Alberth lalu mengikuti arah Lily berlari dan menemukan wanita itu duduk sudut taman dekat dengan bunga Anggrek kesukaannya.
Wanita itu sedang menyeka air matanya dan menatap ke atas langit.
"Sedang apa kau di situ sendiri," tanya Alberth membuat Lily terkejut lalu menoleh ke belakang . Namun tangannya tidak sengaja menyenggol pot di sebelahnya. Pot itu terjatuh ke bawah dan mengenai kakinya.
"Aw!"
"Kau baik-baik saja?" tanya Alberth meraih lengan Lily dan menariknya menjauh dari pecahan pot itu.
"Sakit tahu," ucap Lily menyeka air matanya.
"Sampai menangis seperti ini?"
"Ini itu sakit," ujar Lily membuat alibi tangisnya. Dia melepaskan diri sehingga bisa melihat ujung jari kakinya yang terkena pot.
"Apakah parah?" tanya Alberth menunduk ikut melihat luka di kaki Lily.
"Aku bisa mengatasinya." Lily bisa mengatasi luka di hatinya.
"Kenapa kau ada di sini sendiri dalam kegelapan lagi?" Alberth menatapnya
"Aku suka dengan bunga-bunga jadinya aku kemari." Lily melihat bunga anggrek yang terjatuh itu.
"Untung saja bunganya tidak apa-apa, kalau tidak... besok Ibu Aliya pasti akan mengomel."
"Kalau begitu sebaiknya kita pergi dari sini sebelum ada yang menyadari kau adalah penjahat yang telah merusak bunga Anggrek milik Tante Aliya."
"Aku harus bertanggung jawab."
"Bersembunyi dari kenyataan itu lebih baik."
"Itu tidak dibenarkan. Seharusnya berani untuk mengatakan yang sebenarnya. Jujur lebih baik."
"Ya, jujur lebih baik dari pada memendam perasaan dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja?" ucap Alberth tersirat.
Lily mengerutkan dahinya, memikirkan ucapan Albert yang seperti sedang menyindirnya.
"Untuk urusan Anggrek ini, sebaiknya aku berkata jujur," ujar Lily.
"Lalu untuk urusan yang lain apakah kau akan jujur juga?''
Lily lalu berkacak pinggang. "Kau itu sebenarnya sedang mengatakan apa?"
Albert lalu menarik tangan Lily dan membawanya ke depan teras lalu mengajaknya duduk di anakan tangga.
"Ini akhir pekan tetapi aku malah terjebak di sini sendiri. Seharusnya aku sedang bersama dengan wanita cantik di sebuah klub. Karena itu, temani aku ya?"
"Semua lelaki itu sama saja. Selalu saja mencari wanita yang berotak kosong di klub malam yang rela ditiduri hanya semalam saja. Tidak bisakah kalian mencari gadis baik untuk dinikahi dan berhenti dari kegiatan itu.''
"Kami juga dalam proses pencarian. Jika ada wanita yang mau kukencani tanpa ikatan itu seperti sebuah jackpot di hari itu, pengusir rasa jenuh akibat bekerja."
Lily menarik nafas dalam. "Aku kasihan dengan wanita macam seperti itu. Seperti tidak punya harga diri."
"Karena itu kami menjadikan mereka sebagai hiburan semata sedangkan untuk wanita yang akan kami nikahi nanti. Kami mencari wanita baik-baik, yang tidak terjamah oleh pria lain."
"Kau ingin wanita baik sedangkan kau sendiri tidak baik. Itu tidak adil. Wanita baik-baik itu untuk lelaki baik-baik. Jika kau belum baik maka kau belum akan mendapatkan wanita yang baik pula."
"Seperti itukah?" tanya Alberth yang mulai tertarik pada Lily.
Lily menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu aku akan jadi baik biar mendapatkan wanita yang baik seperti dirimu," rayu Albert. Wajah Lily langsung mengkerut seketika.
"Kau tidak sedang merayuku kan?"
"Jika aku masih diberi kesempatan maka aku ingin merayumu."
"Ish aku akan menikah sebentar lagi."
"Akan bukan berarti sudah. Kesempatan masih ada kan?"
"Aku juga tidak tahu harus memberi kesempatan pada hatiku atau tidak untuk menerima pria lain," ujar Lily pelan.
"Harus, hanya butuh waktu untuk membuktikan diriku layak untukmu."
"Apakah semua pria seperti itu, selalu merayu pada setiap wanita?"
"Aku tidak pernah melakukannya pada wanita manapun. Sungguh biasanya tanpa dirayu wanita itu akan datang padaku sendiri. Semakin ditolak aku semakin tertantang untuk tahu tentangmu lebih dekat."
"Aku lelah dan ingin tidur. Aku akan ke kamar dahulu." Lily bangkit tapi tangan Albert menahannya.
"Dengarkan aku. Jangan kau menikah hanya untuk menghindari sesuatu. Menikahlah karena kau mencintainya."
***
Esok paginya semua geger karena Lily sudah tidak ada di rumah Kusuma. Penjaga mengatakan jika Lily pergi pada pagi hari.
Lily memang keluar dari rumah semalam untuk menenangkan diri dan berpikir apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Setelah berpikir selama semalaman dia membuat suatu keputusan untuk pergi dari sana diam-diam.
"Kenapa dia pergi tanpa pamit? Tidak seperti biasanya. Apakah ada masalah penting? Kalau iya mengapa dia tidak meminta ijin padaku?" Banyak sekali pertanyaan yang bersarang dalam pikiran Jonathan namun pria itu memilih untuk diam dan menatap jauh ke depan.
"Tidak biasanya Lily seperti itu," ucap Aliya.
Sedangkan Alberth dan Bella hanya menutup bibirnya rapat. Mereka mulai mencoba meraba masalah yang ada.
Jonathan lalu meninggalkan Bella untuk menghubungi Lily. Panggilan tidak diangkat oleh wanita itu hingga Jonathan resah dan khawatir telah terjadi sesuatu dengan Lily. Dia memeriksa pesan yang masih centang satu. Handphone Lily sedang tidak aktif. Dia memijit kepalanya.
Jonathan lalu pergi ke arah garasi. Dia memandangi motor yang lama tidak dia gunakan. Menghela nafas berpikir apakah akan menggunakan itu atau mobil? Dia pikir motor akan lebih cepat untuk sampai ke apartemen Lily yang letaknya jauh dari rumah keluarga Kusuma. Rumah orang tuanya ada di pinggir kota Jakarta sedangkan apartemen Lily ada di tengah kota.
Jonathan lalu menggunakan motor sport miliknya. Sesuatu yang sudah lama dia tidak gunakan setelah mendapat kecelakaan itu.
Pria itu lantas memakai jaket dan helmnya, menaikinya, mengeluarkan motor dari basemen rumah dan berhenti tepat di depan Bella yang sedang berjalan beriringan dengan Aliya dan Alberth.
"Aku akan mencari Lily dulu. Aku takut terjadi hal yang buruk padanya. Kau pilih saja konsep yang kau inginkan bersama Ibu. Jika semuanya baik-baik saja. Aku akan kembali dengan cepat."
Bella ingin mengatakan sesuatu tetapi Jonathan sudah keburu pergi meninggalkan mereka. Wajah Bella terlihat lesu memandangi kepergian Jonathan.
"Jangan berpikir macam-macam. Jonathan hanya khawatir dengan keadaan Lily. Dia seorang diri tinggal di Jakarta jadi jika ada sesuatu yang buruk terjadi tidak ada yang bisa menolongnya. Jonathan pasti akan segera kembali jika tahu Lily dalam keadaan baik-baik saja."
Bella memaksakan diri untuk tersenyum namun dalam hatinya merasakan sakit. Mereka baru akan menuju ke jenjang pernikahan tapi Jonathan lebih memperdulikan Lily daripada dia yang katanya cinta dan masa depannya.
"Bella, Tante tinggal masuk ke dalam rumah dulu ya! Suami Tante pasti sedang mencari. Dia itu sudah berumur tapi harus tetap dilayani dari memakai baju hingga memakai sepatu."
"Iya, Tante. Tante dan Paman itu contoh pasangan yang bahagia dan awet."
"Albert temani Bella sambil menceritakan tentang konsep yang kita bicarakan tadi malam. Siapa tahu mempelai menyukainya."
"Konsep apa itu?"
"Konsep Keraton Jogjakarta."
"Wah, aku ingin melihatnya."
"Kalau begitu kita lihat dulu fotonya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Anggi Susanti
lily lama2 juga malas dianggap apa oleh jo mending pergi saja
2022-06-03
0
My Isti
hati bella tidak bisa menandingi keluasan dan keikhlasan hati lily. lily wanita yg yang tepat untuk seorang jonathan
2022-06-03
0
fauzi
Jo buat lily tambah gak bisa move on 😁
2022-06-03
0