Setelah mendengarkan semua cerita Arya, wajah Yuki menggelap seakan awan mendung menutupi wajahnya. Tidak ada yang tahu ekspresi macam apa yang dia buat saat ini.
Tapi Arya yakin kalau Yuki terkejut dan tidak menyangka hal ini. Semuanya dapat terlihat jelas karena Yuki benar-benar terkejut saat mendengar ceritanya.
Saat ini, suasana menjadi sunyi dan hening, tanpa suara sedikit pun.
Niko yang duduk di sebelah Yuki tidak berbuat banyak. Dia hanya diam seperti patung tapi wajahnya memucat saat keringat dingin sebesar kacang menghiasi dahinya.
Sepertinya harapannya pada Arya terlalu besar. Dia berharap Arya hanya mengatakan sebagian rahasianya tapi ternyata dia mengatakan semuanya pada ibunya.
Ini membuatnya sedikit kesal tapi dia tidak berhak untuk itu. Pada dasarnya, dia yang salah karena tidak menceritakan pada ibunya kalau dia diganggu oleh sekelompok orang.
Seandainya dia cerita lebih awal kalau dia diganggu , mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Kini dia sudah siap menerima amarah ibunya.
Dia sangat yakin ibunya akan marah. Lagi pula dia menyembunyikan fakta yang mengejutkan.
Setelah hening selama beberapa menit, akhirnya Yuki buka suara tapi suaranya sedingin es.
"Niko, kembali ke kamarmu."
"Ta-tapi, Bu..."
"Dengarkan aku dan jangan banyak bicara."
Yuki mengangkat kepalanya, menunjukan wajahnya yang dingin, membuat Niko merinding.
Dia tidak pernah melihat ekspresi ibunya yang begitu dingin.
Ibunya adalah sosok yang hangat dan cukup ceria, jadi melihatnya menjadi dingin seperti ini mengejutkannya. Niko tidak pernah berharap ibunya bisa membuat ekspresi seperti itu.
Tanpa mengucapkan satu kata lagi, Niko segera bangun dari tempat duduknya dan pergi ke kamarnya seperti yang diperintahkan ibunya.
Kembali pada Arya, dia tidak banyak bereaksi ketika melihat ekspresi dingin Yuki. Dia sudah menduga ini akan terjadi.
"Jadi, Niko menjadi babak belur begini karena dia diganggu dan dihajar? Dan semua ini ada kaitannya denganmu?"
"Ya, itu benar. Awalnya, karena aku sering menolong Niko ketika diganggu oleh Roy, dia jadi tersinggung olehku dan akhirnya kami berkelahi. Hal seperti ini terjadi beberapa kali."
Arya berkata demikian dengan ekspresi sedikit menyesal. Dia kemudian menjelaskan lagi kejadian yang terjadi beberapa minggu terakhir.
"Jadi maksudmu, saat itu kau menolong Niko yang sedang diganggu makan siangnya dan beberapa hari kemudian Niko dipanggil oleh Roy agar dia memanggilmu keluar supaya Roy bisa menyelesaikan dendam yang dia simpan padamu? Tapi karena Niko menolak, dia malah jadi dihajar dan babak belur, begitu?"
"Ya, itu benar, Tante. Selain itu, sepertinya Roy berencana mengeroyokku dengan kelompoknya tapi Niko mengetahui ini langsung memohon padanya agar tidak melakukan hal itu. Niko memohon pada Roy dan dia menawarkan dirinya sebagai seseorang yang mau mendengarkan semua perintah Roy sebagai imbalan yang terakhir tidak mengganguku."
Arya menjelaskan lebih detil pada Yuki, membuat wanita cantik itu sedikit kesal.
Dia menyalahkan Arya akan hal ini. Tapi setelah dia berpikir dengan kepala dingin, dia tidak menyalahkannya lagi.
Bagaimanapun, Arya sudah sering menolong Niko ketika diganggu, jadi tentu Niko memiliki rasa terima kasih padanya.
Dan mungkin, karena Niko merasa berhutang budi pada Arya, dia menghentikan Roy yang ingin mengeroyok Arya dengan cara mendengarkan semua perintah Roy sebagai imbalan yang terakhir tidak menggangu Arya.
Setidaknya itu yang dipikirkan Yuki.
Setelah beberapa saat, Yuki menghela nafas panjang dan berkata dengan tulus.
"Pertama-tama, aku ingin berterima kasih padamu karena telah menceritakan semuanya padaku dan membantu Niko ketika dia diganggu. Aku sangat berterima kasih akan hal itu. Dan maaf karena Niko, kamu harus berurusan dengan bocah Roy itu.
"Tidak, aku yang seharusnya minta maaf. Jika bukan karena aku, Niko tidak akan menjadi seperti ini."
Arya meminta maaf dengan tulus.
Ini adalah alasan lain mengapa Arya datang bertamu di waktu yang sedikit tidak tepat ini. Selain dia ingin menceritakan Niko diganggu, dia juga ingin meminta maaf pada Yuki.
Bagaimanapun, Niko menjadi babak belur begini ada kaitannya dengan dia.
Mendengar permintaan maaf tulus Arya, Yuki menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Kamu tidak perlu minta maaf. Selain itu, aku ingin meminta bantuanmu untuk menjadi saksi untuk kasus yang terjadi ini. Aku ingin melaporkan semua ini kepada sekolah agar bocah bernama Roy itu dikeluarkan dari sekolah."
"Tidak perlu melaporkannya ke sekolah. Semuanya hanya akan sia-sia."
Arya melambaikan tangannya sambil tersenyum penuh makna, membuat Yuki kebingungan tapi dia tidak bertanya lebih lanjut.
*****
Esok harinya, sepulang sekolah, Arya tampak menunggu tidak jauh dari gerbang sekolahnya. Dia sedang menunggu Roy dan kelompoknya lewat. Jelas, dia merencanakan sesuatu.
Tidak lama kemudian, sekelompok pemuda yang berjumlah lebih dari selusin datang dari suatu arah. Mereka tampak saling mengobrol dan tertawa.
Mereka adalah Roy dan kelompoknya.
Roy mengobrol dengan yang lainnya saat dia memimpin dengan berkuasa.
Tiba-tiba, seseorang menghalangi jalan mereka.
"Oh, akhirnya orang yang aku cari menunjukan batang hidungnya."
Roy sedikit terkejut tapi dia gembira ketika Arya menghalangi jalannya. Matanya menunjukan permusuhan dan ekspresi wajahnya menunjukan bahwa dia menantang Arya.
"Temui aku di gudang yang ada di ujung kota. Ajak semua anak buahmu."
Arya sama sekali mengabaikan ucapan Roy dan hanya berkata dengan dingin sebelum berbalik dan pergi.
Mendengar ini, Roy dan kelompoknya terkejut. Mereka jelas tidak menyangka Arya akan mengatakan hal semacam ini.
Segera, Roy menyeringai jahat. Dia sudah bisa membayangkan dirinya akan menghajar Arya hingga babak belur. Dia jelas sangat ingin menyelesaikan beberapa dendam yang terjadi dulu.
*****
Di gudang yang ada di ujung kota, selusin pemuda berkumpul di sana dengan membawa beberapa pipa besi sepanjang satu meter dan beberapa tongkat kayu tebal.
Roy dan kelompoknya sengaja membawa pipa besi dan tongkat kayu ini. Meski mereka menang jumlah, tapi mereka tahu seberapa kuat Arya.
Bahkan dengan pemuda botak yang memiliki tubuh besar dengan kekuatan yang besar saja kalah dalam beberapa pukulan dan tendangan, jadi mereka tidak ingin meremehkan lawan mereka.
Setelah menunggu selama lima belas menit, sosok Arya yang memakai jaket hitam panjang akhirnya muncul di hadapan mereka. Dia datang dari pintu masuk depan dengan tangan kosong dan berjalan dengan santai, tidak menunjukan ketakutan sama sekali bahkan ketika lawannya berjumlah selusin dan menggunakan senjata berupa pipa besi dan tongkat kayu.
Dia menatap selusin orang tersebut dan menghela nafas, meremehkan lawannya.
Melihat ini, pemuda botak mengerutkan dahinya dan berkata dengan marah.
"Bocah, kau berani datang sendiri?!"
"Lalu kenapa? Aku memang datang sendiri karena aku yakin bisa melawan kalian seorang diri. Tapi lihatlah kalian sendiri, kalian membawa pipa besi dan berjumlah selusin meski lawan kalian hanya melawan satu orang. Sungguh memalukan!"
Arya tertawa mengejek, membuat pemuda botak itu berubah merah karena marah. Tangannya yang memegang pipa besi gemetar, menahan emosi.
"Roy, biarkan aku membunuh bocah ini."
Pemuda botak itu tidak tahan lagi, berkata pada Roy dan yang terakhir mengangguk ringan, membiarkan anak buahnya maju mewakili dirinya.
Perlahan, pemuda botak itu berjalan ke depan menuju Arya dengan memegang pipa besi dengan keras.
Meski termakan emosi, dia tetap waspada. Dirinya sudah belajar dari perkelahian sebelumnya. Kini pemuda botak itu tidak berani bertindak gegabah dan menggunakan otaknya untuk berkelahi.
Terakhir kali dia kalah dari Arya karena dia memiliki terlalu banyak celah terbuka, tapi sekarang dia waspada. Dia kemudian berlari ke kiri dan kanan, berharap Arya kebingungan dengan pergerakannya.
Tidak seperti yang diharapkan, Arya hanya diam di tempat dan menyeringai. Dia sama sekali tidak menunjukan ketakutan.
Ketika jarak keduanya hanya tersisa satu meter, pemuda botak itu mengangkat tinggi tangannya dan mengayunkan pipa besi di tangannya dengan keras, memukul lurus Arya.
Tapi, dengan gerakan cepat tangan Arya meraih ke balik jaketnya dan menghindar ke samping lalu sebuah erangan teredam terdengar.
Roy dan kelompoknya yang menonton dari belakang melebarkan matanya ketika mereka melihat pemandangan di hadapan mereka.
Di sana, Arya berhasil menghindar sementara pemuda botak mengerang saat pinggangnya tertusuk oleh sebuah pisau.
Pinggang pemuda botak tersebut langsung berdarah dan wajahnya memucat. Dahinya dipenuhi keringat dingin. Dengan keterkejutan di matanya, dia perlahan melirik ke samping hanya untuk melihat Arya memasang ekspresi dingin di wajahnya.
Dia kemudian melirik sumber rasa sakitnya dan matanya melebar. Dia melihat pinggangnya tertusuk pisau melengkung dan bergerigi milik Arya.
Dia tidak tahu kapan ini terjadi. Dia sama sekali tidak melihat Arya membawa apapun dan hanya datang dengan tangan kosong. Jadi, melihatnya menusuknya menggunakan sebuah pisau benar-benar mengejutkannya.
Setelah itu, pemuda botak itu mengerang kesakitan lagi saat Arya menusuk lebih dalam belatinya. Ekspresinya tetap dingin dan dia bahkan tidak mengedipkan matanya saat melakukan tindakan kejam ini seakan dia sudah terbiasa melakukannya.
Tidak berhenti di situ, Arya menggerakkan belatinya yang masih tertusuk di pinggang pemuda botak tersebut ke perut lalu naik hingga ke bawah dada.
Pemuda botak itu mengerang kesakitan lagi dan akhirnya terjatuh dan kehilangan kesadarannya sesaat setelah Arya mencabut kembali belatinya.
Ketika pemuda botak tersebut jatuh, organ dalam tubuhnya yang terkoyak oleh belati Arya dapat terlihat jelas, membuat siapapun yang melihatnya jadi pucat dan memuntahkan semua isi perutnya.
Melihat kondisinya yang parah, kemungkinan besar pemuda botak tersebut sudah mati.
Perlahan, Arya mengalihkan pandangannya ke Roy dan yang lainnya. Tatapannya dingin dan ekspresi wajahnya tidak menunjukan rasa bersalah ataupun ketakutan setelah dia melakukan tindakan kejam tadi.
Melihat tatapan dingin Arya, semua orang merasa sedang melihat malaikat maut sedang menatap mereka. Semuanya segera bergidik merinding. Wajah mereka segera memucat dan dahi mereka dipenuhi keringat dingin.
Beberapa dari mereka bahkan jatuh pingsan karena tidak tahan melihat darah dan organ tubuh pemuda botak yang baru saja mati di tangan Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Arthur Anderson
Ngeri, tp gw suka. Lanjutkan thor, perbanyak yg kek gini
2022-12-24
0
Arthur Anderson
Yaiyalah sia2, lah roy dkk mau dibunuh kok😂
2022-12-24
0
Arthur Anderson
Emak2 klo dh marah emg ngeri sih wkwk
2022-12-24
0