuh menetes membasahi pipi Olivia. Semua hanya hayalan Olivia, berharap Arjun datang dan menghibur hatinya yang terluka. Saat pintu terbuka lebar, semua kosong. Tidak ada bayangan apapun.
Ia genggam benda pipih di tangannya, kemudian menatap pesan singkat dari Arjuna sekali lagi.
[Mari bekerja secara professional. Aku berikan cuti 2 minggu]
Terlalu berharap pada sang bulan. Olivia jatuh dalam kecewa yang ia ciptakan sendiri. Merana sendiri, sakit sendiri, benar-benar sendiri.
***
Villa, Puncak.
Rombongan peserta outbound sudah berkumpul dan kembali ke villa. Mereka sudah bersiap pulang ke ibu kota. Lusa akan kembali bekerja setelah libur satu hari.
Winda sekarang ikut rombongan bus. Ia duduk di sebelah bu Fenita. Sedangkan Kavi, ia ikut mobil bersama gengnya. Geng cowok-cowok jomblo yang selalu usil pada Kavi. Karena Kavi jadi bahan bulian setelah tahu punya pacar malah TP TP pada Winda. Gara-gara Winda, gosip Kavi punya pacar menyebar seperti ubi jalar.
"Btw ... pacar Lo siapa, Bro?" goda Gilang yang kepo. Setahu dia, Kavi tidak dekat dengan siapa pun.
"Siall!" umpat Kavi sebal. Ia pun hanya diam, tidak mengatakan apapun.
Sedangkan di dalam bus. Fenita senyum-senyum saat mendengar karyawan kasak-kusuk. Mereka sedang membicarakan brondongnya, si Kavi.
Mungkin karena selama outbound Kavi terlihat paling bersinar, jadi pria itu jadi pusat perhatian. Terutama di kalangan karyawan wanita yang masih single.
"Aku tuh penasaran, ceweknya Kavi itu kek apa. Eh!!! Wind ... kata anak-anak Lo tahu Kavi punya cewek. Kek apa ceweknya, Win?"
Mak JLEB
Winda yang sedang duduk di samping Fenita langsung mati kutu. Aura tidak enak membuat Winda gelisah seketika.
'Bisa ilang ini bonus tahunan!' batin Winda jika ia salah ucap.
"Cantik dan fashionable," jawab Winda cari selamat.
"Wah ... tambah penasaran. Anak mana? Model? Atau kantoran kaya Kita?"
Pertanyaan itu muncul dari bibir karyawan paling usil yang selalu suka nebar gosip.
Semua menunggu jawaban Winda, sedangkan Winda, ia tidak enak karena Fenita terus menatap dirinya. Seolah mengintimidasii, awas saja kalau Winda salah ucap, mungkin ia akan dipecat oleh bosnya itu.
"Ada deh!! Pokoknya cantik banget!"
Seketika hidung Fenita langsung kembang kempis. Wanita itu kemudian mendekatkan kepalanya pada Winda.
"Saya punya koleksi parfum baru beli dari Paris, pulang dari sini, buat kamu, ya!" bisik Fenita dengan wajah merona.
'Ish!!' Winda merutuk kesal dalam hati kecilnya. Demi apa coba dia memuji-muji bosnya itu. Astaga, uang bisa merubah segalanya.
Winda pun tersenyum manis.
***
Setelah 3 jam perjalanan, akhirnya Winda tiba di rumah.
"Bu ... Ibukkk!"
Rumah terlihat kosong. Semua tertata rapi, tapi tidak ada orang. Untung dia selalu punya kunci cadangan, jadi bisa masuk kapan saja.
"Ke mana mereka?"
Winda lantas duduk kemudian mencari ponselnya. Ia akan menghubungi bu Susi.
"Hallo, Bu Susi?"
"Hallo ... hallo ... Mbak ini saya di rumah sakit."
Wajah Winda langsung berubah panik.
"Ibu kenapa Bu Susi?"
"Ibu Rissa baik-baik saja, tapi Pak Lukman tetangga Kita sekarang di UGD."
"Apa karena ibu saya?" tebak Winda, wajahnya berubah pasrah ketika mendengar ucapan bu Susi di telpon.
....
Rumah Sakit
Di sebuah rumah sakit, Winda bergegas menyusuri lorong. Mencari sosok ibunya dan bu Susi.
"Mana ibu?" tanya Winda saat melihat bu Susi. Bu Susi kemudian menatap ke dalam ruangan. Ia sejak tadi menunggu kedatangan Winda di depan pintu.
"Ibu ... Ibu kenapa?"
Dilihatnya ibunya diam saja dengan tatapan kosong.
"Bu Susi ... ibu saya kenapa?"
Rasanya Winda menyesal ikut acara yang diselengarakan kantornya. Jika ia tahu akan seperti ini, ia tidak akan pergi dan meninggalkan ibunya.
"Mungkin sebentar lagi akan tertidur, sudah diberikan obat penenang," ucap bu Susi yang melihat Winda.
Mereka kemudian keluar, agar bu Rissa bisa tenang.
"Ceritakan pada Winda, Bu. Bagaimana mulanya sampai Ibu menyerang pak Lukman?"
"Saya juga tidak tahu bagaimana jelasnya. Saat saya tinggal masuk ambil air untuk cucu saya, bu Rissa sudah keluar, dan saat Pak Lukman turun dari mobil sambil merangkul putri pertamanya yang baru pulang dari Bandung, eh bu Rissa mengambil Batu dan langsung memukul putri Pak Lukman. Pak Lukman pun melindungi putrinya, entah karena apa, bu Rissa semakin murka dan memukul kepala Pak Lukman berkali-kali," cerita bu Susi dengan tidak percaya atas apa yang ia lihat sendiri.
Winda langsung terduduk lemas, matanya berkaca-kaca, pasti ibunya mengira itu suami dan selingkuhannya yang memang masih muda. Tidak kuasa mendengar kronologis yang sebenarnya, tiba-tiba tiga orang polisi datang ke arah mereka.
"Apa benar Nyonya Rissa di dalam?"
Winda membekap mulutnya sendiri, ia menggeleng pelan. Tapi polisi itu langsung masuk. BERSAMBUNG
Banyak sekali kasus seperti bu Rissa, hingga berujung nyawa. Sampai akhirnya harus depresi dan mengalami penyakit mental. semoga Kita semua dijauhkan dari kejahatan perempuan yang disebut pelakor. Aamiin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Caramel Latte
amiiin
2023-09-29
0
EkaYulianti
aamiin.. 🤲
2023-07-21
0
Zamie Assyakur
kasihan bu risa depresi gegara pelakor
2022-12-24
0