Bertukar pukulan, Arya berhasil melayangkan pukulannya sambil menepis tinju pihak lain, sementara pemuda botak itu menderita kerugian, mendapat pukulan dari Arya.
Pemuda tersebut terhuyung dan mundur satu langkah. Dia mengerang pelan dan menyentuh wajahnya yang terpukul. Wajahnya berubah merah karena marah.
Dia memiliki tubuh besar dan tinggi, dia juga sangat memahami kekuatannya tapi dia kalah cepat dari Arya. Selain itu, dia sedikit tidak menyangka jika Arya akan memiliki kekuatan sedemikian rupa. Tampaknya dia terlalu meremehkannya.
"Huh, padahal aku ingin bersikap lunak padamu, tapi sepertinya kau malah meminta kekerasan!"
Pemuda botak itu mendengus, lari ke arah Arya dengan tangan terkepal. Seluruh kekuatannya dia pusatkan pada tangannya yang terkepal itu. Dia sangat yakin, jika Arya terkena pukulannya ini, dia pasti akan kehilangan kesadarannya.
Di sisi lain, Roy yang sudah menstabilkan napasnya tersenyum jahat saat melihat pemuda botak itu mengerahkan semua kekuatannya. Pemuda botak itu merupakan anak buahnya yang paling kuat, jadi dia yakin jika pemuda botak itu bisa mengalahkan Arya.
Dengan ini, dia tidak perlu turun tangan untuk mengatasi Arya.
Arya mengerutkan dahinya dan ekspresi serius. Dia tahu jika dia tidak menghindari pukulan lawannya, dia mungkin akan menderita kerugian. Dia segera memutar otaknya, melihat ke arah pemuda botak yang berlari ke arahnya sambil mencari celah.
Menyeringai, Arya tampaknya menemukan celah.
Pemuda botak itu terkejut melihat seringai Arya, dia tiba-tiba memiliki firasat buruk. Mengabaikan keterkejutannya, dia melanglah lebih cepat dan tiba di hadapan Arya seketika.
Arya mengambil ancang-ancang, menguatkan satu kakinya dan memusatkan kekuatannya di sana. Ketika pemuda botak itu semakin dekat, kakinya yang berisi kekuatannya itu terangkat dan menendang lututnya, menyebabkan pemuda botak itu kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke samping, terjatuh dengan suara gedebuk yang keras.
Mulut Roy terbuka lebar, anak buahnya yang lain juga memiliki ekspresi yang sama. Semua orang terkejut.
Pemuda botak itu menggertakkan giginya karena marah, merasa malu karena terjatuh di depan banyak orang. Dia menatap Arya dengan penuh kebencian.
Pemuda botak itu dengan segera bergerak untuk bangkit.
Arya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ketika dia melihat lawan hendak bangkit, dia berlari dan menendang wajahnya dengan keras, menyebabkan wajah pemuda botak itu miring ke samping.
"Sial, Arya benar-benar menakutkan! Dia tidak berbelas kasih pada lawannya!"
"Huh, apakah kau lupa siapa Arya? Dia pernah mematahkan tangan dan kaki guru saat tahun pertamanya! Aku berada di kelas yang sama dengan dulu, jadi aku melihatnya sendiri!"
"Wah, dia benar-benar gila! Mengapa Arya tidak dikeluarkan dari sekolah saja? Dia sudah melakukan tindak kejahatan!"
"Sulit untuk mengeluarkan Arya dari sekolah. Kepala sekolah kita sepertinya dekat dengan Arya, ayah Arya juga merupakan seorang polisi, jadi tentu saja dia memiliki perlindungan dari orang-orang hebat, makanya dia tidak dikeluarkan dari sekolah ini."
Para siswa yang menonton perkelahian terjadi saling berbisik, beberapa kagum dengan Arya sementara lainnya takut dan tidak memiliki keberanian untuk membuat masalah dengannya.
Aksi Arya tanpa henti, dia menendang dan memukul pemuda botak yang terjatuh itu, tidak memberinya kesempatan untuk bangkit ataupun membalas.
Roy yang melihat ini menggertakkan giginya karena marah, mengutuk pemuda botak itu. Dia kemudian menyuruh dua orang anak buahnya untuk membantu pemuda botak itu.
Dua orang yang diperintahkan Roy saling memandang, terlihat ragu. Mereka berdua merupakan saudara kembar dan setelah melihat bagaimana kejamnya Arya, keduanya ragu dan takut.
Roy yang melihat keraguan si kembar mendesak keduanya, mengancam mereka. Pada akhirnya, si kembar hanya bisa menghela napas tanpa daya dan menuruti perintah Roy.
Salah satu dari keduanya maju lebih dulu, berlari lalu menendang Arya dari samping, mengenai pinggangnya.
Arya terkejut dan terlempar beberapa langkah ke samping. Dia segera menoleh ke orang yang menendangnya dengan tatapan tajam.
Si kembar yang menendang Arya segera membantu pemuda botak itu untuk bangkit.
Pemuda botak tersebut tidak dalam keadaan baik. Di wajahnya penuh memar dan hidungnya mengeluarkan darah. Dia terengah-engah dan mengerang dari waktu ke waktu.
Di sisi lain, si kembar lainnya maju untuk melawan Arya. Keduanya adu pukulan dan saling menghindar.
Baik Arya maupun dirinya hampir imbang dalam hal kecepatan, namun tidak dalam hal kekuatan.
Setelah membantu pemuda botak itu bangkit, si kembar ini lalu membantu kakaknya yang sedang berkelahi dengan Arya. Dia mengambil kesempatan dan berhasil mendaratkan pukulan sekali lalu mundur.
Saudara kembar itu kemudian memgambil jarak dari Arya. Napas keduanya memburu dan mereka mengepalkan tangan mereka dengan erat. Mata mereka mengunci Arya, seakan jika Arya bergerak, maka mereka akan memukulnya.
Arya yang menghadapi dua orang sekaligus berdecak kesal. Meski ini bukan pertama kalinya dia berkelahi dengan dua orang, namun itu tetap saja merepotkan.
"Berhenti! Hentikan perkelahian kalian!"
Tiba-tiba, ketika perkelahian semakin memanas, sebuah teriakan datang dari suatu arah.
Semua orang terdiam dan menoleh ke sumber suara, agak terkejut ketika menyadari yang berteriak merupakan seorang guru pria berpakaian olahraga.
Arya menoleh ke guru olahraga tersebut sejenak lalu mengalihkan pandangannya ke si kembar. Dia segera menuju keduanya dan menerjang, menendang perut si kembar adik, yang menendangnya di awal tadi.
Si kembar kakak terkejut saat menyadari adiknya terhuyung mundur. Dia menggertakkan giginya dan membalas Arya dengan pukulan. Namun sayangnya, tangannya yang terkepal itu tertangkap oleh Arya. Dia berusaha keras menarik tangannya, namun gagal. Dia benar-benar merasakan perbedaan kekuatan di sini.
Tanpa buang waktu, Arya memutar tangan si kembar kakak, memelintirnya.
Si kembar kakak mengerang kesakitan, merasakan tangannya diputar begitu keras. Dia yakin jika Arya tidak melepaskannya dalam beberapa detik ke depan, tangannya pasti patah.
Arya memiliki ekspresi acuh tak acuh ketika melihat ekspresi kesakitan si kembar kakak. Tatapannya dingin ketika dia melihat pemuda yang tangannya dia pelintir ini.
Dengan teriakan kerasnya, si kembar kakak hampir kehabisan suaranya karena berteriak, membuatnya serak.
Setiap orang yang melihat ini memejamkan mata mereka, tidak berani melihat kekejaman Arya.
Guru olahraga segera berlari dan menghentikan Arya ketika melihat keadaan yang melewati batas.
Tepat sebelum guru olahraga tiba, Arya sudah melepaskan tangannya yang memelintir tangan si kembar kakak. Dia bisa dengan mudahnya mematahkan tangan si kembar kakak, tapi dia tidak melakukannya. Dia tidak ingin menyebabkan masalah yang berlebihan hanya karena perkelahian kecil semacam ini.
"Aku bilang hentikan! Apakah kau tidak dengar?!"
Guru olahraga itu menghela napas lega karena Arya tidak mematahkan tangan si kembar kakak. Dia kemudian segera memarahi Arya karena mengabaikan kata-katanya tadi.
Arya hanya mendengus dingin dan mengabaikannya.
Guru olahraga itu tidak terlalu memperdulikannya, dia lebih mementingkan si kembar kakak, memeriksanya dan mengetahui bahwa semuanya aman. Dia kemudian melihat pemuda botak yang babak belur dengan hidung berdarah. Dia juga melihat si kembar adik yang memegangi perutnya.
Melihat ini semua, guru olahraga bercedak heran. Dia tidak bisa mempercayai matanya. Tidak pernah sekalipun dia melihat seseorang bisa berkelahi dengan tiga orang sekaligus, bahkan melukai mereka semua.
Setelah itu, guru olahraga menyuruh setiap siswa yang tidak berkepentingan kembali ke kelas mereka masing-masing. Para siswa menuruti guru olahraga dan pergi, menyisakan Arya, Roy, pemuda botak serta si kembar.
Guru olahraga itu segera memarahi mereka semua, terutama Arya dan Roy yang merupakan orang yang memulai perkelahian.
Tidak lama setelah guru olahraga itu memarahi mereka, Niko tiba-tiba datang dengan napas terengah-engah. Dia merupakan orang yang memanggil guru olahraga ini dan meminta bantuannya agar menghentikan perkelahian.
Setelah Niko tiba, guru olahraga berterima kasih pada Niko karena sudah melaporkan perkelahian ini. Dia kemudian meminta penjelasan pada Niko tentang penyebab perkelahian ini terjadi.
Niko menjelaskan semuanya tanpa menutupi apapun, namun karena dia teman baik Arya, dia membela Arya lebih banyak. Juga, dia sadar jika dia sedang dibela oleh Arya saat dia diganggu oleh Roy ketika sedang makan tadi. Oleh karena itu, dia mengatakan banyak hal baik tentang Arya.
Arya diam-diam tersenyum tipis mendengar pembelaan Niko, merasa puas.
Guru olahraga itu mengerutkan dahinya dan ekspresi berpikir terlihat di wajahnya. Dia yakin dengan penjelasan yang Niko berikan. Tapi melihat apa saja yang terjadi di sini, dimana pemuda botak babak belur dengan hidung berdarah serta si kembar kakak yang tangannya hampir dipatahkan Arya, dia merasa bahwa orang yang memulai perkelahian adalah Arya, bukan Roy dan kelompoknya.
Guru olahraga menghela napas panjang. Dia melirik Arya lalu ke Niko, tersenyum sambil berkata.
"Um, terima kasih, Niko. Sekarang, kembali ke kelasmu. Aku akan memberi mereka beberapa nasehat lagi."
Guru olahraga menunjuk ke arah Arya dan lainnya.
Niko ragu-ragu dan melirik ke arah Arya, meminta sarannya.
Arya hanya mengangguk setuju pada Niko.
Niko tersenyum tipis lalu kembali ke kelasnya setelah mendapat persetujuan Arya.
Kembali pada Arya, dia melirik orang-orang yang berkelahi dengannya, menatap mereka dengan mengejek. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke guru olahraga.
"Baiklah, masalah ini sudah selesai. Jadi aku ingin kembali ke kelas."
Arya berkata acuh tak acuh, berbalik.
"Hei, berhenti! Aku belum menyuruhmu kembali, jadi jangan pergi ke manapun! Kau masih perlu memberi penjelasan!"
Guru olahraga itu segera menghentikan Arya.
Pemuda itu berhenti dan berbalik, berdecak kesal.
"Apakah kau memerlukan sesuatu dariku? Kau sudah mendapat penjelasan dari Niko dan apa yang dikatakan Niko adalah fakta. Mereka yang memulai mengganggu makan siangku, jadi aku tidak bersalah di sini."
Arya berkata dengan dingin, menunjuk Roy sebagai pelaku utama atas terjadinya perkelahian ini.
Roy menggertakkan giginya dan membantah, membela diri jika dia tidak bersalah. Pemuda botak dan si kembar juga menyuarakan pembelaan mereka.
Guru olahraga merasakan kepalanya sakit. Jika dia membiarkan Arya pergi begitu saja, tidak adil rasanya untuk Roy dan lainnya, karena mereka terluka parah. Bahkan salah satunya hampir kehilangan tangan mereka.
Namun, jika dia membela Roy, mereka semua adalah pembuat onar dan yang Niko katakan tidak mungkin bohong.
Guru olahraga diam cukup lama, ekspresi berpikir terlihat di wajahnya dam dia menghela napas setelah sunyi beberapa detik.
"Baiklah, tidak ada satupun dari kalian yang benar di sini. Jadi, aku akan menghukum kalian sama rata. Sekarang, pergi dan bersihkam toilet pria serta halaman belakang sekolah. Setelah semua selesai, datang kembali padaku untuk melapor. Jangan ada yang berani kabur dari hukuman, atau kalian akan mendapat hukuman lainnya."
Roy dan lainnya saling memandang, jelas tidak senang dengan hukuman yang diberikan. Masing-masing dari mereka mengeluh dan terus-menerus menyalahkan Arya atas semua yang terjadi.
Arya di sisi lain mengerutkan dahinya dengan tidak senang. Dia menajamkan tatapannya pada guru olahraga dan berkata dengan dingin.
"Sepertinya ada yang salah di sini. Aku merupakan korban dari mereka. Mereka mengganggu makan siangku dan temanku, jadi aku jelas kesal. Aku hanya membalas apa yang mereka lakukan. Aku tidak terima hukuman semacam ini."
"Arya, benar? Jangan melawan ataupun membantah. Cukup lakukan hukumanmu. Kau juga sudah melewati batas karena berniat mematahkan tangan lawan berkelahimu serta membuat yang lainnya mimisan. Memberimu hukuman itu sudah sangat baik, jangan memaksaku!" Guru olahraga mulai kesal.
"Hei, keparat. Jika aku mengatakan aku tidak bersalah, maka aku tidak bersalah."
Arya juga mulai kesal, memanggil guru olahraga dengan mengumpat. Dia sedang makan siang tapi Roy tiba-tiba datang dan memuntahkan makanan di depan matanya, membuatnya kehilangan selera makan. Siapapun akan kesal dengan perbuatan Roy.
Roy dan lainnya terkejut mendengar Arya berkata demikian.
Guru olahraga gemetar karena marah, ekspresinya menggelap. Tidak pernah sekalipun dia dipanggil keparat oleh muridnya sendiri. Terlebih lagi, dia dipanggil seperti ini di hadapan orang banyak, jika dia tidak membalas, dia hanya akan merasa malu seumur hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Arthur Anderson
Bro? Really? Manggil guru keparat?
2022-12-12
1
Arthur Anderson
Backingannya ngeri, lgsg di backingin sm kepsek😎
2022-12-12
1
Arthur Anderson
Ngeri ngerong boy😈
2022-12-12
1