Murderer & Love

Murderer & Love

Chapter 1 - Pembuat Onar

SMA Daeil, merupakan sebuah sekolah menengah atas yang cukup bergengsi. Sekolah ini menghasilkan siswa yang berpendidikan dengan baik. Namun, sebaik apapun sekolah tersebut, tetap saja ada satu atau dua orang pembuat onar yang selalu membuat masalah.

Di halaman belakang sekolah, terlihat sekitar selusin pemuda. Mereka semua memiliki wajah yang tidak bersahabat, bahkan memiliki senyum jahat di wajah mereka ketika mereka menatap tiga orang yang sedang berlutut dengan posisi seperti sedang push-up.

Ketiga orang ini gemetar dan mereka memiliki memar disekujur tubuh mereka. Salah satu dari mereka bahkan terisak tangis karena menahan sakit.

Mendengar isakan tangis tersebut, seorang pemuda berdecak kesal dan ekspresinya seketika berubah kesal. Dia mendekati pemuda yang terisak tersebut dan menendangnya dengan keras, membuatnya terjatuh dan berguling beberapa kali.

"Sialan, kau ini sangat berbisik! Kau melakukan kesalahan, karena terlambat mengirimkan makanan untukku dan teman-temanku, jadi kau seharusnya meminta maaf dan bukannya menangis!"

Pemuda tersebut berkata dengan kesal, tatapannya jijik saat dia melihat pemuda yang baru saja dia tendang.

"Maaf... Maafkan aku..."

Dengan suara lemah yang hampir tidak terdengar, pemuda yang ditendang itu meminta maaf dan berhenti terisak, takut mendapat tendangan lainnya.

Dua orang lainnya yang memiliki nasib lebih baik darinya hanya bisa memandangnya dengan prihatin.

"Hei, Roy. Jangan kasar begitu. Jika dia sakit dan tidak masuk sekolah, siapa yang akan menyiapkan makanan untuk kita?"

Seorang pemuda berkepala botak dengan tubuh besar dan tinggi berkata, terkekeh dengan tatapan mengejek.

Pemuda itu, yang bernama Roy, yang baru saja menendang pemuda yang terisak itu mengangguk.

"Kau benar, tidak seharusnya aku bersikap kasar begini. Bukan begitu, sobat?"

Roy yang berdiri di hadapan pemuda yang baru saja dia tendang itu berjongkok, menatap pemuda tersebut dengan seringai main-main dan menampar wajahnya dengan pelan.

Pemuda tersebut gemetar hebat, dia memaksakan dirinya untuk mengangguk.

"Baiklah, sekarang kau boleh pergi. Ingat, besok kau harus membawakanku makanan yang banyak, mengerti? Hari ini kau terlambat memberikannya padaku, jadi aku sangat kelaparan. Tapi, karena aku orang baik, aku akan memaafkanmu."

Roy berdiri, berbalik dan menatap dua orang pemuda lainnya, yang juga merupakan korban.

"Kalian berdua juga boleh pergi. Ingat, besok bawakan aku makanan yang lebih banyak, mengerti?"

Kedua pemuda itu, yang masih berlutut mengangguk dan segera bangkit dan meninggalkan halaman belakang sekolah.

Kembali pada Roy, dia merupakan seorang pemuda yang merupakan seorang pembuat onar di SMA Daeil. Dia merupakan siswa yang paling sering dipanggil ke ruang kepala sekolah, bahkan hampir dikeluarkan dari SMA Daeil. Selain itu, banyak dari para guru yang membencinya karena sikapnya yang sering membuat onar itu.

Roy bukan hanya pembuat onar, tapi dia juga sering memalak para siswa lainnya untuk membelikannya makan siang. Sudah banyak orang yang menjadi korbannya.

Bukan hanya dirinya, namun ada teman-temannya juga yang memiliki sikap yang sama sepertinya. Mereka semua membentuk kelompok, untuk memalak dan dari kelompok tersebut, Roy merupakan seorang pemimpin.

*****

"Ugh, ya ampun. Ini sangat sakit! Roy benar-benar keterlaluan! Aku hanya terlambat lima menit, tapi dia memukuliku seperti ini!"

Di dalam ruang unit kesehatan sekolah, seorang pemuda dengan wajah memar mengeluh kesakitan dan mengutuk Roy dengan keras. Tangannya terus-menerus bergerak, menyembuhkan luka memarnya dengan obat-obatan yang ada di unit kesehatan tersebut.

Pemuda itu tidak lain bernama Niko.

Dia merupakan salah satu dari sekian banyak korban Roy. Dia juga salah satu dari tiga orang yang berada di halaman belakang sekolah tadi. Namun, dia bukanlah orang yang ditendang, jadi dia bisa menghela napas lega karena terlepas dari nasib buruk.

Niko sendiri sebenarnya merupakan siswa yang cukup rajin dan pintar. Dia disukai banyak guru karena sikapnya yang teladan dan disiplin. Namun, sayangnya dia memiliki penampilan seorang culun, membuatnya terlihat mudah diganggu.

Tubuh Niko tidak besar, dia memiliki tinggi badan seperti pada umumnya. Wajahnya biasa dan dia memakai kacamata. Oleh karena itu, dia sering diganggu oleh Roy dan kelompoknya untuk membelikan makanan untuk mereka dengan menggunakan uang sakunya sendiri.

Setelah mengobati lukanya, Niko keluar dari unit kesehatan dan pergi ke kantin. Ini adalah jam istirahat makan siang, jadi dia merasa lapar dan ingin segera memakan sesuatu. Juga, dipukuli oleh Roy membuatnya kelelahan, jadi makan akan mengisi kembali tenaganya.

Ketika Niko tiba di kantin, hiruk pikuk suara berisik memenuhi kantin ketika para siswa berjalan dan mencari meja sambil membawa nampan di tangan mereka.

Niko segera menuju salah satu kios dan memesan makanan. Dia mengantri sebentar dan segera mencari meja setelah dia mendapatkan makanannya. Dia melihat sekeliling dengam cermat dan menghela napas pelan. Semua meja hampir penuh dan dia merasa tidak nyaman jika harus berbagi meja dengan orang yang tidak dia kenal.

Mencari sebentar, Niko menemukan meja yang hanya ditempati oleh satu orang saja. Meja itu ada di pojok, jadi Niko segera menuju ke sana. Juga, orang yang duduk di meja tersebut merupakan kenalannya.

"Arya, boleh aku bergabung denganmu? Aku tidak mendapat meja." Niko bertanya

Pemuda tersebut, yang dipanggil Arya, mengangkat kepalanya dan menatap Niko dengan tatapannya yang tajam.

Melihat Niko memiliki memar, Arya terkejut dan menatapnya dengan mengerutkan dahi.

"Niko, apa kau berurusan lagi dengan Roy?"

Niko tidak menjawab, dia duduk di hadapan Arya dan menghela napas.

"Tidak perlu dibahas, Arya. Semua adalah kesalahanku karena terlalu mudah diganggu."

"Hei, aku sudah mengatakan padamu, jika kau diganggu lagi oleh Roy dan kelompoknya, datanglah padaku dan akan kuhabisi semua bajingan itu. Bukan masalah besar jika hanya menghajar selusin orang."

Niko terdiam, dia merasa bahwa temannya Arya terlalu berlebihan.

Arya sendiri merupakan teman baik Niko. Mereka pernah berada di kelas yang sama di tahun pertama mereka.

Selain itu, Arya sendiri terkenal dengan banyak rumor buruk. Dia juga sama seperti Roy, kebanyakan guru tidak senang dengan dirinya. Namun, dia bukan pembuat onar seperti Roy. Dia hanya terlalu sering berkelahi, itupun jika ada orang yang menyinggungnya.

Jika tidak, maka Arya tidak akan berkelahi.

Arya juga memiliki wajah yang cukup tampan, dengan tubuh tinggi dan sedikit berisi akan otot. Meski begitu, sedikit gadis yang tertarik padanya.

Alasannya sederhana, semua karena rumor buruknya.

Arya sendiri memiliki tatapan tajam dan sikapnya yang dingin benar-benar menjadi idaman para wanita. Namun, sekali lagi, jarang ada yang tertarik padanya.

Selain itu, Arya sendiri sudah memiliki seseorang yang dia cintai.

Menyantap makanannya, Niko makan dengan lahap.

Arya yang melihat ini menghela napas. Dia kemudian melanjutkan makannya dengan santai.

"Hei, di sini sangat ramai! Hei, kau! Kemari, belikan aku makanan, biaya kau yang tanggung!"

Sebuah suara terdengar dari suatu arah.

Niko membeku dan sendoknya yang penuh makanan berhenti di udara. Dia dengan kaku menoleh ke sumber suara dan terkejut, mengetahui bahwa suara itu berasal dari orang yang selama ini mengganggunya, yaitu Roy!

Niko sedikit tidak menyangka dengan kedatangan Roy dan kelompoknya di kantin. Lagipula, Roy jarang pergi ke kantin dan selalu menyuruh orang untuk membelikan makan siangnya.

Arya yang mendengar suara Roy ikut menoleh dan segera mengerutkan dahinya.

Roy yang berada agak jauh dari tempat Arya duduk tiba-tiba merinding. Dia merasakan tatapan seseorang terkunci padanya dan dia yakin bahwa tatapan orang itu bukanlah tatapan yang baik.

Menoleh dengan kaku, Roy menatap ke arah meja Arya dan Niko berada. Dia terkejut mengetahui bahwa Arya yang memelototinya.

Namun, ketika dia melihat Niko, keterkejutannya berubah menjadi seringai jahat. Dia segera mengajak kelompoknya menuju tempat Niko berada.

Niko jelas menyadari jika Roy menuju ke arahnya. Dia berdecak kesal dan rasa takut memenuhi hatinya. Dipukuli oleh Roy memang membuatnya marah, tapi daripada itu, dia takut.

"Arya, sebaiknya kita pindah saja. Roy pasti datang membawa masalah." Niko menyarankan.

Arya tetap diam, hanya mendengus dingin dan menunggu kedatangan Roy.

Niko menggertakkan giginya, merasa Arya mengabaikannya.

"Yo, Niko. Lama tak jumpa. Oh, kau sedang makan, ya?"

Roy menyapa, bersikap baik dan ramah.

Sudut mulut Niko berkedut mendengar ini.

Mengarahkan tatapannya pada makanan Niko, Roy memiliki ide bagus.

Mengambil piring makanan Niko, Roy memakannya sambil berdiri. Ketika dia memakan beberapa suapan, dia tiba-tiba memuntahkannya kembali dengan jijik.

"Niko, apa yang kau makan ini? Rasanya benar-benar menjijikan!"

Roy membuang semua makanan yang ada di piring tersebut ke lantai. Dia jelas melakukannya dengan sengaja, ingin mengerjai Niko.

Niko yang melihat itu gemetar karena marah. Wajahnya menggelap ketika dia berkata.

"Kau...!"

Sebelum kata-kata Niko keluar, sebuah nampan melayang dan mengenai wajah Roy.

Niko terkejut dan menoleh ke sumber datangnya nampan terbang itu, menyadari jika yang melemparnya adalah Arya.

"Sialan, siapa yang berani...!"

Roy tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, dia terkejut dan matanya melebar saat melihat Arya melompat dari atas meja dan melayang di udara dengan kakinya yang diarahkan padanya.

Dengan suara bugh, dada Roy ditendang oleh Arya dan dia terpental cukup jauh, jatuh terbaring di lantai.

Kelompok Roy yang melihat ini semuanya terkejut, mulut mereka terbuka lebar.

Roy mengerang kesakitan dan dia jadi kesulitan bernapas. Wajahnya pucat dan ekspresi ngeri terlihat jelas.

Tanpa menunggu Roy bangkit, Arya berdiri di hadapannya, mengangkat kakinya dan menginjak dada Roy tanpa keraguan, menyebabkan Roy mengerang kesakitan dan napasnya tertahan.

"Hei, tidakkah kau lihat aku sedang makan di sana? Kenapa kau dengan begitu bodohnya memuntahkan makananmu di hadapanku? Juga, makanan yang kau ambil bukan milikmu, melainkan milik Niko!"

Arya menekan dada Roy dengan kakinya.

Nadanya sangat dingin sehingga membuat orang yang mendengarnya merinding.

Dia jelas merasa sangat kesal. Dia sedang duduk menikmati makanannya, namun Roy tiba-tiba datang dan memuntahkan makanan yang sudah dia kunyah tepat di depan matanya. Selain itu, Roy juga mengganggu Niko, teman baiknya.

Jadi, dengan Roy bertindak seperti tadi, setidaknya Arya memiliki alasan lebih untuk menghajar Roy.

Orang-orang di sekeliling yang sedang menikmati makanan mereka seketika berhenti ddan memusatkan fokusnya pada Arya yang sedang menginjak dada Roy.

Mereka semua segera berbisik satu sama lain, beberapa bersyukur karena Roy mendapat kemalangan, sementara beberapa lainnya terdengar bersemangat saat melihat adanya perkelahian.

Di sisi lain, kelompok Roy yang terkejut dan terdiam itu akhirnya mendapat kesadaran mereka kembali karena bisikan orang-orang di sekitar mereka.

Dengan cepat, seorang pemuda botak bertubuh besar lari dan menabrakkan tubuhnya ke tubuh Arya, membuat Arya kehilangan keseimbangannya dan terlempar beberapa langkah. Dia terjatuh namun segera bangkit, mengerang kesakitan dan membersihkan debu pada pakaiannya.

Pemuda botak yang berhasil menyingkirkan Arya dari Roy segera membantu Roy bangkit.

Roy berdiri dan memegangi dadanya. Napasnya terengah-engah dan dia menatap Arya dengan penuh kebencian. Dia kemudia berbisik pada pemuda botak di sebelahnya dan pemuda botak itu mengangguk setuju.

Pemuda botak itu kemudian menajamkan tatapannya dan mendekati Arya.

Ketika dia berhadapan dengan Arya, perbedaan tinggi keduanya bisa terlihat jelas, dengan pemuda botak itu satu kepala lebih tinggi dari Arya.

Saling menatap, keduanya melotot dan tangan mereka terkepal dengan keras.

Dalam hitungan detik, Arya dan pemuda botak itu bertukar pukulan, namun karena tubuh pemuda botak itu lebih besar daripada Arya, dia jadi bisa menepis tinjunya dengan tangannya yang lain sementara tangannya yang terkepal memukul wajah pemuda botak itu.

Terpopuler

Comments

Raudhatul Jannah Lubis

Raudhatul Jannah Lubis

keren Thor👍

2023-08-05

0

Arthur Anderson

Arthur Anderson

Wew, tipe manhwa bet. Author sering baca manhwa kah?

2022-12-12

1

Arthur Anderson

Arthur Anderson

Siapa ini thor? MC nya kah?

2022-12-12

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Pembuat Onar
2 Chapter 2 - Perkelahian
3 Chapter 3 - Perkelahian II
4 Chapter 4 - Babak Belur
5 Chapter 5 - Brent
6 Chapter 6 - Ancaman
7 Chapter 7 - Berkunjung ke Rumah Niko
8 Chapter 8 - Keterkejutan Arya
9 Chapter 9 - Rencana
10 Chapter 10 - Membunuh Roy dan Kelompoknya
11 Chapter 11 - Kematian Roy
12 Chapter 12 - Rumah Sakit
13 Chapter 13 - Introgasi Polisi
14 Chapter 14 - Saran Bisnis
15 Chapter 15 - Belajar bersama Niko
16 Chapter 16 - Ujian Kenaikan Kelas
17 Chapter 17 - Berbeda Kelas
18 Chapter 18 - Rumor
19 Chapter 19 - Rumor II
20 Chapter 20 - First Kiss
21 Chapter 21 - Lucy, Bagaimana Perasaanmu Sekarang?
22 Chapter 22 - Hanya Seratus Juta? Murah!
23 Chapter 23 - Lucy, Aku Ingin Sesuatu
24 Chapter 24 - Kakak David
25 Chapter 25 - Viktor si Penggangu
26 Chapter 26 - Jebakan
27 Chapter 27 - Terdesak dan Panik
28 Chapter 28 - Ini Bukan Mimpi!
29 Chapter 29 - Agresif
30 Chapter 30 - Agresif II
31 Chapter 31 - Demam
32 Chapter 32 - Merawat Lucy
33 Chapter 33 - Panik dan Takut
34 Chapter 34 - Jangan Membunuh Lagi, Kumohon
35 Chapter 35 - Vicky
36 Chapter 36 - Alice
37 Chapter 37 - Bercerai
38 Chapter 38 - Tekad Membunuh
39 Chapter 39 - Aku Sangat Ingin Membunuhmu
40 Chapter 40 - Berhenti Menyiksa Dirimu Sendiri
41 Chapter 41 - Bertemu Alice
42 Chapter 42 - Penjelasan
43 Chapter 43 - Teman atau Pacar?
44 Chapter 44 - Rasa Takut Kehilangan
45 Chapter 45 - Lylia dan Friska
46 Chapter 46 - Resmi Berpacaran
47 Chapter 47 - Pagi yang Panas
48 Chapter 48 - Nia
49 Chapter 49 - Kak Lucy, Aku Menyukaimu!
50 Chapter 50 - Hilangnya Waktu Bermesraan
51 Chapter 51 - Pengganggu Kemesraan
52 Chapter 52 - Kabur dari Rumah
53 Chapter 53 - Kabur dari Rumah II
54 Chapter 54 - Meminta Penjelasan
55 Chapter 55 - Masa Lalu Nia
56 Chapter 56 - Menemui Ayah Nia
57 Chapter 57 - Mengurungkan Niat
58 Chapter 58 - Membujuk Nia
59 Chapter 59 - Kehangatan yang Sempat Hilang
60 Chapter 60 - Memikirkan Hadiah Ulang Tahun
61 Chapter 61 - Obrolan Arya dan David
62 Chapter 62 - Bertemu Yuki
63 Chapter 63 - Suapan dari Yuki
64 Chapter 64 - Ulang Tahun Lucy
65 Chapter 65 - Tidak Lebih dari Lamaran!
66 Chapter 66 - Masalah Foto
67 Chapter 67 - Aku Cemburu!
68 Chapter 68 - Tiga Bulan
69 Chapter 69 - Emily
70 Chapter 70 - Satu Hari tanpa Lucy
71 Chapter 71 - Kabar Baik dan Buruk
72 Chapter 72 - Piyama atau Pulang?
73 Chapter 73 - Perubahan yang Merepotkan
74 Chapter 74 - Berdua dengan Yuki
75 Chapter 75 - Parfum
76 Chapter 76 - Panggil Namaku
77 Chapter 77 - Kenangan bersama Lylia
78 Chapter 78 - Kenangan bersama Lylia II
79 Chapter 79 - Kenangan bersama Lylia III
80 Chapter 80 - Kenangan bersama Lylia IV
81 Chapter 81 - Kenangan bersama Lylia V
82 Chapter 82 - Kenangan bersama Lylia VI
83 Chapter 83 - Kemarahan Lucy
84 Chapter 84 - Jadilah Kekasihku
85 Chapter 85 - Memanfaatkan Lylia
86 Chapter 86 - Kamu Sudah Punya Pacar?
87 Chapter 87 - Ide Bagus David
88 Chapter 88 - William Mendekati Lucy
89 Chapter 89 - Pujaan Hati William
90 Chapter 90 - Rencana Lucy
91 Chapter 91 - Rencana Lery dan Tommy
92 Chapter 92 - Memutus Hubungan
93 Chapter 93 - Guru James
94 Chapter 94 - Jangan Sebut Ibuku dengan Mulut Busukmu!
95 Chapter 95 - Kekejaman Arya
96 Chapter 96 - Aku Benci Ini
97 Chapter 97 - Kunjungan Lylia
98 Chapter 98 - Pelukan Hangat
99 Chapter 99 - Kenakalan Lylia
100 Chapter 100 - Menjadi Terkenal karena Kejam
101 Chapter 101 - Perubahan Perasaan Arya pada Lylia
102 Chapter 102 - Kencan di Jam Pelajaran
103 Chapter 103 - Gerald dan Vera
104 Chapter 104 - Cinta Mengubah Kepribadian Seseorang
105 Chapter 105 - Permintaan David
106 Chapter 106 - Pembunuhan Pertama
107 Chapter 107 - Membunuh Tiga Orang Dalam Satu Waktu
108 Chapter 108 - Keadaan Arya dan Lucy
109 Chapter 109 - Aku Hanya Ingin bersama Lylia Sekarang
110 Chapter 110 - Pulih dari Rasa Bersalah
111 Chapter 111 - Lucy Pasti Mau Mendengarkanku!
112 Chapter 112 - Saling Bercerita
113 Chapter 113 - Aku Tidak Butuh Omong Kosongmu!
114 Chapter 114 - Penjelasan
115 Chapter 115 - Permintaan Lylia
116 Chapter 116 - Bermesraan Sepuasnya
117 Chapter 117 - Kencan
118 Chapter 118 - Dua Minggu Kemudian
119 Chapter 119 - First Kiss
120 Chapter 120 - Salah Tanggal
121 Chapter 121 - Kunjungan Lucy
122 Chapter 122 - Reuni Kecil
123 Chapter 123 - Bertemu Orang Tua Lylia
124 Chapter 124 - Perpisahan
125 Chapter 125 - Kunjungan Tak Terduga
126 Chapter 126 - Pulang ke Kota Bern
127 Chapter 127 - Bertemu Mama
128 Chapter 128 - Kalian Sudah Pernah Ciuman?
129 Chapter 129 - Penyesalan Rosa
130 Chapter 130 - Permintaan Maaf Rosa
131 Chapter 131 - Mulut Semanis Madu
132 Chapter 132 - Pergi Jalan-Jalan
133 Chapter 133 - Hadiah Untuk Rosa
134 Chapter 134 - Kalung Liontin Rose
135 Chapter 135 - Menemani Emily
136 Chapter 136 - Perasaan Emily yang Sebenarnya
137 Chapter 137 - Tetap Menjadi Saudara Sepupu
138 Chapter 138 - Rencana yang Gagal Total
139 Chapter 139 - Alasan Membunuh
140 Chapter 140 - Juicy Kiss
141 Chapter 141 - Bagaimana Kalau Kita Melanjutkan yang Tadi?
142 Chapter 142 - Arya Mendapat Masalah
143 Chapter 143 - Permintaan Maaf
144 Chapter 144 - Penyesalan Lucy
145 Chapter 145 - Semua Karena Alice!
146 Chapter 146 - Jangan Menikah Lagi
147 Chapter 147 - Pertemuan Yuki dan Lucy
148 Chapter 148 - Study Tour
149 Chapter 149 - Firasat Buruk Rosa
150 Chapter 150 - Aku Ingin Kamarku Sendiri
151 Chapter 151 - Lucy Meledek Arya
152 Chapter 152 - Wanita Berambut Pirang
153 Chapter 153 - Kebetulan Macam Apa Ini?
154 Chapter 154 - Permintaan Maaf Wanita Berambut Pirang
155 Chapter 155 - Marissa
156 Chapter 156 - Lucy Merajuk
157 Chapter 157 - Ayo Jalan-Jalan Mencari Angin Segar
158 Chapter 158 - Lucy Diculik
159 Chapter 159 - Penculik
160 Chapter 160 - Melawan Para Penculik
161 Chapter 161 - Menyelamatkan Lucy
162 Chapter 162 - Bala Bantuan Tiba
163 Chapter 163 - Syukurlah Aku Berhasil Menyelamatkanmu
164 Chapter 164 - Kedatangan Para Polisi
165 Chapter 165 - Arya Siuman
166 Chapter 166 - Kecurigaan pada Arya
167 Chapter 167 - Diperiksa Lebih Lanjut
168 Chapter 168 - Kedatangan Luois
169 Chapter 169 - Identitas Marissa
170 Chapter 170 - Kejutan dari Marissa
171 Chapter 171 - Undangan ke Inggris
172 Chapter 172 - Minta Izin Pergi ke Inggris
173 Chapter 173 - Mendapatkan Izin
174 Chapter 174 - Bersiap Untuk Pergi ke Inggris
175 Chapter 175 - Ciuman Sebelum Pergi
176 Chapter 176 - Bertemu Ratu Inggris
177 Chapter 177 - Pangeran Ivor
178 Chapter 178 - Malam yang Indah Bersama Marissa (End Season 1)
179 Pengumuman
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Chapter 1 - Pembuat Onar
2
Chapter 2 - Perkelahian
3
Chapter 3 - Perkelahian II
4
Chapter 4 - Babak Belur
5
Chapter 5 - Brent
6
Chapter 6 - Ancaman
7
Chapter 7 - Berkunjung ke Rumah Niko
8
Chapter 8 - Keterkejutan Arya
9
Chapter 9 - Rencana
10
Chapter 10 - Membunuh Roy dan Kelompoknya
11
Chapter 11 - Kematian Roy
12
Chapter 12 - Rumah Sakit
13
Chapter 13 - Introgasi Polisi
14
Chapter 14 - Saran Bisnis
15
Chapter 15 - Belajar bersama Niko
16
Chapter 16 - Ujian Kenaikan Kelas
17
Chapter 17 - Berbeda Kelas
18
Chapter 18 - Rumor
19
Chapter 19 - Rumor II
20
Chapter 20 - First Kiss
21
Chapter 21 - Lucy, Bagaimana Perasaanmu Sekarang?
22
Chapter 22 - Hanya Seratus Juta? Murah!
23
Chapter 23 - Lucy, Aku Ingin Sesuatu
24
Chapter 24 - Kakak David
25
Chapter 25 - Viktor si Penggangu
26
Chapter 26 - Jebakan
27
Chapter 27 - Terdesak dan Panik
28
Chapter 28 - Ini Bukan Mimpi!
29
Chapter 29 - Agresif
30
Chapter 30 - Agresif II
31
Chapter 31 - Demam
32
Chapter 32 - Merawat Lucy
33
Chapter 33 - Panik dan Takut
34
Chapter 34 - Jangan Membunuh Lagi, Kumohon
35
Chapter 35 - Vicky
36
Chapter 36 - Alice
37
Chapter 37 - Bercerai
38
Chapter 38 - Tekad Membunuh
39
Chapter 39 - Aku Sangat Ingin Membunuhmu
40
Chapter 40 - Berhenti Menyiksa Dirimu Sendiri
41
Chapter 41 - Bertemu Alice
42
Chapter 42 - Penjelasan
43
Chapter 43 - Teman atau Pacar?
44
Chapter 44 - Rasa Takut Kehilangan
45
Chapter 45 - Lylia dan Friska
46
Chapter 46 - Resmi Berpacaran
47
Chapter 47 - Pagi yang Panas
48
Chapter 48 - Nia
49
Chapter 49 - Kak Lucy, Aku Menyukaimu!
50
Chapter 50 - Hilangnya Waktu Bermesraan
51
Chapter 51 - Pengganggu Kemesraan
52
Chapter 52 - Kabur dari Rumah
53
Chapter 53 - Kabur dari Rumah II
54
Chapter 54 - Meminta Penjelasan
55
Chapter 55 - Masa Lalu Nia
56
Chapter 56 - Menemui Ayah Nia
57
Chapter 57 - Mengurungkan Niat
58
Chapter 58 - Membujuk Nia
59
Chapter 59 - Kehangatan yang Sempat Hilang
60
Chapter 60 - Memikirkan Hadiah Ulang Tahun
61
Chapter 61 - Obrolan Arya dan David
62
Chapter 62 - Bertemu Yuki
63
Chapter 63 - Suapan dari Yuki
64
Chapter 64 - Ulang Tahun Lucy
65
Chapter 65 - Tidak Lebih dari Lamaran!
66
Chapter 66 - Masalah Foto
67
Chapter 67 - Aku Cemburu!
68
Chapter 68 - Tiga Bulan
69
Chapter 69 - Emily
70
Chapter 70 - Satu Hari tanpa Lucy
71
Chapter 71 - Kabar Baik dan Buruk
72
Chapter 72 - Piyama atau Pulang?
73
Chapter 73 - Perubahan yang Merepotkan
74
Chapter 74 - Berdua dengan Yuki
75
Chapter 75 - Parfum
76
Chapter 76 - Panggil Namaku
77
Chapter 77 - Kenangan bersama Lylia
78
Chapter 78 - Kenangan bersama Lylia II
79
Chapter 79 - Kenangan bersama Lylia III
80
Chapter 80 - Kenangan bersama Lylia IV
81
Chapter 81 - Kenangan bersama Lylia V
82
Chapter 82 - Kenangan bersama Lylia VI
83
Chapter 83 - Kemarahan Lucy
84
Chapter 84 - Jadilah Kekasihku
85
Chapter 85 - Memanfaatkan Lylia
86
Chapter 86 - Kamu Sudah Punya Pacar?
87
Chapter 87 - Ide Bagus David
88
Chapter 88 - William Mendekati Lucy
89
Chapter 89 - Pujaan Hati William
90
Chapter 90 - Rencana Lucy
91
Chapter 91 - Rencana Lery dan Tommy
92
Chapter 92 - Memutus Hubungan
93
Chapter 93 - Guru James
94
Chapter 94 - Jangan Sebut Ibuku dengan Mulut Busukmu!
95
Chapter 95 - Kekejaman Arya
96
Chapter 96 - Aku Benci Ini
97
Chapter 97 - Kunjungan Lylia
98
Chapter 98 - Pelukan Hangat
99
Chapter 99 - Kenakalan Lylia
100
Chapter 100 - Menjadi Terkenal karena Kejam
101
Chapter 101 - Perubahan Perasaan Arya pada Lylia
102
Chapter 102 - Kencan di Jam Pelajaran
103
Chapter 103 - Gerald dan Vera
104
Chapter 104 - Cinta Mengubah Kepribadian Seseorang
105
Chapter 105 - Permintaan David
106
Chapter 106 - Pembunuhan Pertama
107
Chapter 107 - Membunuh Tiga Orang Dalam Satu Waktu
108
Chapter 108 - Keadaan Arya dan Lucy
109
Chapter 109 - Aku Hanya Ingin bersama Lylia Sekarang
110
Chapter 110 - Pulih dari Rasa Bersalah
111
Chapter 111 - Lucy Pasti Mau Mendengarkanku!
112
Chapter 112 - Saling Bercerita
113
Chapter 113 - Aku Tidak Butuh Omong Kosongmu!
114
Chapter 114 - Penjelasan
115
Chapter 115 - Permintaan Lylia
116
Chapter 116 - Bermesraan Sepuasnya
117
Chapter 117 - Kencan
118
Chapter 118 - Dua Minggu Kemudian
119
Chapter 119 - First Kiss
120
Chapter 120 - Salah Tanggal
121
Chapter 121 - Kunjungan Lucy
122
Chapter 122 - Reuni Kecil
123
Chapter 123 - Bertemu Orang Tua Lylia
124
Chapter 124 - Perpisahan
125
Chapter 125 - Kunjungan Tak Terduga
126
Chapter 126 - Pulang ke Kota Bern
127
Chapter 127 - Bertemu Mama
128
Chapter 128 - Kalian Sudah Pernah Ciuman?
129
Chapter 129 - Penyesalan Rosa
130
Chapter 130 - Permintaan Maaf Rosa
131
Chapter 131 - Mulut Semanis Madu
132
Chapter 132 - Pergi Jalan-Jalan
133
Chapter 133 - Hadiah Untuk Rosa
134
Chapter 134 - Kalung Liontin Rose
135
Chapter 135 - Menemani Emily
136
Chapter 136 - Perasaan Emily yang Sebenarnya
137
Chapter 137 - Tetap Menjadi Saudara Sepupu
138
Chapter 138 - Rencana yang Gagal Total
139
Chapter 139 - Alasan Membunuh
140
Chapter 140 - Juicy Kiss
141
Chapter 141 - Bagaimana Kalau Kita Melanjutkan yang Tadi?
142
Chapter 142 - Arya Mendapat Masalah
143
Chapter 143 - Permintaan Maaf
144
Chapter 144 - Penyesalan Lucy
145
Chapter 145 - Semua Karena Alice!
146
Chapter 146 - Jangan Menikah Lagi
147
Chapter 147 - Pertemuan Yuki dan Lucy
148
Chapter 148 - Study Tour
149
Chapter 149 - Firasat Buruk Rosa
150
Chapter 150 - Aku Ingin Kamarku Sendiri
151
Chapter 151 - Lucy Meledek Arya
152
Chapter 152 - Wanita Berambut Pirang
153
Chapter 153 - Kebetulan Macam Apa Ini?
154
Chapter 154 - Permintaan Maaf Wanita Berambut Pirang
155
Chapter 155 - Marissa
156
Chapter 156 - Lucy Merajuk
157
Chapter 157 - Ayo Jalan-Jalan Mencari Angin Segar
158
Chapter 158 - Lucy Diculik
159
Chapter 159 - Penculik
160
Chapter 160 - Melawan Para Penculik
161
Chapter 161 - Menyelamatkan Lucy
162
Chapter 162 - Bala Bantuan Tiba
163
Chapter 163 - Syukurlah Aku Berhasil Menyelamatkanmu
164
Chapter 164 - Kedatangan Para Polisi
165
Chapter 165 - Arya Siuman
166
Chapter 166 - Kecurigaan pada Arya
167
Chapter 167 - Diperiksa Lebih Lanjut
168
Chapter 168 - Kedatangan Luois
169
Chapter 169 - Identitas Marissa
170
Chapter 170 - Kejutan dari Marissa
171
Chapter 171 - Undangan ke Inggris
172
Chapter 172 - Minta Izin Pergi ke Inggris
173
Chapter 173 - Mendapatkan Izin
174
Chapter 174 - Bersiap Untuk Pergi ke Inggris
175
Chapter 175 - Ciuman Sebelum Pergi
176
Chapter 176 - Bertemu Ratu Inggris
177
Chapter 177 - Pangeran Ivor
178
Chapter 178 - Malam yang Indah Bersama Marissa (End Season 1)
179
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!