Chapter 3 - Perkelahian II

"Bocah! Kau berani memanggil gurumu seperti itu?! Apakah kau ingin hukuman lebih?!"

Guru olahraga itu berteriak marah, ekspresinya garang dan wajahnya merah karena marah. Matanya dipenuhi kebencian ketika melihat Arya yang acuh tak acuh itu.

Arya dengan santai mengangkat bahunya, tersenyum mengejek.

"Hukuman apa? Aku bahkan tidak bersalah di sini."

"Bajingan cilik! Kau keterlaluan! Lihat saja, aku akan mengadu kepada kepala sekolah agar kau dikeluarkan dari sekolah ini!"

Guru olahraga itu kehabisan kesabaran. Dia sangat ingin menghajar Arya saat ini juga, tapi memikirkan reputasinya sebagai seorang guru, terlebih lagi dia merupakan pria dewasa, jadi dia memilih mengalah dan menahan emosinya. Akan lebih baik baginya untuk melaporkan ini semua pada kepala sekolah.

Arya hanya mendengus, sepenuhnya mengabaikannya.

Guru olahraga itu kemudian berbalik dan pergi, menuju ruangan kepala sekolah. Dia berjalan sambil menghentakkan kakinya, menggerutu sepanjang jalan.

Roy dan yang lainnya, yang ditinggal di kantin itu menatap kepergian guru olahraga. Mereka menatapnya cukup lama, sebelum akhirnya menatap Arya dengan penuh makna.

Tersenyum jahat, mereka jelas memiliki niat buruk.

Arya mengerutkan dahinya dengan erat melihat mereka. Kewaspadaannya juga meningkat pesat. Melawan empat orang akan sulit baginya.

Terkekeh, pemuda botak adalah yang pertama maju, ekspresinya serius dan dia menatap Arya dalam-dalam.

"Bocah, kudengar tadi kau berbicara dengan tidak sopan pada guru tadi. Dia adalah orang tua, jadi setidaknya jaga ucapanmu dan hormati dia!"

Pemuda botak itu menggertakkan giginya. Dia merasa marah karena Arya berbicara kasar pada guru olahraga tadi. Dia mungkin pembuat onar, namun dia selalu menghormati seseorang yang jauh lebih tua darinya. Oleh karena itu, saat dia mendengar Arya berbicara kasar, dia segera berjanji dalam hatinya jika dia akan mengajarkan sopan santun pada Arya.

Arya diam sejenak, wajahnya acuh tak acuh saat dia berkata.

"Menghormati? Menghormati siapa?" Arya mengangkat bahunya.

"Dengar, pria botak. Aku hanya menghormati orang-orang tertentu. Jadi, tidak setiap orang berhak menerima rasa hormatku, bahkan jika itu adalah orang yang lebih tua dariku!"

Arya membalas tanpa ragu, membuat pemuda botak itu semakin marah. Kepalanya bahkan menjadi merah.

"Kau terlalu lancang!"

Pemuda botak itu mengayunkan tinjunya, membuat Arya terkejut dan segera menghindar. Dia mengutuk dalam hatinya.

Pemuda botak itu berdecak kesal karena tinjunya tidak mengenai Arya.

Arya segera mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak. Dia tahu bahwa situasinya saat ini kurang baik, di mana Roy dan dua lainnya bisa bergerak kapan saja.

Pemuda botak itu segera berlari ke arah Arya, mengepalkan tangannya dengan erat.

Arya tersenyum licik dengan ini. Dia jelas menemukan celah.

Menghindar ke samping, Arya mengulurkan kakinya, menyebabkan pemuda botak itu tidak hanya gagal memukul Arya. Tapi dia juga tersandung oleh kaki Arya dan terjatuh dengan bunyi gedebuk.

"Huh, sungguh bodoh. Kau melakukan gerakan yang sama seperti tadi."

Arya mengejek, menendang wajah pemuda botak itu berkali-kali hingga dia tergeletak di tanah dengan lemas.

Mengambil napas, Arya menatap ke tempat Roy berada. Dia terkejut saat mengetahui jika Roy dan si kembar sudah tidak ada di tempat.

"Sekelompok pengecut." Arya mencibir.

Setelah istirahat sejenak, Arya menuju suatu arah.

*****

Di ruang kepala sekolah, terlihat seorang pria sedang menggebrak meja. Pria tersebut terdengar marah ketika dia berbicara pada seorang wanita yang duduk di balik meja tersebut.

Pria itu tidak lain adalah guru olahraga yang memiliki masalah dengan Arya tadi, sementara wanita tersebut merupakan kepala sekolah SMA Daeil, Tuti.

Tuti memijat kepalanya dan dia perlahan mengangkat kepalanya, menatap guru olahraga itu.

"Jadi, kau kemari dengan marah-marah karena kau dihina oleh seorang murid bernama Arya? Bolehkah aku bertanya, Arya mana yang kau maksud?" Tuti bertanya.

"Tentu saja, Arya yang sering membuat masalah itu! Dia memanggilku keparat seenaknya!"

"Jadi, karena hal itu kau meminta dia dikeluarkan dari sekolah ini?"

"Ya, Kepsek. Saya meminta Arya untuk dikeluarkan dari sekolah ini. Dia hanya murid pembuat masalah, kita harus menghentikannya sebelum dia semakin melakukan tindakan berlebihan lagi!"

Tuti semakin sakit kepala mendengar ocehan guru olahraga itu. Dia kemudian menghela napas panjang dan tanpa daya berkata.

"Dengarkan aku, Arya tidak bisa dikeluarkan semudah yang kau bayangkan. Ayahnya adalah seorang polisi dengan jabatan, serta ayahnya juga merupakan teman dekatku. Juga, masih banyak siswa lain yang lebih bermasalah daripada Arya. Kita harus memikirkan yang lebih bermasalah, baru kita pikirkan tentang Arya."

"Kepsek, tidak seharusnya kau seperti itu! Arya, dia itu..."

Ketika guru olahraga itu berbicara, suara ketukan pintu terdengar sehingga membuatnya terdiam.

Tuti menatap pintu sejenak, sebelum akhirnya menyuruh orang yang mengetuk masuk.

Ketika pintu terbuka, baik guru olahraga ataupun Tuti terkejut melihat siapa yang datang.

Masuk ke dalam ruangan, itu tidak lain adalah Arya. Dia mendengar jika guru olahraga akan mengadu pada kepala sekolah, jadi dia datang ke sini untuk mencari tahu kebenarannya.

Ternyata, guru olahraga itu benar-benar mengadu, membuatnya agak terkejut.

"Jadi, bagaimana? Apakah kau sudah berhasil membuatku dikeluarkan dari sekolah ini?"

Arya bertanya, dia berjalan dan duduk di sofa, bersandar dan meletakkan kakinya di atas kaki lainnya. Dia menatap guru olahraga itu dengan mengejek.

Guru olahraga itu menggertakkan giginya, semakin marah dengan provokasi Arya. Jika bukan karena adanya kepala sekolah, dia sudah menghajar Arya. Dia kini menyesali perbuatannya, seharusnya dia hajar saja Arya saat di kantin tadi.

"Kepsek, lihat! Dia datang dan seenaknya duduk, tanpa mengucapkan permisi!"

"Biarkan saja, abaikan jika memungkinkan. Dia sudah biasa seperti itu, bahkan sejak tahun pertama."

Tuti merasakan kepalanya hampir pecah karena Arya tiba-tiba datang.

Mengalihkan pandangannya pada Arya, Tuti menghela napas panjang.

"Arya, kau berkelahi lagi?"

"Begitulah, Kepsek. Maaf untuk itu, tapi aku selalu memiliki alasan kenapa aku berkelahi."

"Baiklah, aku mengerti. Sekarang, aku minta padamu untuk kembali ke kelasmu. Pelajaran sudah di mulai."

Kepsek dengan lembut berkata saat sudut mulutnya berkedut.

Arya tersenyum tipis dan berdiri. Dia menatap guru olahraga dengan tatapan menghina dan jijik, seakan dia sedang melihat sampah.

Guru olahraga itu gemetar hebat karena marah, tangannya terkepal dengan kencang hingga mengeluarkan bunyi.

Dia benar-benar marah pada Arya dan Tuti.

Niat awalnya adalah datang untuk meminta kepala sekolah untuk mengeluarkan Arya dari SMA Daeil. Namun, bukan hanya rencananya gagal, tapi dia juga dihina berkali-kali oleh Arya. Yang membuatnya lebih kesal adalah Arya dan Tuti yang mengobrol dengan akrab, bagai teman lama.

Dia curiga jika sebenarnya Arya sudah menyuap kepala sekolah agar tidak mengeluarkannya dari SMA ini.

"Bocah, aku dengar kau adalah anak haram. Apakah itu benar? Oh, ya ampun. Aku tidak menyangka kau semenjijikkan itu."

Tiba-tiba, guru olahraga berkata demikian, nadanya dipenuhi kebencian.

Dia berkata demikian bukan tanpa sebab, semuanya berdasarkan rumor yang beredar di antara para murid dan guru. Dia sudah mendengar hal ini berkali-kali dan mempertanyakan faktanya.

Namun, saat ini dia sedang dalam kemarahannya, jadi dia tanpa pikir panjang berkata demikian, sepenuhnya hanya untuk menghina Arya sebagai pembalasan.

Arya yang sudah memegang gagang pintu dan hendak keluar itu tiba-tiba membeku. Dia terdiam cukup lama.

Tuti yang mendengar ini sangat terkejut, dia bahkan sampai berdiri dari tempat duduknya. Wajahnya kini pucat dan keringat dingin menetes dari dahinya.

"Hentikan omong kosongmu!"

Tuti berteriak dengan panik, dia kemudian menatap Arya dengan ketakutan.

"Arya, jangan dengarkan apapun. Guru ini hanya salah bicara, oke? Jangan didengarkan."

Tuti mati-matian mencoba membujuk Arya.

Dia dengan jelas mengetahui kepribadian Arya yang meledak-ledak ketika dihina seperti ini.

Arya yang membeku itu perlahan menoleh dengan kaku. Dia kemudian melirik dingin guru olahraga itu dari sudut matanya.

"Jaga ucapanmu. Jangan pernah menyesal dengan kata-katamu itu."

Dengan nada dingin yang penuh kebencian, Arya berkata demikin sebelum akhir membuka pintu dan meninggalkan ruangan kepala sekolah.

Tuti terkejut dengan tindakan Arya. Dia jelas mengetahui jika Arya sudah dihina seperti itu, pemuda itu pasti akan meledak dan menghajar orang yang menghinanya dengan kejam, tanpa memedulikan siapa yang menghinanya.

Namun, tindakan Arya kali ini mengejutkannya. Dia belum pernah melihat Arya bisa tenang setelah dihina.

Guru olahraga yang menghina Arya sama sekali tidak merasa senang karena telah menghina Arya. Dia justru kesal karena Arya merespon dengan acuh tak acuh.

Dua hari kemudian, guru olahraga yang menghina Arya meninggal dunia dikarenakan rumahnya kebakaran. Bukan hanya dia, tetapi seluruh keluarganya.

Tidak ada yang tahu penyebab kejadian kebakaran ini. Hanya Arya seorang yang mengetahui alasannya.

‍‍‍

Terpopuler

Comments

Arthur Anderson

Arthur Anderson

Ngeri, ngehina skli lgsg meninggoy

2022-12-17

0

Arthur Anderson

Arthur Anderson

Jd ini backingannya si MC? Hmm...

2022-12-17

0

Arthur Anderson

Arthur Anderson

Baru tau gw ada pembuat onar yg msh punya attitude sebaik ini wkwk

2022-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Pembuat Onar
2 Chapter 2 - Perkelahian
3 Chapter 3 - Perkelahian II
4 Chapter 4 - Babak Belur
5 Chapter 5 - Brent
6 Chapter 6 - Ancaman
7 Chapter 7 - Berkunjung ke Rumah Niko
8 Chapter 8 - Keterkejutan Arya
9 Chapter 9 - Rencana
10 Chapter 10 - Membunuh Roy dan Kelompoknya
11 Chapter 11 - Kematian Roy
12 Chapter 12 - Rumah Sakit
13 Chapter 13 - Introgasi Polisi
14 Chapter 14 - Saran Bisnis
15 Chapter 15 - Belajar bersama Niko
16 Chapter 16 - Ujian Kenaikan Kelas
17 Chapter 17 - Berbeda Kelas
18 Chapter 18 - Rumor
19 Chapter 19 - Rumor II
20 Chapter 20 - First Kiss
21 Chapter 21 - Lucy, Bagaimana Perasaanmu Sekarang?
22 Chapter 22 - Hanya Seratus Juta? Murah!
23 Chapter 23 - Lucy, Aku Ingin Sesuatu
24 Chapter 24 - Kakak David
25 Chapter 25 - Viktor si Penggangu
26 Chapter 26 - Jebakan
27 Chapter 27 - Terdesak dan Panik
28 Chapter 28 - Ini Bukan Mimpi!
29 Chapter 29 - Agresif
30 Chapter 30 - Agresif II
31 Chapter 31 - Demam
32 Chapter 32 - Merawat Lucy
33 Chapter 33 - Panik dan Takut
34 Chapter 34 - Jangan Membunuh Lagi, Kumohon
35 Chapter 35 - Vicky
36 Chapter 36 - Alice
37 Chapter 37 - Bercerai
38 Chapter 38 - Tekad Membunuh
39 Chapter 39 - Aku Sangat Ingin Membunuhmu
40 Chapter 40 - Berhenti Menyiksa Dirimu Sendiri
41 Chapter 41 - Bertemu Alice
42 Chapter 42 - Penjelasan
43 Chapter 43 - Teman atau Pacar?
44 Chapter 44 - Rasa Takut Kehilangan
45 Chapter 45 - Lylia dan Friska
46 Chapter 46 - Resmi Berpacaran
47 Chapter 47 - Pagi yang Panas
48 Chapter 48 - Nia
49 Chapter 49 - Kak Lucy, Aku Menyukaimu!
50 Chapter 50 - Hilangnya Waktu Bermesraan
51 Chapter 51 - Pengganggu Kemesraan
52 Chapter 52 - Kabur dari Rumah
53 Chapter 53 - Kabur dari Rumah II
54 Chapter 54 - Meminta Penjelasan
55 Chapter 55 - Masa Lalu Nia
56 Chapter 56 - Menemui Ayah Nia
57 Chapter 57 - Mengurungkan Niat
58 Chapter 58 - Membujuk Nia
59 Chapter 59 - Kehangatan yang Sempat Hilang
60 Chapter 60 - Memikirkan Hadiah Ulang Tahun
61 Chapter 61 - Obrolan Arya dan David
62 Chapter 62 - Bertemu Yuki
63 Chapter 63 - Suapan dari Yuki
64 Chapter 64 - Ulang Tahun Lucy
65 Chapter 65 - Tidak Lebih dari Lamaran!
66 Chapter 66 - Masalah Foto
67 Chapter 67 - Aku Cemburu!
68 Chapter 68 - Tiga Bulan
69 Chapter 69 - Emily
70 Chapter 70 - Satu Hari tanpa Lucy
71 Chapter 71 - Kabar Baik dan Buruk
72 Chapter 72 - Piyama atau Pulang?
73 Chapter 73 - Perubahan yang Merepotkan
74 Chapter 74 - Berdua dengan Yuki
75 Chapter 75 - Parfum
76 Chapter 76 - Panggil Namaku
77 Chapter 77 - Kenangan bersama Lylia
78 Chapter 78 - Kenangan bersama Lylia II
79 Chapter 79 - Kenangan bersama Lylia III
80 Chapter 80 - Kenangan bersama Lylia IV
81 Chapter 81 - Kenangan bersama Lylia V
82 Chapter 82 - Kenangan bersama Lylia VI
83 Chapter 83 - Kemarahan Lucy
84 Chapter 84 - Jadilah Kekasihku
85 Chapter 85 - Memanfaatkan Lylia
86 Chapter 86 - Kamu Sudah Punya Pacar?
87 Chapter 87 - Ide Bagus David
88 Chapter 88 - William Mendekati Lucy
89 Chapter 89 - Pujaan Hati William
90 Chapter 90 - Rencana Lucy
91 Chapter 91 - Rencana Lery dan Tommy
92 Chapter 92 - Memutus Hubungan
93 Chapter 93 - Guru James
94 Chapter 94 - Jangan Sebut Ibuku dengan Mulut Busukmu!
95 Chapter 95 - Kekejaman Arya
96 Chapter 96 - Aku Benci Ini
97 Chapter 97 - Kunjungan Lylia
98 Chapter 98 - Pelukan Hangat
99 Chapter 99 - Kenakalan Lylia
100 Chapter 100 - Menjadi Terkenal karena Kejam
101 Chapter 101 - Perubahan Perasaan Arya pada Lylia
102 Chapter 102 - Kencan di Jam Pelajaran
103 Chapter 103 - Gerald dan Vera
104 Chapter 104 - Cinta Mengubah Kepribadian Seseorang
105 Chapter 105 - Permintaan David
106 Chapter 106 - Pembunuhan Pertama
107 Chapter 107 - Membunuh Tiga Orang Dalam Satu Waktu
108 Chapter 108 - Keadaan Arya dan Lucy
109 Chapter 109 - Aku Hanya Ingin bersama Lylia Sekarang
110 Chapter 110 - Pulih dari Rasa Bersalah
111 Chapter 111 - Lucy Pasti Mau Mendengarkanku!
112 Chapter 112 - Saling Bercerita
113 Chapter 113 - Aku Tidak Butuh Omong Kosongmu!
114 Chapter 114 - Penjelasan
115 Chapter 115 - Permintaan Lylia
116 Chapter 116 - Bermesraan Sepuasnya
117 Chapter 117 - Kencan
118 Chapter 118 - Dua Minggu Kemudian
119 Chapter 119 - First Kiss
120 Chapter 120 - Salah Tanggal
121 Chapter 121 - Kunjungan Lucy
122 Chapter 122 - Reuni Kecil
123 Chapter 123 - Bertemu Orang Tua Lylia
124 Chapter 124 - Perpisahan
125 Chapter 125 - Kunjungan Tak Terduga
126 Chapter 126 - Pulang ke Kota Bern
127 Chapter 127 - Bertemu Mama
128 Chapter 128 - Kalian Sudah Pernah Ciuman?
129 Chapter 129 - Penyesalan Rosa
130 Chapter 130 - Permintaan Maaf Rosa
131 Chapter 131 - Mulut Semanis Madu
132 Chapter 132 - Pergi Jalan-Jalan
133 Chapter 133 - Hadiah Untuk Rosa
134 Chapter 134 - Kalung Liontin Rose
135 Chapter 135 - Menemani Emily
136 Chapter 136 - Perasaan Emily yang Sebenarnya
137 Chapter 137 - Tetap Menjadi Saudara Sepupu
138 Chapter 138 - Rencana yang Gagal Total
139 Chapter 139 - Alasan Membunuh
140 Chapter 140 - Juicy Kiss
141 Chapter 141 - Bagaimana Kalau Kita Melanjutkan yang Tadi?
142 Chapter 142 - Arya Mendapat Masalah
143 Chapter 143 - Permintaan Maaf
144 Chapter 144 - Penyesalan Lucy
145 Chapter 145 - Semua Karena Alice!
146 Chapter 146 - Jangan Menikah Lagi
147 Chapter 147 - Pertemuan Yuki dan Lucy
148 Chapter 148 - Study Tour
149 Chapter 149 - Firasat Buruk Rosa
150 Chapter 150 - Aku Ingin Kamarku Sendiri
151 Chapter 151 - Lucy Meledek Arya
152 Chapter 152 - Wanita Berambut Pirang
153 Chapter 153 - Kebetulan Macam Apa Ini?
154 Chapter 154 - Permintaan Maaf Wanita Berambut Pirang
155 Chapter 155 - Marissa
156 Chapter 156 - Lucy Merajuk
157 Chapter 157 - Ayo Jalan-Jalan Mencari Angin Segar
158 Chapter 158 - Lucy Diculik
159 Chapter 159 - Penculik
160 Chapter 160 - Melawan Para Penculik
161 Chapter 161 - Menyelamatkan Lucy
162 Chapter 162 - Bala Bantuan Tiba
163 Chapter 163 - Syukurlah Aku Berhasil Menyelamatkanmu
164 Chapter 164 - Kedatangan Para Polisi
165 Chapter 165 - Arya Siuman
166 Chapter 166 - Kecurigaan pada Arya
167 Chapter 167 - Diperiksa Lebih Lanjut
168 Chapter 168 - Kedatangan Luois
169 Chapter 169 - Identitas Marissa
170 Chapter 170 - Kejutan dari Marissa
171 Chapter 171 - Undangan ke Inggris
172 Chapter 172 - Minta Izin Pergi ke Inggris
173 Chapter 173 - Mendapatkan Izin
174 Chapter 174 - Bersiap Untuk Pergi ke Inggris
175 Chapter 175 - Ciuman Sebelum Pergi
176 Chapter 176 - Bertemu Ratu Inggris
177 Chapter 177 - Pangeran Ivor
178 Chapter 178 - Malam yang Indah Bersama Marissa (End Season 1)
179 Pengumuman
Episodes

Updated 179 Episodes

1
Chapter 1 - Pembuat Onar
2
Chapter 2 - Perkelahian
3
Chapter 3 - Perkelahian II
4
Chapter 4 - Babak Belur
5
Chapter 5 - Brent
6
Chapter 6 - Ancaman
7
Chapter 7 - Berkunjung ke Rumah Niko
8
Chapter 8 - Keterkejutan Arya
9
Chapter 9 - Rencana
10
Chapter 10 - Membunuh Roy dan Kelompoknya
11
Chapter 11 - Kematian Roy
12
Chapter 12 - Rumah Sakit
13
Chapter 13 - Introgasi Polisi
14
Chapter 14 - Saran Bisnis
15
Chapter 15 - Belajar bersama Niko
16
Chapter 16 - Ujian Kenaikan Kelas
17
Chapter 17 - Berbeda Kelas
18
Chapter 18 - Rumor
19
Chapter 19 - Rumor II
20
Chapter 20 - First Kiss
21
Chapter 21 - Lucy, Bagaimana Perasaanmu Sekarang?
22
Chapter 22 - Hanya Seratus Juta? Murah!
23
Chapter 23 - Lucy, Aku Ingin Sesuatu
24
Chapter 24 - Kakak David
25
Chapter 25 - Viktor si Penggangu
26
Chapter 26 - Jebakan
27
Chapter 27 - Terdesak dan Panik
28
Chapter 28 - Ini Bukan Mimpi!
29
Chapter 29 - Agresif
30
Chapter 30 - Agresif II
31
Chapter 31 - Demam
32
Chapter 32 - Merawat Lucy
33
Chapter 33 - Panik dan Takut
34
Chapter 34 - Jangan Membunuh Lagi, Kumohon
35
Chapter 35 - Vicky
36
Chapter 36 - Alice
37
Chapter 37 - Bercerai
38
Chapter 38 - Tekad Membunuh
39
Chapter 39 - Aku Sangat Ingin Membunuhmu
40
Chapter 40 - Berhenti Menyiksa Dirimu Sendiri
41
Chapter 41 - Bertemu Alice
42
Chapter 42 - Penjelasan
43
Chapter 43 - Teman atau Pacar?
44
Chapter 44 - Rasa Takut Kehilangan
45
Chapter 45 - Lylia dan Friska
46
Chapter 46 - Resmi Berpacaran
47
Chapter 47 - Pagi yang Panas
48
Chapter 48 - Nia
49
Chapter 49 - Kak Lucy, Aku Menyukaimu!
50
Chapter 50 - Hilangnya Waktu Bermesraan
51
Chapter 51 - Pengganggu Kemesraan
52
Chapter 52 - Kabur dari Rumah
53
Chapter 53 - Kabur dari Rumah II
54
Chapter 54 - Meminta Penjelasan
55
Chapter 55 - Masa Lalu Nia
56
Chapter 56 - Menemui Ayah Nia
57
Chapter 57 - Mengurungkan Niat
58
Chapter 58 - Membujuk Nia
59
Chapter 59 - Kehangatan yang Sempat Hilang
60
Chapter 60 - Memikirkan Hadiah Ulang Tahun
61
Chapter 61 - Obrolan Arya dan David
62
Chapter 62 - Bertemu Yuki
63
Chapter 63 - Suapan dari Yuki
64
Chapter 64 - Ulang Tahun Lucy
65
Chapter 65 - Tidak Lebih dari Lamaran!
66
Chapter 66 - Masalah Foto
67
Chapter 67 - Aku Cemburu!
68
Chapter 68 - Tiga Bulan
69
Chapter 69 - Emily
70
Chapter 70 - Satu Hari tanpa Lucy
71
Chapter 71 - Kabar Baik dan Buruk
72
Chapter 72 - Piyama atau Pulang?
73
Chapter 73 - Perubahan yang Merepotkan
74
Chapter 74 - Berdua dengan Yuki
75
Chapter 75 - Parfum
76
Chapter 76 - Panggil Namaku
77
Chapter 77 - Kenangan bersama Lylia
78
Chapter 78 - Kenangan bersama Lylia II
79
Chapter 79 - Kenangan bersama Lylia III
80
Chapter 80 - Kenangan bersama Lylia IV
81
Chapter 81 - Kenangan bersama Lylia V
82
Chapter 82 - Kenangan bersama Lylia VI
83
Chapter 83 - Kemarahan Lucy
84
Chapter 84 - Jadilah Kekasihku
85
Chapter 85 - Memanfaatkan Lylia
86
Chapter 86 - Kamu Sudah Punya Pacar?
87
Chapter 87 - Ide Bagus David
88
Chapter 88 - William Mendekati Lucy
89
Chapter 89 - Pujaan Hati William
90
Chapter 90 - Rencana Lucy
91
Chapter 91 - Rencana Lery dan Tommy
92
Chapter 92 - Memutus Hubungan
93
Chapter 93 - Guru James
94
Chapter 94 - Jangan Sebut Ibuku dengan Mulut Busukmu!
95
Chapter 95 - Kekejaman Arya
96
Chapter 96 - Aku Benci Ini
97
Chapter 97 - Kunjungan Lylia
98
Chapter 98 - Pelukan Hangat
99
Chapter 99 - Kenakalan Lylia
100
Chapter 100 - Menjadi Terkenal karena Kejam
101
Chapter 101 - Perubahan Perasaan Arya pada Lylia
102
Chapter 102 - Kencan di Jam Pelajaran
103
Chapter 103 - Gerald dan Vera
104
Chapter 104 - Cinta Mengubah Kepribadian Seseorang
105
Chapter 105 - Permintaan David
106
Chapter 106 - Pembunuhan Pertama
107
Chapter 107 - Membunuh Tiga Orang Dalam Satu Waktu
108
Chapter 108 - Keadaan Arya dan Lucy
109
Chapter 109 - Aku Hanya Ingin bersama Lylia Sekarang
110
Chapter 110 - Pulih dari Rasa Bersalah
111
Chapter 111 - Lucy Pasti Mau Mendengarkanku!
112
Chapter 112 - Saling Bercerita
113
Chapter 113 - Aku Tidak Butuh Omong Kosongmu!
114
Chapter 114 - Penjelasan
115
Chapter 115 - Permintaan Lylia
116
Chapter 116 - Bermesraan Sepuasnya
117
Chapter 117 - Kencan
118
Chapter 118 - Dua Minggu Kemudian
119
Chapter 119 - First Kiss
120
Chapter 120 - Salah Tanggal
121
Chapter 121 - Kunjungan Lucy
122
Chapter 122 - Reuni Kecil
123
Chapter 123 - Bertemu Orang Tua Lylia
124
Chapter 124 - Perpisahan
125
Chapter 125 - Kunjungan Tak Terduga
126
Chapter 126 - Pulang ke Kota Bern
127
Chapter 127 - Bertemu Mama
128
Chapter 128 - Kalian Sudah Pernah Ciuman?
129
Chapter 129 - Penyesalan Rosa
130
Chapter 130 - Permintaan Maaf Rosa
131
Chapter 131 - Mulut Semanis Madu
132
Chapter 132 - Pergi Jalan-Jalan
133
Chapter 133 - Hadiah Untuk Rosa
134
Chapter 134 - Kalung Liontin Rose
135
Chapter 135 - Menemani Emily
136
Chapter 136 - Perasaan Emily yang Sebenarnya
137
Chapter 137 - Tetap Menjadi Saudara Sepupu
138
Chapter 138 - Rencana yang Gagal Total
139
Chapter 139 - Alasan Membunuh
140
Chapter 140 - Juicy Kiss
141
Chapter 141 - Bagaimana Kalau Kita Melanjutkan yang Tadi?
142
Chapter 142 - Arya Mendapat Masalah
143
Chapter 143 - Permintaan Maaf
144
Chapter 144 - Penyesalan Lucy
145
Chapter 145 - Semua Karena Alice!
146
Chapter 146 - Jangan Menikah Lagi
147
Chapter 147 - Pertemuan Yuki dan Lucy
148
Chapter 148 - Study Tour
149
Chapter 149 - Firasat Buruk Rosa
150
Chapter 150 - Aku Ingin Kamarku Sendiri
151
Chapter 151 - Lucy Meledek Arya
152
Chapter 152 - Wanita Berambut Pirang
153
Chapter 153 - Kebetulan Macam Apa Ini?
154
Chapter 154 - Permintaan Maaf Wanita Berambut Pirang
155
Chapter 155 - Marissa
156
Chapter 156 - Lucy Merajuk
157
Chapter 157 - Ayo Jalan-Jalan Mencari Angin Segar
158
Chapter 158 - Lucy Diculik
159
Chapter 159 - Penculik
160
Chapter 160 - Melawan Para Penculik
161
Chapter 161 - Menyelamatkan Lucy
162
Chapter 162 - Bala Bantuan Tiba
163
Chapter 163 - Syukurlah Aku Berhasil Menyelamatkanmu
164
Chapter 164 - Kedatangan Para Polisi
165
Chapter 165 - Arya Siuman
166
Chapter 166 - Kecurigaan pada Arya
167
Chapter 167 - Diperiksa Lebih Lanjut
168
Chapter 168 - Kedatangan Luois
169
Chapter 169 - Identitas Marissa
170
Chapter 170 - Kejutan dari Marissa
171
Chapter 171 - Undangan ke Inggris
172
Chapter 172 - Minta Izin Pergi ke Inggris
173
Chapter 173 - Mendapatkan Izin
174
Chapter 174 - Bersiap Untuk Pergi ke Inggris
175
Chapter 175 - Ciuman Sebelum Pergi
176
Chapter 176 - Bertemu Ratu Inggris
177
Chapter 177 - Pangeran Ivor
178
Chapter 178 - Malam yang Indah Bersama Marissa (End Season 1)
179
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!