Di rumah sakit, seorang wanita yang terlihat seperti berusia dua puluh lima tahun berlari di koridor rumah sakit dengan wajah pucat yang dipenuhi keringat dingin.
Beberapa saat yang lalu, dia mendapat telepon dari pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit menyatakan kalau anaknya masuk rumah sakit dengan kondisi yang cukup parah. Seluruh tubuhnya penuh dengan memar dan hidung mengeluarkan darah.
Pasien tersebut tampak habis dihajar hingga babak belur. Jelas, dia dihajar oleh lebih satu orang. Jika hanya satu orang, maka pasien tersebut setidaknya bisa melawan dan tidak berakhir seperti ini.
Setelah berlari cukup lama, akhirnya wanita tersebut berhenti di depan salah satu kamar pasien. Dia segera membuka pintunya dengan panik.
Melihat ke dalam ruangan, dia melihat seorang pemuda bertubuh besar sedang duduk tidak jauh dari ranjang pasien.
Wanita tersebut tidak mengenal pemuda bertubuh besar itu, jadi dia segera mengabaikannya dan melirik orang yang terbaring di ranjang pasien. Dia segera terkejut dan matanya berkaca-kaca dan pada akhirnya, dia menangis.
Di ranjang pasien itu, terdapat anaknya yang tidak sadarkan diri.
Ya, dia adalah Niko.
Dia sudah tidak sadarkan diri selama lebih dari satu jam. Dia bisa berada di rumah sakit karena dia ditolong oleh pemuda bertubuh besar sebelumnya.
Entah karena suara tangisan wanita itu atau karena tubuhnya sudah menjadi lebih baik, Niko akhirnya membuka matanya setelah berkedut beberapa kali.
Dia perlahan membuka matanya yang berat dan mengeluarkan erangan kesakitan yang samar.
Mendengar suara erangan, wanita tersebut dan pemuda bertubuh besar itu terkejut dan langsung menoleh ke Niko.
Mereka berdua gembira karena melihat Niko sudah sadarkan diri.
"Dimana ini?"
Niko bertanya dengan suara lemah. Seluruh tubuhnya terasa sakit jika dia menggerakkannya, bahkan jika itu gerakan sekecil apapun. Jadi, dia hanya bisa diam pasrah dan tidak bergerak sama sekali.
"Niko, apa kau baik-baik saja?! Tunggu sebentar, akan aku panggilkan dokter!"
Wanita tersebut berteriak panik, segera pergi memanggil dokter sesaat setelah Niko sadarkan diri.
Niko tampaknya terkejut ketika mendengar suara wanita tersebut. Dia merasa familiar dengan suaranya.
"Niko, bagaimana keadaanmu? Kenapa kau bisa babak belur begini?"
Pemuda bertubuh besar mendekati Niko, bertanya dengan ekspresi serius dan rasa ingin tahu. Sepertinya dia mengenal Niko, makanya dia bisa berada di sini.
Sekali lagi, Niko mendengar suara yang familiar. Dia memaksakan kepalanya untuk menoleh meski rasanya sakit.
"Brent, apakah itu kau?"
"Ya, ini adalah aku, Brent. Katakan padaku, apa yang terjadi padamu?"
Ternyata, Niko juga mengenali pemuda bertubuh besar itu.
Pemuda bertubuh besar itu ternyata adalah Brent, salah seorang teman Niko selain Arya.
Brent memiliki tubuh yang besar dan tingginya hampir mencapai dua meter. Dia memiliki pertemanan yang cukup baik dengan Niko. Selain itu, dia juga berteman baik dengan Arya.
Ketiganya terkadang berkumpul bersama.
Mendengar Brent bertanya, Niko langsung mengingat semua kejadian dia dihajar oleh Roy dan kelompoknya.
Dia merasakan ketakutan lagi saat dia mengingat kejadian itu tapi dia segera menenangkan diri, menghela nafas dalam-dalam beberapa kali. Dia kemudian menatap Brent dan tidak mengatakan apapun. Dia justru bertanya.
"Dimana ini? Apakah ini rumah sakit? Bagaimana aku bisa ada di sini?"
"Ya, kau benar. Ini adalah rumah sakit. Aku yang membawamu ke sini. Kau pingsan di gang dekat sekolah. Beruntung aku menemukanmu."
Brent menjelaskan secara singkat dan bertanya lagi tentang bagaimana bisa Niko babak belur begini.
Tapi sayangnya, yang ditanyai hanya diam. Niko tidak memiliki alasan yang bagus untuk saat ini, jadi dia lebih memilih diam.
Selain itu, jika dia mengatakan yang sebenarnya kepada Brent, kemungkinan besar Brent akan melapor pada Arya karena dia memiliki pertemanan juga dengan Arya.
Jika Brent memberitahu Arya, Niko yakin Arya tidak akan tinggal diam. Oleh karena itu, dia tetap diam karena tidak ingin melibatkan Arya.
Karena tidak mendapat jawaban, Brent merasa tidak puas dan bertanya lagi.
Tapi sebelum suaranya keluar, wanita yang memanggil dokter tadi sudah kembali bersama seorang dokter.
"Dokter, tolong periksa keadaan anak saya!"
Wanita tersebut panik, tapi dokter hanya mengangguk dan mendekati Niko.
Brent yang hendak bertanya langsung menutup mulutnya dan menjauh beberapa langkah agar tidak mengganggu dokter tersebut.
Setelah beberapa saat pemeriksaan, dokter mengatakan kalau luka yang diderita Niko hanya memar dan tidak membahayakan. Dokter menyuruh Niko untuk istirahat yang cukup dan meminum obat secara teratur dan semuanya akan pulih seperti sedia kala.
Wanita tadi langsung menghela nafas lega. Dia akhirnya bisa lebih tenang saat ini.
Wanita tersebut, yang panik sejak tadi tidak lain adalah ibu dari Niko yang bernama Yuki.
Dari luar, dia tampak seperti wanita berusia dua puluh lima tahunan tapi usia sebenarnya jauh lebih dari itu. Dia memiliki wajah yang cantik dan aura disekitarnya menunjukan bahwa dia adalah wanita dewasa. Banyak orang salah paham dengannya, karena wajah dan usianya bertolak belakang.
"Niko, bagaimana keadaanmu? Bagian mana yang sakit?"
"Tenang saja, Bu. Aku baik-baik saja."
"Kenapa kamu bisa menjadi seperti ini? Siapa yang sangat kejam hingga membuatmu begini?"
Yuki bertanya dengan terisak. Rasanya tidak tega jika melihat Niko yang terluka parah hingga terbaring di rumah sakit.
Mendengar ini, Niko memasang ekspresi bermasalah sementara Brent mengerutkan dahinya, dipenuhi rasa ingin tahu.
Dia bertanya-tanya, bagaimana bisa Niko babak belur dan pingsan di gang dekat sekolah.
Setelah hening beberapa detik, Niko yang masih berbaring di kasurnya tersenyum samar dan berkata dengan lemah.
"Saat aku pulang sekolah tadi, aku dihalangi beberapa preman. Mereka meminta uangku secara paksa tapi aku menolak memberikannya. Sebagai hasilnya, aku malah dihajar hingga begini."
Niko menjawab dengan berbohong. Dia tidak ingin membuat ibunya khawatir kalau dia sebenarnya diganggu hingga dihajar oleh Roy dan kelompoknya. Dia juga tidak ingin Brent mengetahui kalau Roy yang membuatnya begini.
Mendengar ini, Yuki dan Brent sedikit terkejut.
"Kenapa kamu begitu bodoh? Harusnya kamu serahkan saja uangnya daripada kamu berakhir seperti ini!" Yuki marah tapi matanya berkaca-kaca.
Niko hanya tersenyum canggung dan tidak menjawab.
Setelah itu, Yuki menoleh ke belakang dan menatap Brent. Dia bertanya dengan terisak.
"Maaf sebelumnya, tapi apakah kamu temannya Niko?"
"Ah, iya. Aku temannya Niko, Tante. Namaku Brent dan aku juga yang membawa Niko ke rumah sakit."
"Benarkah? Maafkan aku karena tidak mengetahuinya. Terima kasih banyak karena sudah menolong Niko."
"Tidak masalah, Tante. Baiklah, aku pamit dulu.
Brent tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kemudian pergi dan kembali ke rumahnya.
Yuki tidak menghentikannya. Dia mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum Brent pergi.
Kembali pada Yuki, dia menatap Niko dengan memelas dan berkata.
"Sebaiknya kamu absen dulu selama beberapa hari. Ketika kondisimu sudah lebih baik, kamu baru boleh diizinkan masuk sekolah lagi."
Dia terdengar sangat serius dan Niko hanya mengangguk ringan sebagai jawaban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Arthur Anderson
Kyknya gw menemukan karakter MILF di sini😏
2022-12-18
1
teti kurniawati
masalah gini memang susah ditangani ditiap sekolah... duh pusing bu guyu...
2022-09-18
1
Mommy QieS
Aduh Niko , jangan diam saja!
2022-08-27
0